Kekeringan Parah, Negara Arab Menabur Awan untuk Mendapatkan Hujan - SindoNews
2 min read
Kekeringan Parah, Negara Arab Menabur Awan untuk Mendapatkan Hujan
Rabu, 12 November 2025 - 09:01 WIB
Pesawat membawa peralatan untuk menyemai awan. Foto/www.openaccessgovernment.org
A
A
A
ABU DHABI - Uni Emirat Arab (UEA) telah beralih ke penyemaian awan dalam upaya mengatasi kekurangan air kronisnya. Langkah itu diungkap seorang direktur penelitian setempat.
Penyemaian awan adalah operasi yang mahal, dengan UEA menghabiskan jutaan dolar setiap tahunnya untuk meningkatkan pasokan air tawarnya. Pilot terbang ke awan yang menjanjikan dan melepaskan partikel garam untuk merangsang curah hujan di negara yang menerima kurang dari 100 mm hujan per tahun.
“Teknik ini merupakan bagian dari strategi adaptasi negara tersebut untuk menghadapi perubahan iklim," ujar Alya Al Mazrouei, direktur Program Penelitian UEA untuk Ilmu Peningkatan Hujan (UAEREP), kepada Financial Times pada hari Senin.
Namun, metode ini telah memicu kontroversi karena para kritikus memperingatkan metode ini dapat memperburuk peristiwa cuaca ekstrem, seperti banjir dan kekeringan, dengan mengubah pola cuaca alami.
Mereka juga mengungkapkan kekhawatiran tentang dampak lingkungan dari bahan kimia yang digunakan dan potensi konsekuensi yang tidak diinginkan dari modifikasi cuaca secara artifisial.
Orestes Morfin, pakar senior di Climate and Water Initiative di Arizona, mengatakan kepada media tersebut bahwa, "Penyemaian awan dipandang sebagai alat potensial tambahan untuk meningkatkan pasokan air."
Para ilmuwan di Pusat Meteorologi Nasional UEA memperkirakan dalam studi tahun 2023 bahwa penyemaian awan dapat menambah hingga 419 juta meter kubik air yang dapat dipanen per tahun.
Kelangkaan air merupakan tantangan jangka panjang bagi UEA, yang sangat bergantung pada desalinasi untuk air minum.
Sejak awal tahun 2000-an, otoritas UEA telah berupaya meningkatkan curah hujan melalui cara-cara buatan.
Saat ini, program peningkatan curah hujan UEA beroperasi dengan sepuluh pilot dan empat pesawat, yang siap dikerahkan 24 jam.
"Setiap kali kami memiliki kesempatan untuk melakukannya... kami biasanya tidak melewatkan kesempatan apa pun," ujar Al Mazrouei.
Operasi ini mahal, menelan biaya USD8.000 per jam terbang dan rata-rata 1.100 jam terbang per tahun, dengan total biaya hampir USD9 juta.
Namun, Al Mazrouei berpendapat, "Biaya per meter kubik air tambahan lebih rendah dibandingkan dengan desalinasi."
UEA telah menginvestasikan USD22,5 juta dalam bentuk hibah penelitian untuk meningkatkan teknologi tersebut.
Baca juga: Museum Nasional Suriah Dirampok, Beberapa Artefak Romawi Lenyap
Penyemaian awan adalah operasi yang mahal, dengan UEA menghabiskan jutaan dolar setiap tahunnya untuk meningkatkan pasokan air tawarnya. Pilot terbang ke awan yang menjanjikan dan melepaskan partikel garam untuk merangsang curah hujan di negara yang menerima kurang dari 100 mm hujan per tahun.
“Teknik ini merupakan bagian dari strategi adaptasi negara tersebut untuk menghadapi perubahan iklim," ujar Alya Al Mazrouei, direktur Program Penelitian UEA untuk Ilmu Peningkatan Hujan (UAEREP), kepada Financial Times pada hari Senin.
Namun, metode ini telah memicu kontroversi karena para kritikus memperingatkan metode ini dapat memperburuk peristiwa cuaca ekstrem, seperti banjir dan kekeringan, dengan mengubah pola cuaca alami.
Mereka juga mengungkapkan kekhawatiran tentang dampak lingkungan dari bahan kimia yang digunakan dan potensi konsekuensi yang tidak diinginkan dari modifikasi cuaca secara artifisial.
Orestes Morfin, pakar senior di Climate and Water Initiative di Arizona, mengatakan kepada media tersebut bahwa, "Penyemaian awan dipandang sebagai alat potensial tambahan untuk meningkatkan pasokan air."
Para ilmuwan di Pusat Meteorologi Nasional UEA memperkirakan dalam studi tahun 2023 bahwa penyemaian awan dapat menambah hingga 419 juta meter kubik air yang dapat dipanen per tahun.
Kelangkaan air merupakan tantangan jangka panjang bagi UEA, yang sangat bergantung pada desalinasi untuk air minum.
Sejak awal tahun 2000-an, otoritas UEA telah berupaya meningkatkan curah hujan melalui cara-cara buatan.
Saat ini, program peningkatan curah hujan UEA beroperasi dengan sepuluh pilot dan empat pesawat, yang siap dikerahkan 24 jam.
"Setiap kali kami memiliki kesempatan untuk melakukannya... kami biasanya tidak melewatkan kesempatan apa pun," ujar Al Mazrouei.
Operasi ini mahal, menelan biaya USD8.000 per jam terbang dan rata-rata 1.100 jam terbang per tahun, dengan total biaya hampir USD9 juta.
Namun, Al Mazrouei berpendapat, "Biaya per meter kubik air tambahan lebih rendah dibandingkan dengan desalinasi."
UEA telah menginvestasikan USD22,5 juta dalam bentuk hibah penelitian untuk meningkatkan teknologi tersebut.
Baca juga: Museum Nasional Suriah Dirampok, Beberapa Artefak Romawi Lenyap
(sya)