Pemda Ngada Hentikan Sementara Dapur MBG Usai Puluhan Siswa Alami Gejala Keracunan
Pemda Ngada Hentikan Sementara Dapur MBG Usai Puluhan Siswa Alami Gejala Keracunan
BAJAWA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Pemerintah Kabupaten Ngada bergerak cepat setelah insiden puluhan siswa dari dua sekolah dasar mengalami gejala mual dan sakit perut usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG). Wakil Bupati Ngada, Bernadinus Dhey Ngebu menegaskan bahwa pemerintah segera menghentikan seluruh aktivitas dapur MBG sebagai langkah darurat untuk mencegah kasus serupa.
Insiden tersebut menimpa siswa SD Regina Pacis Bajawa dan SD Waturutu yang harus dilarikan ke RSU Bajawa. Para siswa dilaporkan mengalami mual, pusing, sakit perut, hingga sensasi gatal pada lidah setelah menyantap menu MBG di sekolah masing-masing.
Menanggapi kejadian itu, Wakil Bupati Berni Dhey menyampaikan keprihatinan mendalam dan mengakui adanya kelemahan pengawasan dalam pelaksanaan program. Ia menegaskan bahwa penghentian sementara dapur MBG merupakan langkah paling tepat sambil menunggu investigasi resmi.
“Kami Pemerintah Kabupaten Ngada sangat menyesali hal ini. Situasi ini tidak mengenakkan dan menunjukkan adanya kelemahan di lapangan,” ujar Berni, Rabu (26/11) sore.
Ia menjelaskan pemerintah telah menyurati seluruh pihak terkait dalam Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk menghentikan operasional dapur. Menurutnya, berbagai dugaan penyebab muncul dari lapangan, mulai dari kualitas makanan, proses penyajian tahu-tempe, hingga jenis lauk.
“Semua pihak kini berspekulasi. Karena itu dapur harus dihentikan sementara sambil kita investigasi menyeluruh,” tegasnya.
Berni memastikan proses investigasi akan melibatkan seluruh unsur terkait, mulai dari suplayer bahan, pengelola dapur, ahli gizi, tenaga kesehatan, kepala SPPG hingga koordinator wilayah.
Ia menilai unsur kelalaian menjadi faktor yang harus dibenahi segera.
“Ini kelalaian, dan tidak boleh terulang. Pengelola harus benar-benar memperhatikan protap yang sudah ditetapkan,” ujarnya.
Wabup menegaskan MBG adalah program pemerintah pusat yang harus dijalankan secara hati-hati.
“Program ini wajib kita dukung, tetapi pelaksanaannya harus sesuai prosedur,” tambahnya.
Pemerintah bersama DPRD dan Forkopimda telah meninjau kondisi para siswa di RSU Bajawa.
“Kami imbau semua anak yang sudah makan menu tersebut agar datang ke rumah sakit untuk diperiksa. Gejalanya bisa muncul belakangan,” ujarnya.
Menurut Berni, kejadian ini menjadi peringatan serius bagi seluruh pengelola dapur MBG.
“Ini tidak boleh terjadi lagi. Artinya ada protap yang dilanggar. Mereka akan kita evaluasi,” tegasnya.
Untuk sementara, pemerintah menghentikan aktivitas dapur sambil menenangkan kondisi psikologis para siswa.
“Operasi dapur kita istirahatkan dulu. Anak-anak juga harus dipulihkan dari rasa trauma,” pungkasnya.
Dari pihak dapur, Ahli Gizi Dapur Bolonga, Maria Yolanda Aleksandria Maun menyebut indikasi awal mengarah pada kualitas ikan dari suplayer.
“Tempat penyimpanan yang tidak steril bisa menyebabkan ikan menjadi gatal,” katanya.
Sementara itu, Ketua SPPG Kabupaten Ngada, Marianus Watu menyebut pihaknya belum dapat memastikan siswa mengalami keracunan.
“Kami menunggu hasil lab dari RSU Bajawa. Namun gejala muncul memang setelah konsumsi MBG,” ujarnya.
Ia mengatakan total penerima MBG di dua sekolah tersebut mencapai 1.803 siswa. Data valid masih menunggu laporan resmi rumah sakit.
“Mungkin besok datanya sudah bisa kami terima untuk pelaporan,” tutup Marianus.(*)