Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Aceh Tamiang Banjir Bencana Featured Lintas Peristiwa Spesial Sumatera

    3 Pekan Pascabanjir, Warga Aceh Tamiang Masih Bergulat Krisis Air Bersih: MCK Sulit, Gimana Mau Masak? - kompas

    5 min read

     

    3 Pekan Pascabanjir, Warga Aceh Tamiang Masih Bergulat Krisis Air Bersih: MCK Sulit, Gimana Mau Masak?

    Kompas.com, 14 Desember 2025, 15:47 WIB


    Lihat Foto

    ACEH TAMIANG, KOMPAS.com - Hampir tiga pekan setelah banjir besar melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang, warga masih bergulat dengan persoalan dasar kehidupan.

    Krisis air bersih, terbatasnya pasokan BBM, serta listrik yang belum pulih sepenuhnya membuat aktivitas warga berjalan serba terbatas.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Di Kecamatan Karang Baru, dampak banjir masih terasa kuat, terutama di lingkungan pondok pesantren dan permukiman warga.

    Mulkana, salah seorang warga, mengatakan bahwa bantuan kebutuhan pokok sejauh ini sudah relatif tercukupi.

    Listrik Tak Kunjung Menyala, Warga Aceh Tamiang: Sedih Sekali

    Namun, persoalan utama justru muncul setelah air surut.

    "Pascabencana, ya? Mungkin ini hari sekitar hari ke-18, ya, kami, alhamdulillah, kalau dari segi bantuan untuk makanan pokok seperti beras, kemudian di sini ada mi, kadang ada yang mengantarikan nasi, terus minyak goreng, telur, itu alhamdulillah tercukupi. Cuma memang yang menjadi permasalahan itu adalah pembersihan pascabanjir," ujar Mulkana saat ditemui, Sabtu (13/12/2025).

    Menurut dia, kebutuhan air bersih menjadi persoalan paling mendesak.

    Banyak sumur warga tidak lagi bisa digunakan karena tertimbun lumpur sisa banjir.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    "Selain usaha untuk membersihkannya, itu adalah kebutuhan akan air bersih. Karena banyak sumur-sumur kami, baik sumur cincin maupun sumur bor, itu yang terhalang aksesnya karena tertumpuk lumpur," kata Mulkana.

    Minimnya air bersih tersebut berdampak langsung pada kondisi kesehatan warga.

    Lumpur yang tersisa di lingkungan permukiman menimbulkan risiko penyakit, terutama saat mengering dan berubah menjadi debu.

    "Lumpur ini luar biasa, Pak. Yang lembek susah diinjak, yang keras ditiup angin jadi debu. Dua-duanya itu memang mudarat, ya, memberi dampak yang enggak baik. Ditambah lagi, karena kurang air ini tadi, MCK-nya jadi sulit," kata Mulkana.

    Dia juga menuturkan bahwa sebagian warga terpaksa buang air sembarangan karena keterbatasan fasilitas sanitasi.

    Kondisi tersebut memperparah ancaman masalah kesehatan pascabencana.

    "Pokoknya masalah kesehatan ini muncul-lah. Warga di sini, Pak, karena ini luar biasa dahsyatnya banjir, banyak sekali yang kehilangan rumah," ujarnya.

    Situasi serupa juga dialami warga di Kota Lintang Bawah, Aceh Tamiang.

    Selain kesulitan air bersih, aliran listrik di wilayah tersebut hingga kini belum pulih karena banyak tiang listrik roboh diterjang banjir.

    "Macam mana listrik, di sini tiang-tiang pun tidur semua. Roboh. Macam mana bisa cepat listrik tersambung. Lama pasti ini," kata warga setempat, Encu.

    Krisis air bersih di Kota Lintang Bawah juga dirasakan Alamsyah.

    Ia mengungkapkan bahwa pasokan air sempat lancar pada awal masa pengungsian, tetapi dalam dua hari terakhir, warga kembali kesulitan mendapatkan air.

     Situasi permukiman di Kota Lintang Bawah Aceh Tamiang, Sabtu (13/12/2025). Sebagian besar rumah dan bangunan hancur akibat banjir.
    Lihat Foto

    "Di sini, Kota Lintang ini air bersih awal-awal aman memang di kamp pengungsian. Aman. Saya karena sudah telanjur tinggal di sana, sudah dikasih kamp, jadi saya tinggal di sana. Kadang ada mobil lewat dikasih," kata Alamsyah.

    Namun, kondisi tersebut tidak berlangsung lama.

    Ia menyebut distribusi air bersih kini terhambat oleh persoalan teknis dan koordinasi.

    "Tapi, kami beberapa sudah dua hari enggak dapat air bersih. Saya minta tadi ke sopir truk tangki. Kata supirnya, 'Bapak harus melapor dulu ke Polres,' katanya," ujarnya.

    Alamsyah mengaku kecewa karena warga harus menempuh prosedur tambahan di tengah kondisi darurat.

    "Padahal, masyarakat sudah butuh air itu, Pak. Dua hari enggak dapat air," kata dia.

    Ketiadaan air bersih, lanjut Alamsyah, membuat kebutuhan sehari-hari seperti memasak dan minum menjadi sulit dipenuhi.

    "Ya, macam mana nanti kami mau masak? Jadi kalau kami mau minum, mau ngopi, kan enggak ada kami mau masak air panas. Iya, masak beras, nasi gimana," ujarnya.

    Sementara itu, sebagian warga Kota Lintang Bawah masih bertahan di lokasi pengungsian, meski ada pula yang mulai kembali ke rumah masing-masing untuk melihat kondisi pascabanjir.

    "Mayoritasnya sebagian masih mengungsi, sebagian sudah perlahan-lahan kembali masing-masing buat lihat-lihat rumah," kata Alamsyah.

    Hingga kini, warga Aceh Tamiang berharap pemulihan pascabencana, terutama penyediaan air bersih, BBM, dan listrik, dapat segera dipercepat agar kehidupan dapat kembali berjalan normal.

    Ulurkan tanganmu membantu korban banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Di situasi seperti ini, sekecil apa pun bentuk dukungan dapat menjadi harapan baru bagi para korban. Salurkan donasi kamu sekarang dengan klik di sini
    Komentar
    Additional JS