Langgar Gencatan Senjata, Israel Mengebom Gaza Tewaskan 28 Orang - SINDOnews
4 min read
Langgar Gencatan Senjata, Israel Mengebom Gaza Tewaskan 28 Orang
Kamis, 20 November 2025 - 07:04 WIB
Seorang anak Palestina terluka setelah Israel mengebom Jalur Gaza yang menewaskan 28 orang pada hari Rabu. Ini merupakan pelanggaran gencatan senjata terbaru di Gaza. Foto/QNN
A
A
A
GAZA - Militer Israel telah membombardir Jalur Gaza yang menewaskan 28 orang pada hari Rabu. Ini merupakan salah satu serangan paling mematikan di wilayah kantong Palestina tersebut sejak gencatan senjata diberlakukan bulan lalu.
Serangan terjadi ketika militer Israel juga mengumumkan serangkaian serangan yang menargetkan Hizbullah di Lebanon meskipun gencatan senjata telah berlangsung hampir setahun di sana.
Sebanyak 14 orang tewas di Kota Gaza dan korban tewaslainnya ditemukan di wilayah Khan Younis, menurut badan pertahanan sipil Gaza, yang beroperasi di bawah otoritas Hamas. Dua rumah sakit yang dihubungi AFP, Kamis (20/11/2025) melaporkan jumlah korban yang sama.
Baca Juga: Indonesia Sambut Baik Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Gaza
Militer Israel mengatakan mereka menyerang Hamas setelah para milisi Gaza melepaskan tembakan ke arah wilayah tempat pasukan Zionis beroperasi di selatan. Baik militer Zionis maupun Hamas saling tuduh melanggar gencatan senjata.
Serangan terjadi ketika militer Israel juga mengumumkan serangkaian serangan yang menargetkan Hizbullah di Lebanon meskipun gencatan senjata telah berlangsung hampir setahun di sana.
Sebanyak 14 orang tewas di Kota Gaza dan korban tewaslainnya ditemukan di wilayah Khan Younis, menurut badan pertahanan sipil Gaza, yang beroperasi di bawah otoritas Hamas. Dua rumah sakit yang dihubungi AFP, Kamis (20/11/2025) melaporkan jumlah korban yang sama.
Baca Juga: Indonesia Sambut Baik Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Gaza
Militer Israel mengatakan mereka menyerang Hamas setelah para milisi Gaza melepaskan tembakan ke arah wilayah tempat pasukan Zionis beroperasi di selatan. Baik militer Zionis maupun Hamas saling tuduh melanggar gencatan senjata.
Hamas membantah tuduhan tersebut dan mengecam serangan militer Israel sebagai "eskalasi berbahaya" yang dapat membahayakan gencatan senjata—yang sebagian besar telah berlangsung sejak 10 Oktober meskipun terjadi gejolak.
Ahraf Abu Sultan (50) mengatakan kepada AFP bahwa dia telah kembali ke rumahnya di Kota Gaza bersama keluarganya pada hari Minggu, setelah mengungsi di selatan selama setahun.
"Kami hampir tidak berhasil memperbaiki satu ruangan di rumah kami yang hancur untuk mencoba dan menetap hanya dua hari yang lalu, dan pengeboman dan kematian telah dimulai lagi. Mereka bahkan tidak memberi kami kesempatan untuk bernapas," katanya.
Rekannya sesama warga Kota Gaza, Nivine Ahmed, mengatakan dia sedang mengobrol dengan seorang tetangga ketika pengeboman Israel "mengubah segalanya dalam sedetik".
"Kami mendengar suara ledakan dan melihat asap mengepul. Orang-orang berlarian dan sirene ambulans meraung-raung, membawa pergi para martir," ujarnya. "Lain kali rudal itu bisa saja jatuh menimpa kami."
Rencana Perdamaian Trump
Lantaran ada pembatasan media di Gaza, sulit untuk memverifikasi secara independen jumlah korban dan detail yang diberikan oleh kedua belah pihak.
Jumlah korban harian tertinggi yang tercatat sejak gencatan senjata berlaku adalah pada 29 Oktober, ketika lebih dari 100 orang tewas dalam serangan Israel, menurut data pertahanan sipil dan data yang diterima AFP dari lima rumah sakit di Gaza.
Israel telah berulang kali melancarkan serangan terhadap apa yang disebutnya sebagai target Hamas selama gencatan senjata, yang mengakibatkan kematian lebih dari 280 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.
Gencatan senjata ini didasarkan pada kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat (AS) yang juga mencakup pemulangan 48 sandera terakhir yang ditawan oleh milisi Gaza ke Israel.
Meskipun semua sandera yang masih hidup telah diserahkan lebih awal dalam gencatan senjata, proses sandera tewas berjalan lebih lambat, dan jenazah tiga sandera masih berada di Gaza.
Implementasi tahap kedua dari rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump belum disepakati, terutama terkait pelucutan senjata Hamas, pembentukan otoritas transisi, dan pengerahan pasukan stabilisasi internasional.
Dewan Keamanan PBB pada hari Senin memberikan suara untuk resolusi rancangan AS yang mendukung rencana Trump, meskipun Hamas menolak resolusi tersebut karena dianggap gagal memenuhi "tuntutan politik dan kemanusiaan" Palestina.
Perang tersebut dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan kematian 1.221 orang.
Serangan balasan Israel terhadap Gaza telah menewaskan sedikitnya 69.513 orang, menurut angka dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dianggap kredibel oleh PBB.
Israel Juga Serang Lebanon
Israel juga melakukan beberapa serangan di Lebanon selatan pada hari Rabu.
Militer Zionis mengatakan pihaknya menargetkan fasilitas penyimpanan senjata Hizbullah di beberapa kota, dan menuduh kelompok yang didukung Iran tersebut mencoba untuk membangun kembali kemampuannya.
Militer Israel terus melancarkan serangan udara di Lebanon meskipun gencatan senjata telah disepakati November lalu, yang bertujuan untuk mengakhiri permusuhan dengan Hizbullah selama lebih dari setahun.
Serangan itu terjadi sehari setelah 13 orang tewas dalam serangan yang menurut Israel menargetkan anggota Hamas di sebuah kamp pengungsi Palestina di selatan negara itu—serangan paling mematikan di Lebanon sejak gencatan senjata diberlakukan.
Juga pada hari Rabu, para pemimpin tinggi Israel mengunjungi pasukan Israel yang ditempatkan di wilayah Suriah di zona penyangga yang dimaksudkan untuk memisahkan pasukan kedua negara.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada pasukan Zionis bahwa kehadiran mereka sangat penting bagi keamanan Israel.
Kunjungan itu dikecam keras oleh Damaskus, yang menyebutnya "pelanggaran serius terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Suriah".
(mas)