0
News
    Home Balongjeruk Featured Kediri Macan Putih Spesial

    Cerita Legenda di Balik Patung Macan Putih Balongjeruk Kediri yang Viral - jatimnow

    3 min read

     

    Cerita Legenda di Balik Patung Macan Putih Balongjeruk Kediri yang Viral

    jatimnow.com – Viral patung Macan Putih di Desa Balongjeruk, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, tak lepas dari kisah lama yang hidup di tengah masyarakat. Di balik patung yang ramai diperbincangkan warganet karena bentuknya yang dinilai tak lazim, tersimpan cerita tentang Macan Putih, sosok yang diyakini sebagai penjaga desa.

    Kepala Desa Balongjeruk, Safi’i, mengatakan ide pembuatan patung Macan Putih berawal dari cerita yang selama ini hidup di tengah masyarakat. Cerita tersebut kerap disampaikan oleh Mbah Maskam, tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat yang dikenal warga Balongjeruk.

    “Desa Balongjeruk itu ada seorang tokoh agama, juga tokoh masyarakat, juga perangkat desa yang namanya Mbah Maskam itu sering cerita bahwasanya di Desa Balongjeruk itu yang momong atau mungkin kalau zaman dulu itu bisa dikatakan itu adalah pawang atau danyang. Itu katanya macan putih, gitu,” jelasnya, Sabtu (27/12/2025).

    Safi’i menyebut, kisah Macan Putih sebagai penjaga desa juga diperkuat oleh cerita sejumlah tokoh masyarakat lainnya. Bahkan, menurutnya, kepala desa pada periode sekitar tahun 1998 juga pernah mengaku mengalami hal serupa.

    “Juga beberapa tokoh masyarakat juga mengatakan orang-orang yang dulu itu juga mengatakan seperti itu, bahwa bahkan, kepala desa yang kurang lebih periode tahun ’98-an, itu juga bercerita bahkan sering ketemu macan putih,” lanjutnya.

    Berangkat dari cerita tersebut, pihak desa kemudian menggelar musyawarah bersama warga. Hasilnya, disepakati pembuatan patung Macan Putih sebagai simbol legenda dan identitas Desa Balongjeruk.

    Safi’i menegaskan bahwa pembangunan patung tersebut tidak menggunakan dana desa. Seluruh biaya pembuatan berasal dari dana pribadi kepala desa.

    “Ya, tapi dengan semuanya itu tidak ada keterkaitannya dengan dana desa. Murni hak itu pribadi saya dengan nominal dana Rp3.500.000, yang Rp2 juta itu untuk pemborong pembuat patung dan telapaknya, yang Rp1.500.000 untuk material bahannya,” tegasnya.

    Meski dilandasi niat melestarikan cerita desa, Safi’i mengakui hasil patung justru memunculkan beragam reaksi di media sosial. Ia pun menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat jika keberadaan patung tersebut menimbulkan kegaduhan.

    “Itu yang bisa saya sampaikan dan saya mohon maaf seandainya pembuatan patung ini juga membuat gaduh atau di dunia maya saling apa ya? Eh, memberikan komentar, tapi saya selaku kepala desa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua atensi, atas komentar, atas pendapat dan saya tetap mengharapkan sangat,” tuturnya.

    Menindaklanjuti viralnya patung Macan Putih, Safi’i memastikan patung tersebut akan diganti dengan desain baru yang lebih estetik dan mendekati karakter macan sesungguhnya. Proses pemesanan patung pengganti telah dilakukan kepada perajin di wilayah Ngadiluwih.

    “Intinya kemarin sudah kesepakatan dengan harga Rp2.500.000, ini ambil sendiri di Ngadiluwih. Soalnya saya DP 500 dengan perjanjian apabila tidak sesuai dengan ekspektasi 90 persen, itu tidak jadi,” terangnya.

    Keberadaan patung Macan Putih juga mendapat perhatian dari pemerhati masyarakat sekaligus pimpinan LSM di Kediri, Khairul Anam. Ia menilai ide pembuatan patung tersebut sangat baik karena menggali sejarah dan mitos desa, meski pelaksanaannya perlu dievaluasi.

    “Sudah saya sampaikan ke Pak Kades, itu agar macannya itu diganti yang estetik sesuai dengan karakternya. Jadi, karakter macan itu bagaimana? Itu kan ada bentuk-bentuknya, ada ekspresinya macan itu. Kalau seperti itu kan jadi guyonan, begitu,” ujarnya.

    Khairul menegaskan bahwa secara gagasan, ia sangat mendukung upaya mengangkat cerita lokal Desa Balongjeruk.

    “Jadi, idenya saya setuju, bahkan sangat setuju karena menggali sejarah dan mitos desa sini,” tandasnya.

    Ia berharap, viralnya patung Macan Putih justru bisa menjadi titik balik yang positif bagi desa.

    “Harapannya begini, karena ini kadung viral dan memang kalau tidak kontroversi seperti ini enggak terkenal. Harapan saya dari yang menertawakan berubah menjadi yang menggembirakan,” pungkasnya.

    Komentar
    Additional JS