Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Australia Featured Kasus Pantai Bondi Spesial

    Australia Terapkan Skema Beli Kembali Senjata Terbesar Sejak 1996 usai Tragedi Pantai Bondi - Tribunnews

    5 min read

     

    Australia Terapkan Skema Beli Kembali Senjata Terbesar Sejak 1996 usai Tragedi Pantai Bondi - Tribunnews.com




    HO/IST/Tangkap Layar/BBC
    PENEMBAKAN PANTAI BONDI - Tangkap layar dari BBC menunjukkan ilustrasi lokasi kejadian penembakan massal di Pantai Bondi, New South Wales, Australia, Minggu (14/12/2025). Terkini, Australia akan meluncurkan skema pembelian kembali senjata api nasional terbesar sejak 1996. 
    Ringkasan Berita:
    • Pemerintah Australia akan menerapkan skema pembelian kembali senjata api terbesar sejak 1996 menyusul serangan mematikan di Pantai Bondi, Sydney, yang menewaskan 15 orang.
    • PM Anthony Albanese mengatakan kebijakan ini diperlukan karena jumlah senjata api di Australia kini melebihi era tragedi Port Arthur.

    TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Australia akan meluncurkan skema pembelian kembali senjata api nasional terbesar sejak 1996, menyusul serangan mematikan di Pantai Bondi, Sydney, yang menewaskan 15 orang.

    Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan kebijakan tersebut diperlukan untuk mengurangi jumlah senjata api yang beredar, menyusul tragedi yang mengguncang publik Australia.

    BBC melaporkan, Albanese menyebut program ini sebagai yang terbesar sejak pembantaian Port Arthur pada 1996.

    “Saat ini jumlah senjata api di Australia lebih banyak dibandingkan saat tragedi Port Arthur.

    Kita tidak bisa membiarkan hal itu terus berlanjut,” kata Albanese dalam konferensi pers, Jumat.

    Ia menyebut lebih dari empat juta senjata api kini beredar di Australia.

    Menurut Albanese, skema ini akan mencakup pembelian senjata api yang berlebihan, baru dilarang, maupun ilegal.

    Pemerintah negara bagian dan wilayah akan bertugas mengumpulkan senjata serta memproses pembayaran.

    Polisi Federal Australia akan memusnahkan senjata yang diserahkan.

    “Kami memperkirakan ratusan ribu senjata api akan dikumpulkan dan dimusnahkan melalui skema ini,” ujarnya.

    Australia selama ini dikenal memiliki salah satu regulasi senjata api paling ketat di dunia.

    Tingkat pembunuhan akibat senjata api di negara tersebut relatif rendah.

    Aturan diperketat setelah pembantaian Port Arthur hampir 30 tahun lalu.

    Dalam tragedi itu, seorang pria bersenjata semi-otomatis menewaskan 35 orang.

    Program beli kembali saat itu berhasil menarik lebih dari 650.000 senjata api dari peredaran.

    Serangan di Pantai Bondi kembali memicu trauma nasional.

    AFP melaporkan, dua pelaku penembakan diidentifikasi sebagai ayah dan anak, Sajid Akram (50) dan Naveed Akram (24).

    Sajid tewas ditembak di lokasi kejadian.

    Sementara itu, Naveed didakwa terorisme dan pembunuhan setelah sadar dari koma.

    Albanese menyebut keduanya terinspirasi oleh ideologi Negara Islam.

    Albanese juga mengumumkan penguatan undang-undang ujaran kebencian.

    Langkah itu diambil menyusul meningkatnya kasus anti-Semitisme di Australia.

    Peningkatan tersebut terjadi sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 dan perang Israel di Gaza.

    “Serangan ini bukan hanya ditujukan kepada komunitas Yahudi.

    Tetapi juga terhadap cara hidup Australia,” kata Albanese.

    Ia menegaskan pemerintah perlu bertindak lebih keras untuk melawan kebencian dan kekerasan.

    Sebagai bentuk penghormatan kepada para korban, pemerintah menetapkan hari refleksi nasional pada Minggu.

    Hari tersebut bertepatan satu pekan setelah penembakan.

    Albanese mengajak warga menyalakan lilin pada pukul 18.47 waktu setempat.

    Sebelumnya, ratusan warga menggelar aksi penghormatan di Pantai Bondi.

    Mereka berenang dan berselancar membentuk lingkaran di laut.

    “Kami masih berduka. Tetapi penting untuk kembali bersama sebagai komunitas,” kata konsultan keamanan Jason Carr kepada AFP.

    (Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

    Komentar
    Additional JS