Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Hoax Istimewa Kasus Kesehatan Obgyn Rahim Copot Spesial

    Obgyn yang Tangani 'Rahim Copot' Muncul, Luruskan Dugaan Hoax-Titip Pesan Penting - drtik

    4 min read

     

    Obgyn yang Tangani 'Rahim Copot' Muncul, Luruskan Dugaan Hoax-Titip Pesan Penting

    Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
    Rabu, 19 Nov 2025 06:04 WIB


    Foto: Getty Images/Wavebreakmedia
    Jakarta -

    Polemik 'rahim copot' mendapat titik terang setelah dokter spesialis obstetri-ginekologi (obgyn) yang ikut menangani, angkat bicara. Bersama dr Gia Pratama, dokter sekaligus influencer yang memviralkan kasus tersebut, ia mengaku mendapati pasien dengan rahim lepas 15 tahun lalu di Garut, Jawa Barat.

    Adalah Dr dr Christofani E, SpOG, SubspFER, konsultan fertility yang mengaku bersama dr Gia menerima kasus 'rahim copot' di IGD (Instalasi Gawat Darurat). Kala itu, ia masih menjadi residen atau calon dokter spesialis di RSUD Slamet, Garut.

    "Pasti kaget dan tidak percaya. Hanya setelah dipastikan itu rahim fokus kami langsung bergeser bagaimana pasien bisa selamat," tuturnya, mengisahkan peristiwa 15 tahun silam, Selasa (18/11/2025).

    SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

    Sembari menceritakan detail kasus yang ditanganinya, dr Christo, demikian ia disapa, menyebut pasien sudah dalam kondisi syok hipovolemik. Dikutip dari Cleveland Clinic, kondisi tersebut merupakan kondisi darurat ketika tubuh kehilangan banyak darah dan cairan tubuh.

    "Dan suasananya menjadi menegangkan karena kondisi ibu sudah kritis. Fokus kami waktu itu melakukan resusitasi cairan dan berusaha sesegera mungkin melakukan operasi untuk menghentikan perdarahan," jelasnya.

    ADVERTISEMENT

    Ia mengakui, kasus yang dihadapinya bukan hal yang lumrah. Dalam kondisi normal, mustahil rahim bisa copot, sebagaimana disampaikan beberapa sejawat obgyn ketika cerita ini viral.

    "Pada kasus ini, rahim terpisah sebagian karena perlakuan dari perajinya," jelas dr Christo.

    Terkait polemik yang muncul, dr Christo memahami bahwa kasus ini sulit untuk dipercaya. Terlebih, tidak ada dokumentasi resmi dalam bentuk paper yang dipublikasikan di jurnal ilmiah.

    "Sayapun akan sama responsnya kalau mendengar berita seperti ini. Karena seperti yang saya sudah sampaikan pada kondisi normal tidak mungkin rahim bisa lepas sendiri," katanya.

    Baca juga:

    Soal tidak adanya laporan di jurnal ilmiah, ia mengaku tidak sempat melakukannya karena beban kerja sebagai residen saat itu sangat tinggi. Jangankan untuk menulis paper, untuk makan dan tidur saja harus curi-curi waktu.

    "Perlu dipahami bahwa RSUD Slamet Garut adalah RS dengan load pasien yang luar biasa banyak, kami residen bertugas di sana selama 2 minggu, bisa bekerja sampai lewat tengah malam setiap hari," jelasnya.

    "Jam tidur bahkan makan harus curi-curi. Jadi jujur kami tidak sempat membuat paper untuk publikasi. Akan tetapi ada laporan yang dibuat untuk dokumentasi di RSUD Garut," tuturnya.

    Awal Mula Jadi Kontroversi

    Kontroversi sempat memanas saat beberapa sejawat obgyn merespons cerita dr Gia tentang 'rahim copot' melalui beberapa konten di media sosial, terutama TikTok. Mereka menyebut, kemungkinan yang dimaksud adalah inversio uteri, yakni kondisi rahim terbalik dan tidak benar-benar copot.

    Oleh netizen respons tersebut dianggap meragukan cerita dr Gia dan cenderung mem-bully.

    Baca juga:

    Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof Budi Wiweko, SpOG(K) angkat bicara menengahi kegaduhan. Menurutnya, penyampaian informasi medis di ruang publik sudah memiliki pedoman yang jelas.

    "Dalam memberikan informasi di media sosial, kita menjunjung tinggi aspek etik, profesionalisme, dan kompetensi. Edukasi harus bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya kepada detikcom, Senin (17/11/2025).

    Rambu-rambu terkait aktivitas dokter di media sosial, menurutnya sudah diatur oleh organisasi profesi. Ia menekankan, informasi dan edukasi yang disampaikan jangan sampai malah bikin bingung.

    "Tidak untuk menyalahkan, tidak untuk menjelekkan, tidak untuk buat bingung masyarakat. Yang jelas, bila ingin menyampaikan sesuatu di media sosial, sampaikan informasi yang bermanfaat," kata Prof Iko, sapaan akrabnya.

    Senada, dr Christo juga memilih untuk lebih fokus pada hikmah yang bisa dipetik dibanding saling sindir. Menurutnya, para ibu hamil hendaknya memeriksakan kehamilan dan bersalin di fasilitas kesehatan yang terpercaya.

    "Sehingga risiko komplikasi seperti pasien yang kami tangani tidak terjadi lagi pada semua ibu hamil," pungkasnya.

    Baca juga:
    Komentar
    Additional JS