Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Spesial

    Penyaluran Rumah Subsidi Lesu Imbas Daya Beli Masyarakat Lemah - Merdeka

    6 min read

     

    Penyaluran Rumah Subsidi Lesu Imbas Daya Beli Masyarakat Lemah

    BP Tapera memperkirakan bahwa penyaluran rumah subsidi melalui FLPP terhambat akibat daya beli masyarakat yang masih belum pulih.

    Penyaluran Rumah Subsidi Lesu Imbas Daya Beli Masyarakat Lemah
    Bank Tabungan Negara (BTN) semakin kreatif dalam memfasilitasi masyarakat untuk memiliki rumah, termasuk ketika harga rumah bersubsidi diputuskan naik. (merdeka.com/Imam Buhori) (©© 2025 Liputan6.com)

    Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang menghambat percepatan penyaluran rumah subsidi melalui program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) pada tahun 2025 adalah pelemahan daya beli masyarakat.

    Berdasarkan data FLPP per 21 November 2025, tercatat sebanyak 223.279 unit rumah, yang berarti baru mencapai 63,38 persen dari total target kuota FLPP sebanyak 350.000 unit untuk tahun ini.

    "Faktor yang paling dominan adalah belum pulih sepenuhnya daya beli masyarakat," jelas Komisioner BP Tapera, Heru Pudyo Nugroho, pada Sabtu (22/11).

    Heru juga menyoroti bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan pada kuartal III 2025, yang turun dari 5,12 persen menjadi 5,04 persen. Penurunan ini berdampak pada konsumsi masyarakat yang biasanya tumbuh lebih dari 5 persen, kini hanya mencapai 4,89 persen.

    "Data tersebut memperlihatkan bahwa daya beli masyarakat masih tertahan. Dengan kata lain, data ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih belum pulih. Perlu adanya upaya untuk mendorong konsumsi dan memperbaiki daya beli," tambahnya.

    Indikator lain yang menunjukkan belum pulihnya daya beli masyarakat dapat dilihat dari Survei Konsumen Bank Indonesia. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang sebelumnya berada di level 123,5 pada tahun 2024, mengalami penurunan hingga mencapai level 115 pada September 2025.

    Meskipun terdapat sedikit kenaikan IKK menjadi 121,2 pada bulan Oktober 2025, hal ini tetap menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen masih belum sepenuhnya pulih.

    Stimulus Belum Mampu Genjot Daya Beli

    Penyaluran Rumah Subsidi Lesu Imbas Daya Beli Masyarakat Lemah
    Bank Tabungan Negara (BTN) semakin kreatif dalam memfasilitasi masyarakat untuk memiliki rumah, termasuk ketika harga rumah bersubsidi diputuskan naik. (merdeka.com/Imam Buhori) © 2025 Liputan6.com

    Di sisi lain, Heru menilai bahwa stimulus yang terdiri dari 8+4+5 yang diberikan oleh pemerintah belum berhasil meningkatkan daya beli masyarakat. Stimulus ini mencakup 8 Program Akselerasi yang direncanakan untuk 2025, 4 Program Lanjutan untuk 2026, dan 5 Program Penciptaan Lapangan Kerja.

    “Dengan segala kondisi yang ada, BP Tapera bersama Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) masih melakukan roadshow di daerah-daerah yang memiliki potensi permintaan rumah subsidi yang tinggi,” imbuh Heru. “Langkah ini untuk mengejar target kuota FLPP 2025 sebesar 350.000. Selain itu, BP Tapera juga terus bekerja sama dengan berbagai pihak seperti pengembang dan bank penyalur,” ujarnya.

    Rekor Tertinggi dalam Sejarah

    Penyaluran Rumah Subsidi Lesu Imbas Daya Beli Masyarakat Lemah
    Bank Tabungan Negara (BTN) semakin kreatif dalam memfasilitasi masyarakat untuk memiliki rumah, termasuk ketika harga rumah bersubsidi diputuskan naik. (merdeka.com/Imam Buhori) © 2025 Liputan6.com

    Meskipun demikian, BP Tapera tetap optimis bahwa penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP) akan mengalami tren yang positif. Saat ini, penyaluran KPR FLPP telah mencapai angka tertinggi dalam sejarah sejak tahun 2022.

    Data terbaru per 21 November 2025 menunjukkan bahwa KPR FLPP Sejahtera telah mencatat 223.279 unit rumah dengan total nilai mencapai Rp 27,72 triliun. Angka ini mencerminkan pertumbuhan yang positif dan diharapkan terus berlanjut hingga akhir tahun 2025.

    Diperkirakan bahwa total penyaluran FLPP pada akhir November ini akan melampaui rekor tertinggi yang dicapai pada tahun 2023, yaitu sebanyak 229.000 unit rumah. Pada tahun 2022, penyaluran FLPP mencapai 226.000 unit rumah dengan nilai total sebesar Rp 25,15 triliun. Dengan demikian, tren yang menunjukkan pertumbuhan ini memberikan harapan yang baik bagi sektor perumahan di Indonesia.

    229.000 Unit di Tahun 2023

    Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 229.000 unit rumah dengan total nilai mencapai Rp 26,32 triliun. Sementara itu, pada tahun 2024, jumlah unit rumah yang disubsidi mencapai 200.300 dengan nilai subsidi sebesar Rp 24,6 triliun.

    "Tahun ini merupakan pencapaian luar biasa dalam penyaluran rumah subsidi. Jika dibandingkan realisasi pada 2023 dan 2024 dengan realisasi pada 2024-2025, ada peningkatan 10,99 persen," ungkap Heru Pudyo Nugroho, Komisioner BP Tapera.

    Heru juga melaporkan bahwa dalam satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, jumlah unit yang telah dicairkan untuk FLPP mencapai 237.849 unit. Selain itu, untuk KPR Tapera, terdapat 1.306 unit yang telah dicairkan. Dengan demikian, total unit yang sudah dicairkan dan terealisasi adalah sebanyak 239.165 unit.

    Berita Terbaru
    Komentar
    Additional JS