Turki Desak Jaminan Gencatan Senjata Berkelanjutan dari Pasukan Stabilisasi Internasional di Gaza - SINDOnews
2 min read
Turki Desak Jaminan Gencatan Senjata Berkelanjutan dari Pasukan Stabilisasi Internasional di Gaza
Kamis, 13 November 2025 - 18:20 WIB
Warga tinggal di antara puing di Gaza. Foto/anadolu
A
A
A
ANKARA - Ekspektasi utama Turki dari rencana pembentukan pasukan stabilisasi internasional (ISF) di Gaza adalah jaminan bahwa gencatan senjata yang rapuh ini akan bertahan. Kementerian Pertahanan Turki menegaskan hal itu pada Kamis (13/11/2025).
Anggota NATO tersebut merupakan salah satu kritikus paling vokal terhadap perang Israel di Gaza, menyebutnya sebagai genosida.
Turki telah muncul sebagai pemain penting dan mediator dalam upaya gencatan senjata, menyuarakan keinginan bergabung dengan ISF meskipun Israel berulang kali menolak.
Dalam pengarahan di Ankara, Kementerian Pertahanan juga mengatakan Turki meyakini Pusat Koordinasi Sipil-Militer yang dipimpin AS harus memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke Gaza sesuai dengan hukum internasional.
Pembentukan ISF termasuk dalam rencana gencatan senjata Trump, yang menugaskannya untuk menjaga keamanan di Gaza.
Namun, negara-negara ragu untuk berkontribusi pada ISF karena banyak yang menginginkan mandat PBB yang jelas dan jaminan yang lebih baik bahwa pertempuran antara Hamas dan Israel tidak akan berlanjut jika tentara mereka berada di medan perang di wilayah kantong tersebut.
Pekan lalu, Washington merancang resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengusulkan mandat dua tahun bagi badan pemerintahan transisi dan ISF.
Menurut rancangan yang dilihat kantor berita Reuters, pasukan tersebut akan "menggunakan semua langkah yang diperlukan" untuk mendemiliterisasi Gaza, melindungi warga sipil dan pengiriman bantuan, mengamankan perbatasan Gaza, dan mendukung pasukan polisi Palestina yang baru dilatih.
Sementara itu, Israel terus melanggar gencatan senjata di Gaza. Militer Israel telah melakukan dua serangan udara dan satu operasi pembongkaran di dalam garis kuning di Khan Younis timur, menurut rekan-rekan Al Jazeera di lapangan.
Pasukan Israel juga telah menangkap setidaknya 25 warga Palestina dalam serangan di seluruh Tepi Barat yang diduduki, yang mencakup wilayah Tulkarem, Hebron, dan Nablus, menurut kantor berita Wafa.
Sekelompok pemukim Israel telah membakar dan menuliskan hinaan rasis di satu masjid dekat kota Salfit, Tepi Barat, menurut Wafa.
Para diplomat tinggi dari negara-negara Kelompok Tujuh (G7) bersama-sama menegaskan kembali dukungan mereka terhadap rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang di Gaza, tetapi menyatakan kekhawatiran tentang berlanjutnya pembatasan bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut.
Baca juga: Trump Meminta Pengampunan untuk Netanyahu dalam Kasus Korupsi
Anggota NATO tersebut merupakan salah satu kritikus paling vokal terhadap perang Israel di Gaza, menyebutnya sebagai genosida.
Turki telah muncul sebagai pemain penting dan mediator dalam upaya gencatan senjata, menyuarakan keinginan bergabung dengan ISF meskipun Israel berulang kali menolak.
Dalam pengarahan di Ankara, Kementerian Pertahanan juga mengatakan Turki meyakini Pusat Koordinasi Sipil-Militer yang dipimpin AS harus memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke Gaza sesuai dengan hukum internasional.
Pembentukan ISF termasuk dalam rencana gencatan senjata Trump, yang menugaskannya untuk menjaga keamanan di Gaza.
Namun, negara-negara ragu untuk berkontribusi pada ISF karena banyak yang menginginkan mandat PBB yang jelas dan jaminan yang lebih baik bahwa pertempuran antara Hamas dan Israel tidak akan berlanjut jika tentara mereka berada di medan perang di wilayah kantong tersebut.
Pekan lalu, Washington merancang resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengusulkan mandat dua tahun bagi badan pemerintahan transisi dan ISF.
Menurut rancangan yang dilihat kantor berita Reuters, pasukan tersebut akan "menggunakan semua langkah yang diperlukan" untuk mendemiliterisasi Gaza, melindungi warga sipil dan pengiriman bantuan, mengamankan perbatasan Gaza, dan mendukung pasukan polisi Palestina yang baru dilatih.
Sementara itu, Israel terus melanggar gencatan senjata di Gaza. Militer Israel telah melakukan dua serangan udara dan satu operasi pembongkaran di dalam garis kuning di Khan Younis timur, menurut rekan-rekan Al Jazeera di lapangan.
Pasukan Israel juga telah menangkap setidaknya 25 warga Palestina dalam serangan di seluruh Tepi Barat yang diduduki, yang mencakup wilayah Tulkarem, Hebron, dan Nablus, menurut kantor berita Wafa.
Sekelompok pemukim Israel telah membakar dan menuliskan hinaan rasis di satu masjid dekat kota Salfit, Tepi Barat, menurut Wafa.
Para diplomat tinggi dari negara-negara Kelompok Tujuh (G7) bersama-sama menegaskan kembali dukungan mereka terhadap rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang di Gaza, tetapi menyatakan kekhawatiran tentang berlanjutnya pembatasan bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut.
Baca juga: Trump Meminta Pengampunan untuk Netanyahu dalam Kasus Korupsi
(sya)