Sempat Takut Bicara, Siswa SMP di Tangsel Akhirnya Mengaku Dibully ke Ibunya - Kompas
Sempat Takut Bicara, Siswa SMP di Tangsel Akhirnya Mengaku Dibully ke Ibunya
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com – MH (13), siswa SMP Negeri di Tangerang Selatan (Tangsel) yang diduga menjadi korban bullying oleh teman sekelasnya, disebut sempat takut untuk mengadukan peristiwa yang dialaminya kepada ibunya, Y (38), karena sang ibu sedang dalam kondisi sakit.
"Dia enggak langsung bilang karena hari itu saya juga habis keluar dari ruang ICU, dia takut," ujar Y saat ditemui Kompas.com di Serpong, Tangerang Selatan, Senin (10/11/2025).
Melihat perilaku anaknya yang tampak berbeda, Y kemudian menanyakan kondisi MH.
"Saya bilang, 'Abang kenapa sih matanya kaya gitu? kalau jalan kejedot mulu?' terus dia jawab 'Enggak apa-apa mah' dia belum ngaku," kata dia.
Y terus mendesak MH untuk berbicara mengenai kondisinya sampai akhirnya sang anak buka suara. Sebelum bercerita, MH sempat meminta ibunya agar tidak kaget atau terlalu khawatir.
"Saya tanya lagi, 'Abang kenapa?' terus dia bilang, 'Tapi mama jangan kaget, jangan takut, jangan nyesek. Aku dijedotin sama temen aku'," jelas Y saat MH pertama kali mengakui kejadian itu.
Kaget mendengar jawaban sang anak, Y kemudian menanyakannya lebih spesifik soal peristiwa yang dialaminya itu.
MH mengatakan kepada Y bahwa kepalanya sempat dijedotkan oleh teman sekelasnya. Bahkan, ia menunjukan luka benjol di bagian atas kepalanya, tepatnya di bagian ubun-ubun.
Namun, Y masih bingung dengan cerita sang anak. Pasalnya, luka yang dialami MH berada di bagian ubun-ubun sehingga menurut dia tidak masuk akal jika anaknya dijedotkan.
Akan tetapi, setelah ditanya lebih mendalam, MH mengaku bahwa dirinya dipukul dengan menggunakan kursi besi.
"Saya mikir, 'Kok dijedotin tapi ada di tengah ubun-ubun gitu'. Terus dia bilang, 'bukan dijedotin mah tapi dipukul pakai bangku', bangku yang kursi sekolah besi itu," kata Y.
Kaget mendengar pernyataan sang anak, Y langsung melaporkan hal tersebut ke pihak sekolah.
Sementara itu, kakak sepupu korban, RF (29), mengatakan, keluarga korban sempat melakukan mediasi dengan pihak sekolah dan keluarga terduga pelaku pada Rabu (22/10/2025).
Dalam pertemuan itu, keluarga terduga pelaku disebut bersedia menanggung biaya pengobatan korban hingga sembuh. Namun, RF menyebut komitmen tersebut tidak dijalankan.
"Awalnya pihak pelaku mau tanggung jawab penuh. Tapi waktu korban dibawa ke Fatmawati, keluarga pelaku malah lepas tangan, sampai nyuruh orangtua korban cari pinjaman uang sendiri,” kata RF.
Hingga kini, MH masih dirawat di RSUP Fatmawati dalam kondisi lemah dan belum sepenuhnya sadar.
“Kondisinya lemah, agak linglung. Sejak Jumat dia sempat pingsan dan belum sadar penuh,” kata dia.
Ia menambahkan, setelah kejadian itu, penglihatan MH menurun dan sisi kiri tubuhnya melemah sehingga sulit digerakkan.
Awalnya, pihak keluarga sudah membawa MH ke Rumah Sakit Columbia BSD, hingga akhirnya dirujuk ke RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan.
“Yang kami inginkan sekarang cuma kesembuhan adik saya. Itu saja,” kata RF.
Kepala Sekolah SMP tersebut, F, membenarkan, pihaknya telah melakukan mediasi pada 22 Oktober 2025. Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak disebut sudah mencapai kesepakatan.
“Sudah ada kesepakatan, pihak pelaku bertanggung jawab untuk biaya pengobatan korban,” ujar Firda.
Sementara itu, Guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah itu, S, menyebut kejadian dugaan kekerasan terjadi pada 20 Oktober 2025 sekitar pukul 09.00 WIB, setelah jam istirahat.
Saat peristiwa itu, S mengatakan, tidak ada laporan atau aduan dari siswa yang bersangkutan.
Baik korban maupun temannya yang melakukan perundungan masih sekolah seperti biasa sampai tanggal 21 Oktober 2025.
Tetapi, pihak sekolah baru mendapat informasi dari orangtua korban pada sore hari tanggal 21 Oktober 2025. Setelah itu, mediasi dilakukan pada 22 Oktober 2025.
“Kami sempat menerima hasil CT scan dari keluarga, dan hasilnya normal. Tapi kondisi korban saat ini kami belum tahu pasti karena masih dirawat,” jelas dia.
