BREAKING NEWS: Kamboja Thailand Sepakati Gencatan Senjata | tempo.co
BREAKING NEWS: Kamboja Thailand Sepakati Gencatan Senjata | tempo.co
27 Desember 2025 | 12.00 WIB
Bagikan
THAILAND dan Kamboja setujui gencatan senjata pada Sabtu, 26 Desember 2025. Gencatan senjata ini akan mengakhiri pertempuran sengit selama berminggu-minggu di sepanjang perbatasan kedua negara. Akibat pertempuran tersebut, 100 orang lebih tewas dan setengah juta warga sipil di kedua negara mengungsi.
“Kedua belah pihak sepakat untuk mempertahankan penempatan pasukan saat ini tanpa pergerakan lebih lanjut,” kata menteri pertahanan Thailand dan Kamboja dalam pernyataan bersama pada Sabtu, 26 Desember 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Gencatan senjata dijadwalkan mulai berlaku pada pukul 12 siang waktu setempat.Kesepakatan yang ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Thailand Natthaphon Narkphanit dan mitranya dari Kamboja, Tea Seiha, mengakhiri pertempuran selama 20 hari, yang merupakan pertempuran terburuk antara kedua negara tetangga di Asia Tenggara tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Sehari sebelum gencatan senjata disepakati, pemerintah Kamboja menuding militer Thailand meningkatkan serangan di wilayah perbatasan yang disengketakan, meskipun kedua negara telah menggelar putaran pertama perundingan militer untuk meredakan ketegangan. Menurut laporan TRT World, dilansir dari media pemerintah Kamboja, Agence Kampuchea Presse, tuduhan itu disampaikan pada Jumat, 26 Desember.

Dalam konferensi pers di Phnom Penh, juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja, Letnan Jenderal Maly Socheata, mengatakan operasi militer Thailand dimulai sejak dini hari dengan tembakan artileri berat. Sasaran serangan, menurut dia, meliputi sejumlah lokasi sensitif, termasuk kawasan Kuil Preah Vihear di Provinsi Preah Vihear serta area Kuil Ta Krabey dan Ta Mone di Provinsi Oddar Meanchey.
Artileri, Jet Tempur, dan Drone

Menurut laporan Agence Kampuchea Presse yang dikutip Anadolu, Maly Socheata menyatakan pasukan Thailand melancarkan serangan artileri intensif dan operasi jet tempur pada jam-jam awal. Puluhan peluru artileri ditembakkan ke Desa Chouk Chey. Serangan tersebut, kata dia, dilanjutkan dengan penembakan lanjutan serta serangan pengeboman menggunakan drone yang menyasar Desa Chouk Chey dan Prey Chan.
Maly Socheata juga menuduh Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk melakukan pengeboman udara, dengan menjatuhkan hingga 40 bom di wilayah Chouk Chey. Media Kamboja, Khmer Times, mengunggah video yang mengklaim militer Thailand mengerahkan infanteri, tank, dan kendaraan lapis baja ke Chouk Chey setelah serangan udara berat.
Belum Ada Tanggapan Thailand
Hingga Jumat, belum ada konfirmasi atau reaksi resmi dari pemerintah Thailand terhadap pernyataan Kementerian Pertahanan Kamboja maupun laporan media Kamboja tersebut. Namun, sehari sebelumnya, militer Thailand menyampaikan temuan empat ranjau darat tambahan di dekat lokasi seorang tentara Thailand terluka akibat menginjak ranjau di Provinsi Surin.
Dalam pernyataan Angkatan Darat Kerajaan Thailand yang diunggah di platform X disebutkan, “Ranjau-ranjau ini dipasang berurutan di sepanjang rute yang digunakan pasukan dan berada hanya sekitar 30 sentimeter dari lokasi ledakan awal.”
Perkembangan ini terjadi setelah Thailand dan Kamboja menggelar perundingan militer pertama pada Rabu di Provinsi Chanthaburi, Thailand. Pertemuan yang berlangsung kurang dari satu jam itu merupakan kontak pertama pejabat militer kedua negara sejak bentrokan kembali pecah pada 8 Desember, sehari setelah dua tentara Thailand terluka dalam insiden perbatasan.