Kenapa Risiko Rabies Meningkat saat dan setelah Banjir? - IDN Times
Kenapa Risiko Rabies Meningkat saat dan setelah Banjir?
Banjir bisa meningkatkan risiko penyakit dari hewan penular, termasuk rabies, karena kontak manusia-hewan liar atau peliharaan makin tinggi dalam kondisi pengungsian.
Rabies ditularkan lewat gigitan, cakaran, atau ludah hewan terinfeksi; kontak dengan hewan di situasi banjir bisa memicu penularan bila hewan terinfeksi.
Pencegahan seperti vaksinasi hewan, hindari kontak hewan liar, dan penanganan cepat jika terjadi gigitan/luka sangat krusial terutama di masa darurat banjir.
Musim hujan dampaknya bisa lebih dari sekadar genangan. Bencana banjir bisa muncul, bahkan ini terjadi di beberapa area di Indonesia dan memakan ratusan korban jiwa.
Banjir bisa memaksa manusia dan hewan, termasuk hewan liar atau hewan penular penyakit, untuk saling tumpang tindih di ruang sempit atau tempat-tempat pengungsian sementara. Dalam situasi seperti itu, interaksi antara manusia dan hewan bisa meningkat, sehingga potensi penularan zoonosis, seperti rabies, turut naik.
Rabies bukan penyakit ringan. Virus rabies menyerang sistem saraf pusat manusia, dan jika sudah menunjukkan gejala hampir selalu berujung fatal. Oleh karena itu, memahami bagaimana banjir bisa meningkatkan risiko rabies dan apa yang bisa dilakukan penting untuk menjaga keselamatan bersama.
Cara banjir meningkatkan risiko penularan rabies
Secara umum, banjir meningkatkan risiko berbagai penyakit, terutama yang berkaitan dengan air tercemar, sanitasi buruk, dan kontak manusia-hewan yang meningkat.
Setelah banjir, sistem sanitasi dan saluran air serta tempat penampungan bisa rusak atau overload. Ini memaksa banyak manusia dan hewan untuk “berbagi ruang”. Kondisi tersebut menciptakan peluang kontak manusia–hewan, termasuk hewan penular rabies seperti anjing, kucing, atau hewan liar.
Hewan peliharaan maupun hewan liar yang kehilangan tempat tinggal akibat banjir mungkin berkeliaran mencari makan atau tempat berlindung, mendekat ke permukiman manusia. Ini meningkatkan potensi gigitan atau cakaran.
Juga, layanan kesehatan dan program vaksinasi rutin bisa terganggu pasca-bencana. Ini berarti kontrol hewan penular dan penanganan gigitan bisa tertunda atau tidak optimal, menambah risiko penularan rabies.
Walaupun rabies dan banjir tidak banyak dibahas seperti penyakit air atau vektor lain, tetapi beberapa laporan menyebut bahwa banjir/banjir besar dapat memicu penyebaran penyakit zoonotik. Rabies termasuk dalam kategori yang perlu diwaspadai setelah kondisi darurat seperti banjir.
Jadi, ya, banjir bisa menjadi pemicu meningkatnya risiko rabies, terutama jika diikuti dengan kerusakan sanitasi, kepadatan pengungsian, dan interaksi manusia–hewan liar/peliharaan yang meningkat.
Cara meminimalkan risiko rabies saat dan setelah banjir
Untuk melindungi diri dan lingkungan dari potensi rabies di masa banjir, beberapa langkah berikut sangat disarankan:
Pastikan hewan peliharaan sudah divaksinasi rabies dan tetap berada dalam pengawasan. Jangan dilepas berkeliaran, terutama di daerah terdampak banjir.
Hindari kontak dengan hewan liar atau peliharaan yang terlihat stres, agresif, atau gelisah. Penyakit bisa menyebar lewat gigitan, cakaran atau ludah pada luka terbuka. Rabies bisa tertular melalui luka kecil sekalipun.
Gunakan alas kaki, sarung tangan, dan lindungi tubuh jika harus berada di genangan air. Luka kecil bisa menjadi pintu masuk virus jika air tercemar dan ada kontak hewan.
Segera cuci luka dengan sabun dan air bersih serta segera ke fasilitas medis kalau tergigit atau tergores hewan. Vaksinasi pascapajanan (post-exposure prophylaxis) perlu segera dilakukan agar rabies bisa dicegah.
Jaga kebersihan lingkungan: bersihkan sisa-sisa sampah, reruntuhan, tempat genangan, dan kurangi kemungkinan hewan liar mencari tempat berlindung dekat permukiman.
Ancaman penyakit zoonotik saat dan setelah banjir itu nyata, salah satunya adalah rabies, yang bisa muncul ketika manusia dan hewan berbagi ruang dalam kondisi darurat.
Kewaspadaan, pencegahan, dan respons cepat bisa menyelamatkan nyawa. Vaksinasi hewan peliharaan, menghindari kontak hewan liar, perlindungan diri, serta tindakan medis cepat bila terjadi gigitan adalah langkah-langkah yang bisa kamu lakukan untuk menjaga diri dan orang terdekat.
Referensi
"Rabies." Kemenkes RI. Diakses Desember 2025.
Areeba A.A. Basaria et al., “Infectious Diseases Following Hydrometeorological Disasters: Current Scenario, Prevention, and Control Measures,” Annals of Medicine and Surgery 85, no. 8 (July 7, 2023): 3778–82, https://doi.org/10.1097/ms9.0000000000001056.
"Flood." International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies. Diakses Desember 2025.
"Antisipasi Penyakit Menular saat Banjir. Kemenkes RI. Diakses Desember 2025.
"Diagnostics of a Disaster: Animal Health Concerns During Floods." Texas A&M Veterinary Medical Diagnostic Laboratory. Diakses Desember 2025.
"Bahaya dan Pencegahan Rabies." Puskesmas Meninting. Diakses Desember 2025.
"Bahaya Penyakit Rabies." Kemenkes RI. Diakses Desember 2025.