Jet Tempur Arab Saudi Bombardir Separatis Yaman di Hadhramaut - SindoNews
4 min read
Jet Tempur Arab Saudi Bombardir Separatis Yaman di Hadhramaut
Jum'at, 26 Desember 2025 - 18:14 WIB
Arab Saudi dituduh luncurkan serangan udara terhadap posisi pasukan separatis Yaman di Hadhramaut. Foto/Defence Security Asia
A
A
A
SANAA - Dewan Transisi Selatan (STC), kelompok separatis Yaman yang didukung Uni Emirat Arab (UEA), menuduh jet-jet tempur Arab Saudi telah membombardir posisi mereka di Hadhramaut pada hari Jumat (26/12/2025). Saudi merupakan pendukung utama pemerintah Yaman yang diakui secara internasional.
Menurut STC, serangan udara ini terjadi sehari setelah Kerajaan Arab Saudi mendesak mereka untuk mengembalikan wilayah yang baru saja direbut dari pasukan pemerintah Yaman.
Belum ada laporan langsung tentang korban jiwa dalam serangan udara Arab Saudi, yang menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi setelah bertahun-tahun relatif tenang, dalam konflik yang selama lebih dari satu dekade telah melibatkan pemain regional seperti Iran dan Arab Saudi.
Baca Juga: Terungkap, Kapal Perang AS Tembak Jet Tempur F/A-18 Amerika karena Dikira Rudal Houthi
Kemajuan kelompok separatis telah menambah tekanan pada Arab Saudi dan UEA, yang mendukung faksi-faksi yang bersaing di Yaman.
"Angkatan Udara Saudi mengebom posisi Pasukan Elite Hadhrami di Wadi Nahb di Hadhramaut," tulis Aden Independent Channel yang berafiliasi dengan kelompok separatis dalam sebuah unggahan media sosial, merujuk pada sebuah kelompok di dalam faksi STC.
STC mengatakan kepada AFP bahwa Arab Saudi telah melakukan dua serangan di daerah tersebut.
Koalisi Arab pimpinan Arab Saudi, yang mendukung pemerintah Yaman, tidak segera menanggapi permintaan komentar untuk mengonfirmasi serangan tersebut.
Serangan udara ini menyusul bentrokan di daerah itu pada hari Kamis antara kelompok separatis dan seorang pemimpin suku yang dekat dengan Arab Saudi.
Seorang pejabat militer di Hadramaut mengatakan kepada AFP bahwa pemimpin suku tersebut telah meninggalkan daerah itu setelah pertempuran pecah.
Menurut STC, serangan udara ini terjadi sehari setelah Kerajaan Arab Saudi mendesak mereka untuk mengembalikan wilayah yang baru saja direbut dari pasukan pemerintah Yaman.
Belum ada laporan langsung tentang korban jiwa dalam serangan udara Arab Saudi, yang menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi setelah bertahun-tahun relatif tenang, dalam konflik yang selama lebih dari satu dekade telah melibatkan pemain regional seperti Iran dan Arab Saudi.
Baca Juga: Terungkap, Kapal Perang AS Tembak Jet Tempur F/A-18 Amerika karena Dikira Rudal Houthi
Kemajuan kelompok separatis telah menambah tekanan pada Arab Saudi dan UEA, yang mendukung faksi-faksi yang bersaing di Yaman.
"Angkatan Udara Saudi mengebom posisi Pasukan Elite Hadhrami di Wadi Nahb di Hadhramaut," tulis Aden Independent Channel yang berafiliasi dengan kelompok separatis dalam sebuah unggahan media sosial, merujuk pada sebuah kelompok di dalam faksi STC.
STC mengatakan kepada AFP bahwa Arab Saudi telah melakukan dua serangan di daerah tersebut.
Koalisi Arab pimpinan Arab Saudi, yang mendukung pemerintah Yaman, tidak segera menanggapi permintaan komentar untuk mengonfirmasi serangan tersebut.
Serangan udara ini menyusul bentrokan di daerah itu pada hari Kamis antara kelompok separatis dan seorang pemimpin suku yang dekat dengan Arab Saudi.
Seorang pejabat militer di Hadramaut mengatakan kepada AFP bahwa pemimpin suku tersebut telah meninggalkan daerah itu setelah pertempuran pecah.
Menolak untuk Mundur
Serangan Arab Saudi terjadi sehari setelah Riyadh mendesak kelompok separatis untuk mundur dari provinsi Hadhramaut dan Mahra, yang direbut awal bulan ini.
Pada hari Jumat, UEA menyambut baik upaya Arab Saudi untuk mendukung keamanan di Yaman, karena kedua sekutu Teluk tersebut berupaya untuk menunjukkan front persatuan meskipun mendukung pihak yang berbeda dalam bentrokan terbaru di Yaman.
Menurut Riyadh, delegasi militer Saudi-Emirat mengunjungi Aden awal bulan ini untuk meminta STC mengembalikan dua provinsi yang baru-baru ini mereka rebut, dengan upaya deeskalasi Saudi masih berlangsung.
Sumber yang dekat dengan STC mengatakan kepada AFP pada saat itu bahwa delegasi tersebut meminta mereka untuk mundur dari wilayah yang baru direbut tetapi kelompok itu menolak.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pekan lalu memperingatkan bahwa kemajuan STC meningkatkan risiko "eskalasi yang lebih luas dan fragmentasi lebih lanjut".
"Kembalinya permusuhan secara penuh dapat memiliki konsekuensi serius terhadap perdamaian dan keamanan regional," katanya, mendesak semua pihak untuk meredakan ketegangan.
Pada bulan Desember, STC, yang ingin menghidupkan kembali negara Yaman Selatan yang sebelumnya merdeka, mengusir pasukan pemerintah Yaman dan sekutunya dari sebagian besar wilayah negara itu. Tindakan ini memicu kekhawatiran akan ketidakstabilan lebih lanjut.
Yaman telah terpecah selama lebih dari satu dekade, setelah Houthi mengusir pemerintah dari ibu kota Sanaa pada tahun 2014 dan kemudian menguasai sebagian besar wilayah utara, yang mencakup pusat-pusat populasi utama negara itu.
Kelompok Houthi yang didukung Iran telah berperang dengan pasukan pemerintah, yang didukung oleh Koalisi Arab pimpinan Saudi, sejak tahun 2015. Konflik tersebut telah menewaskan ratusan ribu warga Yaman dan memicu krisis kemanusiaan besar.
Namun, pertempuran telah berkurang secara signifikan sejak gencatan senjata yang dinegosiasikan PBB pada tahun 2022.
(mas)