Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Istimewa Pakubuwana XIII Solo Spesial

    Rencana Prosesi Pemakaman Raja Solo Pakubuwana XIII: Pakai Kereta Kencana Khusus yang Ditarik 8 Kuda - Tribunnews

    10 min read

     

    Rencana Prosesi Pemakaman Raja Solo Pakubuwana XIII: Pakai Kereta Kencana Khusus yang Ditarik 8 Kuda - Tribunnews.com

    Editor: Nanda Lusiana Saputri

    TribunSolo.com
    RAJA KERATON SOLO - Foto Pakubuwono XIII semasa hidup. Pakubuwono XIII wafat di RS Indriati Solo Baru, jenazah akan dimakamkan secara adat di Imogiri. Nantinya jenazah Sinuhun Pakubuwana XIII akan dibawa menggunakan kereta kencana khusus yang ditarik delapan ekor kuda. 
    Ringkasan Berita:
    • Nantinya jenazah Sinuhun Pakubuwana XIII akan dibawa menggunakan kereta kencana khusus yang ditarik delapan ekor kuda.

    TRIBUNNEWS.COM - Raja Keraton Solo Sinuhun Pakubuwana (PB) XIII meninggal dunia di Rumah Sakit Indriati, Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu (2/11/2025) sekitar pukul 07.30 WIB.

    Sinuhun Pakubuwana XIII meninggal dunia pada usia 77 tahun setelah mengalami sejumlah komplikasi penyakit.

    Jenazah Sinuhun Pakubuwana XIII telah diberangkatkan dari RS Indriati menuju Keraton Surakarta Hadiningrat.

    Berdasarkan pantauan TribunSolo.com, jenazah Sinuhun Pakubuwana XIII diberangkatkan dari RS Indriati pukul 10.25 WIB menggunakan mobil Toyota Alphard tahun 2014.

    Sekitar pukul 10.38 WIB, mobil yang membawa jenazah Sinuhun Pakubuwana XIII tiba di sebelah barat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

    Rombongan kemudian masuk melalui pintu Sentra Listrik, yang langsung ditutup rapat setelah iring-iringan masuk.

    Jenazah Sinuhun Pakubuwana XIII akan dimakamkan di Kompleks Makam Raja-Raja Mataram, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

    Rencana Prosesi Pemakaman

    1. Disemayamkan di Bangsal Maligi

    Jenazah Sinuhun Pakubuwana XIII akan disemayamkan di Bangsal Maligi.

    Bangsal Maligi merupakan satu di antara bangunan penting di kompleks Keraton Surakarta.

    Bangsal yang terletak di belakang Sasana Sewaka itu akan menjadi tempat penghormatan terakhir sebelum almarhum dimakamkan di Kompleks Makam Raja-Raja Mataram, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

    “Sebelum ke Imogiri di belakang pendopo utama itu,” ungkap kerabat Keraton Solo, KPH Eddy Wirabhumi, Minggu, dilansir TribunSolo.com.

    2. Disemayamkan di Masjid Pujosono

    Adik kandung Sinuhun, KGPH Puger, mengatakan tidak ada prosesi adat khusus yang digelar.

    Prosesi pemakaman raja hampir sama seperti masyarakat pada umumnya, termasuk berobosan yang dilakukan di Paningrat, hanya lokasi pelaksanaannya berbeda.

    “Saya kira hampir sama, cuma destinasinya yang beda. Raja punya masjid sendiri, punya yang namanya Parasdya. Berobosan tetap dilakukan,” ujarnya, Minggu, dikutip dari TribunSolo.com.

    Setelah dimandikan, jenazah akan disemayamkan di Masjid Pujosono, belakang Sasana Sewaka.

    Rencananya, pada Rabu (5/11/2025), jenazah akan diberangkatkan melalui Magangan, lalu menuju Alun-Alun Selatan (Kidul).

    “Keberangkatannya lewat Magangan, Alun-Alun Kidul,” jelasnya.

    3. Menggunakan Kereta Kencana

    Dalam prosesi pemakaman, nantinya jenazah Sinuhun Pakubuwana XIII akan dibawa menggunakan kereta kencana khusus yang ditarik delapan ekor kuda.

    Kereta kencana akan mengantar jenazah hingga Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota Surakarta.

    Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan ambulans menuju Kompleks Makam Raja-Raja Mataram Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta.

    KGPH Puger mengungkapkan, kereta tersebut terakhir direnovasi pada era Pakubuwana X.

