Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Inovasi Istimewa Spesial

    Langkah Inovatif Ketua RT di Duren Sawit, Sulap Selokan Jadi Sumber Rezeki - Kompas

    5 min read

     

    Langkah Inovatif Ketua RT di Duren Sawit, Sulap Selokan Jadi Sumber Rezeki

    Kompas.com, 6 November 2025, 08:11 WIB
    Lihat Foto

    Kolam lele di atas selokan di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur.

    JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua RT 08 RW 04 Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur, Taufiq Supriadi, memiliki cara inovatif untuk memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber penghasilan, yakni membuat kolam ikan lele di atas selokan di wilayah tempat tinggalnya.

    Ide tersebut muncul setelah Taufiq melihat sistem saluran air di Tokyo, Jepang, yang bisa dimanfaatkan untuk memelihara ikan.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    “Waktu ke Tokyo, saya lihat ada ikan di saluran air. Itu sama seperti ini dua lantai, bagian bawah untuk air kotor, bagian atasnya untuk ikan,” ujar Taufiq saat ditemui Kompas.com di Duren Sawit, Rabu (5/11/2025).

    Ia menjelaskan, saluran air di Tokyo dibuat bertingkat agar air di selokan tetap bisa mengalir tanpa mengganggu habitat ikan.

    Pernyataan Prabowo soal Ledakan di SMAN 72 Jakarta
    Lihat Foto
    Selain dari Jepang, Taufiq juga mendapat inspirasi dari sistem serupa yang diterapkan di Institut Pertanian Bogor (IPB), yakni memanfaatkan saluran air untuk budidaya ikan.

    “Saya terpikir menerapkan hal itu (membuat kolam ikan di atas selokan) di sini karena kita punya keterbatasan lahan. Di sini semua sudah beton, enggak ada tanah kosong. Tujuan saya juga supaya lingkungan punya pemasukan lingkungan dan ketahanan pangan,” katanya.

    Hasilkan puluhan juta rupiah

    Taufiq mengatakan, kolam lele yang ia bangun di atas selokan bisa menghasilkan puluhan juta rupiah dari empat kali panen dalam setahun.

    Saat ini, terdapat satu kolam yang mampu menghasilkan sekitar 800 kilogram ikan setiap panen.

    Program ini baru berjalan dua bulan dan akan memasuki masa panen pertama dalam satu bulan ke depan.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    "Lele yang dipanen itu dijual Rp 25.000 per kilo, jadi kalau sekali panen bisa dapat Rp 20 juta. Kalau dalam satu tahun ada empat kali panen, dalam setahun bisa dapat Rp 80 juta satu kolam," ujar Taufiq

    Taufiq tengah mempersiapkan dua kolam lele tambahan di atas selokan dengan panjang masing-masing 14 meter dari dana CSR sebuah perusahaan.

    Keuntungan penjualan dibagikan

    Hasil panen yang didapat tidak sepenuhnya digunakan sebagai biaya operasional, tetapi juga dibagikan untuk kepentingan warga.

    "Kelompok tani itu dapat Rp 2 juta, pemilik rumah yang kebetulan kolam dapat Rp 400.000, kas RT dan RW Rp 400.000, koordinator kolam Rp 720.000, dan dua penjaga kolam Rp 6,4 juta," ujar Taufik.

    Untuk menjaga dan mengelola kolam lele itu, Taufiq memberdayakan warga yang telah pensiun atau belum bekerja.

    Total ada tiga penjaga yang telah mendapatkan pelatihan dari Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) agar ikan tetap sehat dan tumbuh optimal.

    Tidak pernah banjir

    Taufiq memastikan kolam lele yang dibangun di atas selokan lingkungan tempat tinggalnya tidak akan mengganggu aliran air dan banjir.

    Ia menjelaskan, selama 22 tahun tinggal di wilayah tersebut, saluran air di lingkungannya tidak pernah meluap.

    "Alhamdulilah belum pernah banjir, saluran air ini belum pernah meluber, sepenuhnya pas hujan deras cuma naik 3-4 sentimeter," ungkap Taufiq.

    Taufiq mengatakan, kolam lele tersebut dibangun di atas saluran air sepanjang 14 meter menggunakan beton tipe U-Ditch.

    Menurut dia, U-Ditch tersebut memiliki kedalaman 60 sentimeter, dengan pembagian 25 sentimeter untuk kolam lele di bagian atas dan 35 sentimeter untuk saluran air di bawahnya.

    “Saya bikin dua lantai, di atas untuk lele, di bawah tetap saluran air. Enggak ditutup, enggak mengganggu. Saya juga sudah izin ke Kementerian PU dan Dinas SDA,” kata Taufiq.

    Kolam gizi untuk cegah stunting

    Taufiq juga membuat “kolam gizi warga” berisi ikan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dan lansia, sekaligus mencegah stunting di wilayahnya.

    Program "kolam gizi warga" tersebut merupakan pengembangan dari budidaya ikan lele di atas selokan yang telah menjadi sumber ekonomi lingkungan.

    “Saya bikin kolam gizi buat warga, untuk lansia dan balita, isinya ikan nila dan bawal yang bisa ambil dan dikonsumsi secara gratis,” ujar Taufiq.

    Taufiq menjelaskan, warga dapat mengambil ikan secara langsung saat masa panen tanpa prosedur yang rumit, asalkan memperhatikan ukuran ikan yang layak dikonsumsi.

    “Kolam gizi warga ini kalau sudah waktunya panen, warga kami izinkan ambil. Biasanya ini tiga bulan, ini sudah waktunya panen yang ini kan sudah gede-gede,” katanya.

    Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang
    Komentar
    Additional JS