Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Badai Banjir Bencana Dunia Internasional Featured Gaza Lintas Peristiwa Spesial

    55.000 Keluarga Terdampak Badai dan Banjir di Gaza - SindoNews

    2 min read

     

    55.000 Keluarga Terdampak Badai dan Banjir di Gaza

    Kamis, 18 Desember 2025 - 20:30 WIB

    Warga Palestina yang mengungsi akibat serangan Israel berjuang bertahan hidup di tenda-tenda darurat di Kota Gaza, Gaza pada 15 Desember 2025. Foto/Khames Alrefi/Anadolu Agency
    A
    A
    A
    JALUR GAZA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sekitar 55.000 keluarga Palestina telah terdampak hujan dan badai baru-baru ini di Jalur Gaza, dengan kerusakan pada harta benda dan tempat tinggal mereka.

    Pernyataan tersebut disampaikan Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, selama konferensi pers di markas besar PBB di New York pada hari Rabu (17/12/2025).

    Haq mengatakan, “Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperkirakan hampir 55.000 keluarga telah terdampak sejauh ini oleh hujan lebat baru-baru ini di seluruh Gaza, dengan harta benda dan tempat tinggal mereka rusak atau hancur akibat badai.”

    Ia juga mencatat badai dan hujan lebat merusak puluhan tempat ramah anak di Gaza, yang menyebabkan penangguhan kegiatan perlindungan anak. Gangguan ini telah memengaruhi sekitar 30.000 anak di seluruh wilayah tersebut.

    Haq memperingatkan pembatasan Israel yang berkelanjutan terus menghambat organisasi kemanusiaan untuk memperluas respons mereka lebih cepat di Gaza.

    Amnesty International menyatakan pada hari Rabu, seperti dilaporkan Anadolu, bahwa kehancuran dan penderitaan akibat hujan lebat dan badai yang melanda Gaza adalah konsekuensi yang dapat diprediksi dari genosida yang terus berlanjut yang dilakukan Israel dan merupakan "tragedi yang sepenuhnya dapat dicegah."

    Kelompok hak asasi manusia internasional tersebut mengatakan pemandangan mengerikan berupa tenda-tenda yang terendam banjir dan bangunan-bangunan yang runtuh di Gaza yang muncul dalam beberapa hari terakhir "tidak dapat sepenuhnya disalahkan pada cuaca buruk."

    "Ini adalah konsekuensi yang dapat diprediksi dari genosida yang terus berlanjut yang dilakukan Israel dan kebijakan yang disengaja untuk menghalangi masuknya tempat penampungan dan bahan perbaikan bagi para pengungsi," ungkap Erika Guevara Rosas, direktur senior Amnesty International untuk penelitian, advokasi, kebijakan, dan kampanye.

    Menekankan bagaimana Israel hanya mengizinkan pasokan yang sangat terbatas untuk mencapai penduduk di wilayah tersebut, pernyataan itu mengatakan ini merupakan indikasi lebih lanjut bahwa otoritas Israel terus "dengan sengaja menimbulkan kondisi kehidupan pada warga Palestina di Gaza yang diperhitungkan untuk menyebabkan kehancuran fisik mereka – suatu tindakan yang dilarang berdasarkan Konvensi Genosida."

    “Kehancuran dan kematian yang disebabkan badai di Gaza memberikan peringatan lain kepada komunitas internasional, yang dibayar dengan nyawa orang-orang yang telah berhasil bertahan hidup selama dua tahun genosida yang terus dilakukan Israel,” tegas Rosas.

    Ia menyerukan kepada komunitas internasional untuk segera membantu Gaza mempersiapkan diri menghadapi kondisi musim dingin yang berat dengan mendesak Israel mengakhiri blokade di Gaza dan mencabut semua pembatasan masuknya pasokan yang menyelamatkan nyawa, termasuk bahan-bahan untuk tempat tinggal, makanan bergizi, dan bantuan medis.

    Pernyataan tersebut menekankan setelah beberapa kali pengungsian, penghancuran atau kerusakan setidaknya 81% bangunan, dan penetapan hampir 58% dari total wilayah Gaza sebagai zona terlarang, sebagian besar warga Palestina kini tinggal di tenda-tenda reyot atau tempat penampungan yang rusak.

    “Saya masih tidak dapat menerima kenyataan bahwa kami selamat dari pemboman hanya agar anak-anak saya hancur akibat badai,” ujar Mohammed Nassar, ayah dari Lina dan Ghazi, yang meninggal setelah rumah mereka yang rusak parah runtuh, seperti yang dikutip dalam pernyataan tersebut.

    Lina, 18 tahun, dan Ghazi, 15 tahun, meninggal dunia ketika rumah mereka yang rusak parah di Sheikh Radwan runtuh pada 12 Desember setelah badai.

    Baca juga: Hotel Jepang Tolak Reservasi dari Warga Israel karena Tindakan pada Rakyat Palestina
    (sya)
    Komentar
    Additional JS