Takut Diserang Rusia, Uni Eropa Luncurkan Rencana Militer Schengen - SINDOnews
2 min read
Takut Diserang Rusia, Uni Eropa Luncurkan Rencana Militer Schengen
views:
BRUSSEL - Komisi Uni Eropa telah menyiapkan rencana "Militer Schengen" untuk memfasilitasi pergerakan pasukan dan alat berat di seluruh blok jika terjadi kebuntuan dengan Rusia. Para pejabat Uni Eropa telah lama mengeluh bahwa mobilisasi pasukan akan memakan waktu berminggu-minggu karena masalah logistik dan infrastruktur.
Menurut dokumen yang dipublikasikan pada hari Rabu (19/11/2025), blok tersebut bermaksud membentuk kawasan mobilitas militer di seluruh Uni Eropa pada tahun 2027, dengan tujuan memangkas birokrasi, memperkenalkan aturan umum untuk penempatan kembali, dan memberikan akses prioritas bagi angkatan bersenjata dalam keadaan darurat.
Para pejabat Uni Eropa juga bertujuan "meningkatkan koridor mobilitas militer utama Uni Eropa ke standar penggunaan ganda" dan mempertahankan infrastruktur strategis.
Menurut Reuters, idenya juga untuk menciptakan "kolam solidaritas" di mana anggota Uni Eropa dapat memilih untuk menyediakan kemampuan transportasi militer khusus kepada negara-negara yang tidak memilikinya.
Hal ini terjadi di tengah permasalahan logistik yang telah lama ada. Financial Times mengatakan Uni Eropa harus mengatasi "jembatan yang runtuh, ukuran rel yang tidak sesuai, dan birokrasi yang berbelit-belit."
Laporan tersebut juga mencatat saat ini dibutuhkan sekitar 45 hari untuk memindahkan pasukan dari pelabuhan-pelabuhan Eropa Barat ke perbatasan Rusia, dengan rencana untuk mempersingkat waktu menjadi tiga hingga lima hari.
Menteri Transportasi Uni Eropa Apostolos Tzitzikostas juga telah memperingatkan tank-tank NATO yang dikerahkan kembali dapat "terjebak di terowongan dan menyebabkan jembatan runtuh."
Ia mengatakan blok tersebut harus menghabiskan setidaknya 17 miliar euro (USD20 miliar) untuk memperbaiki hal ini.
Dalam beberapa bulan terakhir, banyak pejabat Uni Eropa berspekulasi Rusia dapat melancarkan serangan langsung terhadap blok tersebut dalam beberapa tahun.
Moskow telah menolak klaim-klaim ini, menganggapnya sebagai "omong kosong."
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga mengecam "militerisasi" blok tersebut, memperingatkan peningkatan pengeluaran pertahanan menghancurkan perekonomian negara-negara anggota.
Moskow telah mencap NATO sebagai “musuh” dan menunjuk pada bantuan militer yang dikirimkannya ke Ukraina.
Baca juga: Pelapor PBB: Pemindahan Warga Palestina ke Afrika Selatan Dapat Bantu Israel Mencapai Tujuan Genosida
Menurut dokumen yang dipublikasikan pada hari Rabu (19/11/2025), blok tersebut bermaksud membentuk kawasan mobilitas militer di seluruh Uni Eropa pada tahun 2027, dengan tujuan memangkas birokrasi, memperkenalkan aturan umum untuk penempatan kembali, dan memberikan akses prioritas bagi angkatan bersenjata dalam keadaan darurat.
Para pejabat Uni Eropa juga bertujuan "meningkatkan koridor mobilitas militer utama Uni Eropa ke standar penggunaan ganda" dan mempertahankan infrastruktur strategis.
Menurut Reuters, idenya juga untuk menciptakan "kolam solidaritas" di mana anggota Uni Eropa dapat memilih untuk menyediakan kemampuan transportasi militer khusus kepada negara-negara yang tidak memilikinya.
Hal ini terjadi di tengah permasalahan logistik yang telah lama ada. Financial Times mengatakan Uni Eropa harus mengatasi "jembatan yang runtuh, ukuran rel yang tidak sesuai, dan birokrasi yang berbelit-belit."
Laporan tersebut juga mencatat saat ini dibutuhkan sekitar 45 hari untuk memindahkan pasukan dari pelabuhan-pelabuhan Eropa Barat ke perbatasan Rusia, dengan rencana untuk mempersingkat waktu menjadi tiga hingga lima hari.
Menteri Transportasi Uni Eropa Apostolos Tzitzikostas juga telah memperingatkan tank-tank NATO yang dikerahkan kembali dapat "terjebak di terowongan dan menyebabkan jembatan runtuh."
Ia mengatakan blok tersebut harus menghabiskan setidaknya 17 miliar euro (USD20 miliar) untuk memperbaiki hal ini.
Dalam beberapa bulan terakhir, banyak pejabat Uni Eropa berspekulasi Rusia dapat melancarkan serangan langsung terhadap blok tersebut dalam beberapa tahun.
Moskow telah menolak klaim-klaim ini, menganggapnya sebagai "omong kosong."
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga mengecam "militerisasi" blok tersebut, memperingatkan peningkatan pengeluaran pertahanan menghancurkan perekonomian negara-negara anggota.
Moskow telah mencap NATO sebagai “musuh” dan menunjuk pada bantuan militer yang dikirimkannya ke Ukraina.
Baca juga: Pelapor PBB: Pemindahan Warga Palestina ke Afrika Selatan Dapat Bantu Israel Mencapai Tujuan Genosida
(sya)