Jepang Diproyeksikan Catat Rekor Kelahiran Terendah untuk 10 Tahun Beruntun - Tribunnews
Ringkasan Berita:
- Proyeksi kelahiran di Jepang tahun 2025 diperkirakan turun menjadi sekitar 667.542 bayi, terendah sejak pencatatan dimulai pada 1899.
- Jumlah ini turun 18.631 kelahiran dibandingkan tahun 2024 dan menjadi rekor penurunan 10 tahun berturut-turut.
- Angka kelahiran 2025 jauh di bawah proyeksi IPSS sebelumnya, bahkan lebih rendah dari skenario pesimis mereka.
- Penurunan kelahiran berisiko memperparah masalah kekurangan tenaga kerja di Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Tren menurunnya angka kelahiran di Jepang terus berlangsung pada tahun 2025 ini.
Hal ini terjadi setelah data yang dihimpun melalui proyeksi surat kabar Asahi Shimbun pada Selasa (23/12/2025) memperkirakan jumlah bayi Jepang yang lahir di dalam negeri sepanjang tahun 2025 ini mencapai angka sekitar 667.542 jiwa.
Angka ini juga mencerminkan tren penurunan populasi usia muda di negara tersebut selama 10 tahun terakhir.
Sebelumnya pada tahun 2024, proyeksi jumlah kelahiran yang tercatat mencapai angka 686.173 jiwa.
Dengan demikian, proyeksi jumlah kelahiran di Jepang pada 2025 mengalami penyusutan hingga 18.631 jiwa dari tahun sebelumnya
Jumlah pada tahun 2025 tersebut juga akan menjadi angka yang terendah sejak pencatatan statistik dimulai pada tahun 1899.
Nilai tersebut sekaligus mencatatkan rekor angka kelahiran terendah baru untuk kesepuluh kalinya secara beruntun bagi Jepang.

Perkiraan ini disusun berdasarkan berbagai data, termasuk statistik vital yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Jepang mengenai angka kelahiran sementara pada periode Januari hingga Oktober serta data perkiraan bulan Januari hingga Juli.
Data-data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus yang biasa digunakan kementerian untuk memproyeksikan jumlah kelahiran anak Jepang setiap tahunnya.
Di sisi lain, diperkirakan sekitar 495.000 pasangan akan menikah hingga akhir tahun 2025 ini.
Angka pernikahan tersebut bisa dikatakan relatif stabil dibandingkan 485.092 pasangan pada tahun 2024.
Proyeksi kelahiran terbaru ini jauh di bawah perkiraan sebelumnya yang dirilis oleh Institut Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Jepang atau IPSS.
Sebelumnya di akhir tahun 2024, IPSS memproyeksikan sebanyak 749.000 kelahiran terjadi pada tahun 2025 dalam prakiraan varian menengah tahun 2023.
Angka ini bahkan lebih rendah dibandingkan proyeksi skenario pesimis atau varian rendah lembaga tersebut yang memperkirakan 681.000 kelahiran.
Padahal dalam proyeksi varian rendah itu, angka kelahiran diperkirakan baru akan mencapai 665.000 pada tahun 2029.
Apabila tren penurunan kelahiran terus berlanjut, dikhawatirkan akan terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja usia produktif sehingga memperparah kekurangan tenaga kerja di berbagai sektor.
Proyeksi ini muncul meskipun pemerintah pusat Jepang telah mengalokasikan paket kebijakan tahunan senilai 3,6 triliun yen atau setara Rp 386,8 triliun untuk mengatasi masalah penurunan angka kelahiran.
Pada bulan November lalu, pemerintah telah membentuk badan khusus strategi kependudukan untuk mulai merumuskan langkah-langkah menghadapi penurunan populasi dalam jangka pendek.
Sehubungan dengan data kelahiran, Kementerian Kesehatan Jepang biasanya merilis angka sementara sekitar bulan Februari tahun berikutnya.
Data ini mencakup warga negara asing serta warga Jepang yang lahir di luar negeri.
Sementara angka perkiraan khusus untuk warga negara Jepang dipublikasikan sekitar bulan Juni setiap tahunnya.
(Tribunnews.com/Bobby)