Warga Kaliabang Bekasi Resahkan Debu Pabrik Batu Bara, DLH Dinilai Tak Tegas | kumparan
Warga Kaliabang Bekasi Resahkan Debu Pabrik Batu Bara, DLH Dinilai Tak Tegas | kumparan
Warga Kaliabang Bahagia, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, lagi-lagi dibuat resah akibat debu hitam yang belakangan menempel di rumah, lantai, hingga perabotan. Gangguan lingkungan ini disebut sudah berulang, bahkan terjadi hampir setiap tahun, namun kali ini dampaknya dinilai paling parah.
Debu pekat diduga berasal dari aktivitas pembakaran batu bara sebuah pabrik di sekitar permukiman. Sayangnya, hingga kini Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bekasi dinilai tak kunjung bertindak tegas.
Ketua RT: Dicuci Hitam Lagi, Dicuci Hitam Lagi
Ketua RT 001 RW 004, Saepudin, mengaku warganya sudah sangat terganggu. Debu hitam yang menempel bukan sekadar kotoran halus, tetapi butiran kasar seperti pasir.
“Banyak warga bilang, lantai dicuci hitam lagi, dicuci hitam lagi. Pagi hari itu yang paling parah. Ini bukan sekali dua kali, kejadian ini sudah berulang,” ujar Saepudin.
Ia menyebut beberapa minggu terakhir rumah-rumah warga penuh noda hitam. Bahkan telapak kaki warga yang berjalan di lantai rumah langsung menghitam seketika.
Yang membuat warga semakin bingung, tidak ada satupun pihak perusahaan yang datang memberi penjelasan atau sekadar meminta maaf.
“Selama ini nggak ada kompensasi, nggak ada peninjauan. Pemerintah juga belum ada langkah tegas,” tegasnya.
Ponpes Fathul Baari Ikut Terdampak: Santri Batuk & Pilek
Dampak debu juga dirasakan Pondok Pesantren Fathul Baari Indonesia yang dipimpin Kiai Jamalullail. Pengurus ponpes, Sodik Gunawan, mengaku kebersihan ponpes jadi kacau.
“Alat-alat penuh debu, kotor, hitam semua. Santri di sini ada 72 orang. Alhamdulillah belum ada yang sesak napas, tapi batuk dan pilek banyak,” ujar Sodik.
Ponpes yang berada tepat di belakang pabrik merasa semakin khawatir, namun mereka pun belum tahu pasti pabrik mana yang menjadi sumber, karena area industri di wilayah tersebut cukup padat.
Arif Rahman Hakim: Ini Bahaya! DLH Jangan Cuma Dokumentasi
Anggota DPRD Kota Bekasi dari Fraksi PDI Perjuangan, Arif Rahman Hakim, turun langsung ke lokasi. Ia menyebut perusahaan yang diduga menjadi sumber debu sudah berkali-kali bermasalah.
“Sebut saja BKP. Sudah sering kita ambil videonya, sering juga buang limbah ke kali. Udaranya juga jengat. Tapi DLH selalu lemah. Datang cuma foto-foto, pulang, nggak ada penindakan,” tegas Arif.
Ia menilai DLH Kota Bekasi harus berhenti “sekadar hadir di lokasi” dan mulai menegakkan aturan.
“Saya punya anak kecil, saya punya keluarga. Warga di sini pun berhak hidup dengan udara yang bersih. Pemerintah jangan diam,” katanya.
Arif memastikan akan membawa persoalan ini ke pimpinan DPRD dan Komisi II yang membidangi industri dan lingkungan.
DLH Sudah Turun, Tapi Warga Tak Lagi Percaya
Menurut Ketua RT Saepudin, petugas DLH memang sudah datang beberapa kali, namun warga menilai langkah itu tak menghasilkan perubahan.
“Ya datang sih datang, tapi ya gitu. Nggak ada tindak lanjut. Padahal debu makin parah,” ujar Saepudin.
Dugaan warga mengarah pada pabrik yang memakai bahan bakar batu bara dan memiliki cerobong tinggi. Debu diduga keluar pada malam hari saat aktivitas warga mulai lengang.
Hingga kini, warga Kaliabang Bahagia, Rawa Bambu, hingga sekitar ponpes masih hidup dalam kekhawatiran. Debu yang turun setiap malam membuat lingkungan tidak sehat, anak-anak mulai batuk-pilek, dan aktivitas membersihkan rumah tak pernah ada habisnya.
Mereka mendesak Pemerintah Kota Bekasi terutama DLH bertindak tegas, bukan sekadar datang dan mendokumentasi tanpa solusi.
“Ini kejadian berulang. Kalau tidak ditindak sekarang, kapan lagi?” tegas Arif Rahman.