Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Banjir Featured Lintas Peristiwa Pendidikan Pendidikan Tinggi Spesial Sumatera

    Di Balik Banjir Sumatera, Ada Mahasiswa Rantau yang Bertahan Hidup Tanpa Kiriman Uang - Kompas

    6 min read

     

    Di Balik Banjir Sumatera, Ada Mahasiswa Rantau yang Bertahan Hidup Tanpa Kiriman Uang

    Kompas.com, 5 Desember 2025, 15:26 WIB

    Lihat Foto

    JAKARTA, KOMPAS.com - Banjir bandang yang terjadi di sejumlah wilayah di Sumatera bukan hanya menyisakan kisah tentang rumah-rumah tergenang atau warga yang mengungsi.

    Ada sisi lain yang kerap luput dari perhatian publik, yakni pergulatan para mahasiswa perantau yang harus tetap hidup di kota studi mereka, sementara keluarga di kampung halaman berjuang di tengah bencana.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Di Jakarta, Sulthan Aminy (19), mahasiswa asal Paya Bujok Seuleumak, Langsa, Aceh, merasakan langsung getirnya situasi itu.

    Rumah keluarganya terisolasi banjir, dan uang kiriman yang biasa ia terima harus diprioritaskan untuk kebutuhan keluarga di daerah terdampak.

    Momen Gibran Tinjau Lokasi Bencana di Aceh Singkil

    “Untuk saya berdampak karena pengurangan uang harian, soalnya kebutuhan di Aceh kan jadi meningkat. Tetapi teman-teman saya juga ada yang benar-benar belum ada kiriman uang karena jaringan,” kata Sulthan saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/12/2025).

    Biasanya, ia menerima sekitar Rp 1,5 juta setiap bulan. Kini jumlah itu harus dikurangi, dan ia harus mengatur pengeluaran sehemat mungkin.

    Beberapa temannya bahkan berada dalam kondisi lebih sulit, tanpa uang sama sekali karena keluarga mereka di kampung harus memprioritaskan biaya hidup dalam situasi darurat.

    “Yang biasanya sebulan Rp 1,5 juta jadi pas Rp 1 juta. Dan kalau lagi bencana gini memang harus pas-pasin banget kebutuhan sehari-hari,” katanya.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Bertahan Hidup di Rantau saat Keluarga Terjebak Bencana

    Sulthan menyadari keluarganya kini berada dalam kondisi terdesak. Di Langsa, nenek dan saudara-saudaranya mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.

    Beberapa anggota keluarganya masih tinggal di masjid karena rumah belum sepenuhnya pulih.

    Di tengah beban psikologis itu, dukungan dari lingkungan kampus memberi secercah keringanan.

    Para senior dan ikatan mahasiswa Aceh di Jakarta membantunya memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari.

    Beberapa warung makan dekat asramanya pun ikut membantu dengan memberikan makanan gratis bagi mahasiswa yang keluarganya terdampak.

    “Untuk masalah konsumsi, alhamdulillah banyak warung-warung yang memberikan makan gratis bagi teman-teman yang keluarganya sedang dalam bencana,” ujar Sulthan.

    Menggalang Donasi dari Perantauan

    Meski pendapatan mereka dipangkas dan kehidupan sehari-hari ikut terjepit, Sulthan dan mahasiswa Aceh lainnya memilih untuk bergerak.

    Mereka membuka donasi untuk membantu keluarga serta warga di kampung halaman.

    Donasi disebarluaskan melalui Instagram @wismafobajakarta. Publik dapat memberikan bantuan hingga Jumat (5/12/2025) melalui rekening BSI 7281324866 atas nama Sulthan Aminy, atau datang langsung ke posko Wisma Mahasiswa Aceh FOBA Jakarta di Jalan Setiabudi Barat No. 1, Jakarta Selatan.

    “Kalau untuk cari pemasukan (uang jajan tambahan) belum, tapi kami sedang open donasi supaya daerah kami kembali normal,” kata Sulthan.

    Kabar dari Kampung Halaman yang Masih Terputus-putus

    Banjir di Paya Bujok Seuleumak mulai surut. Rumah nenek dan tantenya sudah mulai dibersihkan dan kembali ditempati.

    Namun, sebagian saudaranya masih tinggal di masjid dan kesulitan bahan makanan serta kebutuhan pokok.

    “Alhamdulillah, di Langsa itu banjirnya sudah surut, rumah-rumah saudara saya sudah mulai dibersihkan. Nenek saya juga sekarang sudah ada di rumah tante yang kondisinya sudah lebih bersih (pasca banjir),” ujar Sulthan.

    Namun akses komunikasi masih menjadi hambatan. Sulthan hanya bisa mengandalkan pesan singkat, jaringan telepon kerap terputus.

    Keluarganya meminta agar donasi yang terkumpul segera disalurkan ke Langsa karena bantuan pemerintah belum terlihat.

    “Sampai sekarang, jaringan di daerah saya (Langsa) masih susah, jadi saya hanya bisa hubungi saudara lewat chat. Kalau lewat telepon itu masih terus terputus,” jelasnya.

    “Ada kabar pas saya tanya juga ke saudara, karena kita di Jakarta kan open donasi ya. Jadi mereka bilang, diminta kirim donasinya ke Langsa saja karena pemerintah belum tampak dan kelihatan juga,” sambung dia.

    Di wilayah Paya Bujok Seuleumak, dapur umum belum tersedia. Warga masih kesulitan air bersih, elpiji, bahan pokok, dan bahan bakar.

    Lebih dari Sekadar Bertahan

    Kisah Sulthan menggambarkan lapisan getir lain dari sebuah bencana, yakni beban ganda yang dirasakan mahasiswa perantau.

    Mereka harus menjaga diri tetap bertahan di kota tempat mereka menuntut ilmu, sambil memikul kecemasan terhadap keluarga yang sedang menghadapi kesulitan.

    Di tengah jarak, keterbatasan jaringan, dan kondisi ekonomi yang mendesak, empati antarsesama mahasiswa menjadi penyambung napas.

    Sementara itu, mereka tetap berupaya mengulurkan tangan ke kampung halaman yang sedang berjuang bangkit dari banjir.

    Donasi Korban Banjir Sumatera

    Kompas.com bersama Kitabisa membuka penggalangan dana untuk membantu masyarakat Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, yang terdampak bencana.

    Dukungan Anda dapat disalurkan melalui tautan berikut:

    Komentar
    Additional JS