    “Ditarik kuda sekitar delapan. Direnovasi sejak PB X,” ungkapnya.

    “Kereta jenazah digunakan untuk mengantar dari dalam keraton hingga keluar. Dari sini ke Ndalem Wuryoningratan, baru ganti ambulans,” jelasnya.

    4. Hari Pemakaman Diganti

    Prosesi pemakaman Pakubuwana XIII akan berlangsung pada Rabu (5/11/2025).

    Rencana pemakaman ini diketahui diganti, karena sebelumnya dikabarkan pemakaman akan dilaksanakan pada Selasa (4/11/2025) yang bertepatan dengan Selasa Kliwon.

    Pegiat sejarah dan budaya Jawa, R. Surojo, menduga pemilihan hari Rabu bukan tanpa alasan.

    Menurutnya, hari Selasa yang bertepatan dengan pasaran Kliwon sengaja dihindari karena dianggap tidak baik untuk prosesi pemakaman.

    Ia menjelaskan, dalam keyakinan masyarakat Jawa, Selasa Kliwon kerap dikaitkan dengan hari yang angker karena diyakini menjadi waktu turunnya energi besar alam gaib.

    “Kalau orang Jawa, ora ilok (tidak baik) memakamkan pada Selasa Kliwon,” ungkapnya kepada TribunSolo.com, Minggu.

    “Makanya, untuk acara seperti pemakaman, orang tua dulu menghindari Selasa Kliwon,” jelasnya.

    Sebaliknya, hari Rabu Legi yang dipilih untuk pemakaman dipercaya membawa makna baik.

    “Rabu itu pasaran Legi, artinya manis. Jadi kalau dikebumikan hari itu, harapannya mendapat manisnya kubur, kubur yang tenteram, damai, dan baik bagi arwahnya,” papar Surojo.

    Sosok Pakubuwana XIII

    RAJA SOLO - Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Pakubuwono XIII saat menyebar uang koin yang disertai beras kuning saat Kirab Agung, Senin (1/4/2019).
    RAJA SOLO - Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Pakubuwono XIII saat menyebar uang koin yang disertai beras kuning saat Kirab Agung, Senin (1/4/2019). (TRIBUNSOLO.COM/ASEP ABDULLAH ROWI)

    Sinuhun Pakubuwana XIII lahir di Surakarta pada 28 Juni 1948 dengan nama kecil Gusti Raden Mas (GRM) Suryadi. 

    Sinuhun Pakubuwana XIII merupakan salah satu putra tertua dari Sri Susuhunan Pakubuwana XII disingkat PB XII, raja terdahulu Keraton Surakarta.

    Nama GRM Suryadi kemudian diganti menjadi GRM Suryo Partono.

    Pergantian nama itu dilakukan oleh sang nenek, GKR Pakubuwana, karena kondisi kesehatan cucunya yang kerap sakit-sakitan.

    Seiring berjalannya waktu, saat Kasunanan Surakarta telah hidup berdampingan dengan sistem kenegaraan Republik Indonesia, sebuah keputusan adat atau paugeran ditetapkan pada tahun 1979.

    Dalam keputusan tersebut, GRM Suryo Partono, sebagai putra sulung dari Pakubuwana XII, dinyatakan berhak menyandang nama Hangabehi dengan gelar lengkap Kangjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH).

    Gelar ini menandakan posisinya sebagai pangeran tertua dan calon penerus takhta Kasunanan Surakarta.

    Dalam kiprahnya di lingkungan keraton, KGPH Hangabehi pernah menjabat sebagai Pangageng Museum Keraton Surakarta serta memegang berbagai posisi penting lainnya.

    Ia juga menerima penghargaan Bintang Sri Kabadya I dari ayahandanya, Pakubuwana XII, atas jasanya dalam menangani kebakaran besar yang menimpa Keraton Surakarta pada tahun 1985.

    Dari seluruh keturunan Pakubuwana XII, hanya Hangabehi yang memperoleh bintang kehormatan tersebut.

    Ia juga menerima sejumlah penghargaan dari berbagai lembaga nasional maupun internasional, termasuk gelar Doktor Kehormatan dari Global University (GULL), Amerika Serikat (AS).

    Hingga akhirnya dirinya menjadi raja, dengan nama Susuhunan Pakubuwana XIII sejak 2004.

    (Tribunnews.com/Nuryanti/Garudea Prabawati) (TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin/Mardon Widiyanto/Tri Widodo)

    Tags:
    Komentar
    Additional JS