Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Aspebindo Featured Spesial

    Aspebindo: Rantai Pasok Energi Bukan Sekadar Komoditas Tapi Instrumen Kedaulatan Negara - Tribunnews

    4 min read

     

    Aspebindo: Rantai Pasok Energi Bukan Sekadar Komoditas Tapi Instrumen Kedaulatan Negara - Tribunnews.com


    Editor: Sanusi. 

    Tribunnews.com/HO
    OUTLOOK ENERGY 2025 - Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (Aspebindo), Anggawira, pada gelaran Indonesia Energy Outlook 2026 di The Westin Jakarta 
    Ringkasan Berita:

      TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (Aspebindo), Anggawira, membuka gelaran Indonesia Energy Outlook 2026 di The Westin Jakarta.

      Acara bergengsi ini turut dihadiri oleh Menteri Koperasi Ferry Juliantono, Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin, dan para petinggi BUMN energi.

      Kehadiran mereka menandakan dukungan kuat pemerintah terhadap transformasi rantai pasok energi yang lebih inklusif.

      Anggawira menekankan bahwa penguatan rantai pasok energi tidak boleh lagi dipandang sebagai isu teknis logistik semata, melainkan sebagai fondasi utama kedaulatan negara.

      Di hadapan menteri koperasi dan ratusan pemangku kepentingan, Anggawira memaparkan peta jalan strategis Aspebindo.

      Ia menegaskan bahwa cara pandang terhadap rantai pasok harus berubah total.

      "Energi adalah darah bagi perekonomian," ujarnya, Jumat (19/12/2025).

      Aspebindo melihat rantai pasok ini dalam tiga dimensi strategis yakni :

        Anggawira juga memberikan peringatan dini mengenai empat tantangan besar (Key Challenges) yang akan dihadapi Indonesia pada tahun 2026.

        Berdasarkan kajian Aspebindo, tantangan tersebut datang dari faktor eksternal dan internal yang saling berkaitan.

        "Tahun 2026 kita menghadapi tekanan berlapis. Secara global, terjadi fragmentasi rantai pasok akibat konflik geopolitik yang mengganggu rute perdagangan energi tradisional. Di dalam negeri, kita masih berkutat dengan kesenjangan infrastruktur atau infrastructure gaps. Konektivitas antarwilayah yang belum merata menyebabkan biaya logistik energi kita menjadi salah satu yang termahal di kawasan," ujarnya.

        Selain masalah infrastruktur fisik, Anggawira menyoroti tekanan transisi energi yang berhadapan dengan realitas kebutuhan energi fosil, serta masalah ketidakpastian regulasi yang kerap menghambat investasi.

        "Kita didesak untuk segera beralih ke investasi hijau, namun di saat yang sama dominasi energi fosil masih sangat kuat untuk menopang beban dasar (baseload). Tarik-menarik kepentingan ini seringkali diperparah oleh ketidakpastian regulasi. Inkonsistensi kebijakan adalah musuh utama investasi jangka panjang. Investor butuh aturan main yang tidak berubah-ubah di tengah jalan," tambah Anggawira.

        Anggawira secara khusus mengapresiasi kehadiran Menteri Koperasi Ferry Juliantono.

        Menurutnya, kehadiran Menteri Ferry menjadi simbol penting bahwa sektor energi tidak lagi eksklusif milik korporasi raksasa, tetapi harus mulai membuka pintu bagi koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional.

        Anggawira menegaskan komitmen Aspebindo melalui inisiatif Koperasi Merah Putih yang siap bersinergi dengan program Kementerian Koperasi.

        "Kami tidak ingin Aspebindo hanya menjadi menara gading yang bicara konsep," katanya.

         Oleh karena itu,  pihaknua menggerakkan Koperasi Merah Putih sebagai ujung tombak eksekusi di lapangan.

        "Dengan dukungan Pak Menteri Ferry Juliantono, Koperasi Merah Putih hadir sebagai agregator yang menjahit potensi pengusaha daerah dan UMKM agar bisa masuk ke rantai pasok industri besar secara profesional. Ini adalah wadah konkret kami untuk memastikan bahwa kue pembangunan energi dinikmati secara merata melalui semangat gotong royong," pungkas Anggawira

        Bali-Fashion-Trend-BFT-2026-yang-digelar-di-Onyx-Park-Resort.jpg
        Komentar
        Additional JS