Moskow Kencangkan Dominasi Militer, Putin Janjikan Senjata Baru untuk Negara Sekutu - Tribunnews
Moskow Kencangkan Dominasi Militer, Putin Janjikan Senjata Baru untuk Negara Sekutu - Tribunnews.com
Ringkasan Berita:
- Sebagai anggota terkuat, Rusia dan Putin memegang pengaruh besar, menyediakan sebagian besar persenjataan CSTO dan menentukan arah kebijakan serta strategi keamanan aliansi.
- Program baru mencakup peningkatan kesiapan pasukan, modernisasi sistem pertahanan udara dan penerbangan, serta strategi kontra-terorisme
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan proposal besar yang berpotensi mengubah peta kekuatan militer kawasan Eurasia.
Dalam pidatonya, Putin mengusulkan peluncuran program luas untuk membekali pasukan aliansi dengan persenjataan mutakhir buatan Rusia.
"Selama masa kepemimpinan kami, kami berencana untuk mulai mengembangkan bersama strategi anti terorisme CSTO yang baru,” ujar Putin, mengutip dari Anadolu.
“Kami akan berupaya melakukan segala yang diperlukan untuk memerangi ekstremisme secara lebih tegas," imbuhnya.
Usulan itu diungkap Putin dalam Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (Collective Security Treaty Organization atau CSTO) di Bishkek, Kirgistan, kamis (27/11/2025).
Putin menekankan bahwa sistem persenjataan yang ditawarkan bukan sekadar dukungan militer rutin, melainkan paket modernisasi penuh yang telah teruji dalam medan pertempuran nyata.
Rusia juga memastikan akan menggelar latihan gabungan antar-negara anggota untuk menguji efektivitas sistem tempur baru.
Langkah tersebut dinilai sebagai bagian dari strategi memperkuat CSTO dengan teknologi pertahanan modern, khususnya yang sudah terbukti efektif dalam perang nyata.
Keputusan ini muncul menjelang pergantian kepemimpinan CSTO, di mana Rusia akan memegang posisi komando pada Januari 2026.
Dalam masa kepemimpinannya, Moskow bertekad memperkuat kemampuan militer kolektif, termasuk kesiapan tempur pasukan nasional masing-masing negara anggota, serta memperbaiki mekanisme komando terpusat dalam operasi gabungan.
Putin menjelaskan bahwa tujuan utama program ini adalah memastikan CSTO memiliki daya gentar yang solid di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global.
Ia menekankan perlunya modernisasi sistem pertahanan udara dan penerbangan militer aliansi, serta peningkatan kerja sama industri pertahanan antar-negara anggota.
Selain mempercepat modernisasi senjata, Rusia juga mendorong penyusunan strategi anti terorisme baru.
Putin menyebut ancaman ekstrimisme internasional kian dinamis, sehingga CSTO membutuhkan pola respons yang lebih agresif dan adaptif.
Keputusan ini dinilai sebagai langkah strategis Rusia untuk memperkuat pengaruh militer dan politiknya di kawasan Eurasia, terutama setelah beberapa tahun terakhir CSTO berada di bawah tekanan akibat ketidakstabilan keamanan regional.
Apa Itu CSTO?
Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif atau Collective Security Treaty Organization (CSTO) merupakan aliansi militer yang dibentuk pada tahun 2002 dan beranggotakan sejumlah negara eks-Uni Soviet.
Saat ini anggota aktif CSTO terdiri dari Rusia, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan.
Sementara Armenia menangguhkan keikutsertaannya pada 2024 setelah hubungan politik dengan Moskow merenggang.
Tujuan utama CSTO mirip dengan NATO—meski dengan skala dan kekuatan yang berbeda yakni memberikan perlindungan bersama.
Jika satu negara anggota diserang, negara lain berkewajiban memberi dukungan militer.
Aliansi ini juga mencakup kerja sama dalam bidang keamanan perbatasan, kontra-terorisme, latihan militer gabungan, serta penyediaan persenjataan.
Peran dan Pengaruh Putin di CSTO
Peran Presiden Rusia Vladimir Putin dalam CSTO sangat dominan, karena Rusia merupakan negara dengan kekuatan militer, politik, dan ekonomi paling besar dibanding anggota lain.
Dominasi ini menjadikan Putin tokoh kunci dalam menentukan arah kebijakan aliansi.
Ia sering menjadi pengusul utama agenda strategis, mulai dari pembaruan doktrin perang hingga dorongan modernisasi sistem persenjataan bersama.
Ketika Putin menyampaikan rencana pengembangan senjata baru, langkah tersebut menggambarkan posisi Rusia sebagai motor penggerak aliansi.
Pengaruh Putin semakin kuat karena sebagian besar negara anggota masih sangat bergantung pada Rusia sebagai pemasok senjata dan teknologi militer.
Sistem persenjataan yang digunakan Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan, hingga Tajikistan mayoritas berasal dari Moskow, sehingga keputusan Rusia memiliki dampak langsung terhadap perkembangan kekuatan tempur di seluruh wilayah CSTO.
Ketergantungan ini juga membuat Rusia hampir tidak dapat digantikan dalam rantai pertahanan mereka.
Dalam aspek politik dan keamanan kawasan, suara Rusia kerap menjadi penentu sikap organisasi terhadap isu geopolitik tertentu, terutama terkait stabilitas di Asia Tengah dan wilayah perbatasan bekas Uni Soviet yang rawan konflik.
Kebijakan keamanan CSTO hampir selalu bergerak sejalan dengan kepentingan strategis Kremlin.
Saat Rusia memegang jabatan kepemimpinan aliansi pada 2026, peranan Putin semakin terlihat jelas; ia terlibat langsung dalam penyusunan sistem komando operasi, peningkatan kesiapan pasukan gabungan, hingga penguatan strategi kontra-terorisme.
Dengan demikian, keberadaan Putin bukan hanya sebagai pemimpin negara anggota terbesar, tetapi juga sebagai figur utama yang membentuk identitas dan arah masa depan CSTO.
(Tribunnews.com/Namira)