10 Stasiun Kereta Api Tersibuk di Dunia: Dipimpin Stasiun Shinjuku, Terbanyak Berasal dari Jepang - Tribunnews
10 Stasiun Kereta Api Tersibuk di Dunia: Dipimpin Stasiun Shinjuku, Terbanyak Berasal dari Jepang - Tribunnews.com
Stasiun Nagoya mencatat sekitar 423 juta penumpang per tahun, salah satu pusat kereta api tersibuk di Jepang.
JR Central mengawasi Stasiun Nagoya, yang mulai beroperasi pada tahun 1886 bersamaan dengan koneksi kereta bawah tanah di kemudian hari.
Stasiun ini merupakan kantor pusat JR Central dan terminal utama untuk Tokaido Shinkansen, yang menghubungkan Nagoya dengan Tokyo, Kyoto, dan Osaka.
Kompleks stasiunnya mencakup JR Central Towers, yang menampung kantor, hotel, dan fasilitas ritel tepat di atas peron.
Lokasi sentral Stasiun Nagoya dan koneksi kereta api berkecepatan tinggi menjadikannya gerbang utama untuk perjalanan di seluruh wilayah Chubu dan sekitarnya.
Stasiun Shinjuku Dilewati 3,6 Juta Penumpang Setiap Hari
Kereta api adalah moda transportasi utama di Tokyo, yang memiliki jaringan kereta api perkotaan terbaik di dunia.
Dilansir express.co.uk, Stasiun Shinjuku di kota ini adalah stasiun tersibuk di dunia, dengan lebih dari 3,6 juta penumpang yang melewatinya setiap hari.
Stasiun yang dibuka pada tahun 1885 ini memiliki 36 peron berbeda, lebih dari 200 pintu keluar, dan beberapa lorong.
Meskipun ukurannya sangat besar, stasiun ini dulunya merupakan salah satu stasiun yang kurang banyak digunakan di Jepang.
Lalu lintas melalui stasiun tersebut baru meningkat setelah jalur Keio dan Odayku dibuka pada tahun 1915 dan 1923.
Jalur Keio adalah jalur kereta api sepanjang 37,9 km di bagian barat Tokyo, yang menghubungkan Shinjuku dengan Hachioji, sebuah kota pinggiran.
Jalur Odayku adalah jalur sepanjang 82,5 km yang membentang dari Shinjuku ke Kota Odawara di pinggiran barat daya.
Stasiun Shinjuku adalah pusat penghubung utama untuk layanan kereta api antara Tokyo bagian tengah/timur dan Tokyo bagian barat pada jalur kereta antar kota, kereta pinggiran kota, dan kereta bawah tanah.
(Tribunnews.com/Nuryanti)