Kriminolog UI Ungkap Maraknya Penipuan Berkedok Kencan Online, Sasar Perempuan Berpendidikan - Tribunjakarta
Kriminolog UI Ungkap Maraknya Penipuan Berkedok Kencan Online, Sasar Perempuan Berpendidikan - Tribunjakarta.com
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
ilustrasi Love Scam. Unsplash
TRIBUNJAKARTA.COM - Fenomena penipuan berkedok cinta palsu atau Love Scamming masih banyak ditemui di Indonesia.
Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Arthur Josias Simon Runturambi, mengungkap bahwa modus ini banyak menjerat perempuan, terutama dari kalangan berpendidikan dan mapan secara ekonomi.
Menurut Arthur, penipuan dengan cara ini memanfaatkan kelemahan emosional korban dan dilakukan melalui pendekatan interpersonal yang terencana.
“Ya, ini memang penipuan berkedok tawaran kencan, jodoh, atau teman. Yang tertarik kebanyakan perempuan, dan dilakukan secara online,” ujar Josias saat dihubungi TribunJakarta.com, Kamis (13/11/2025).
Josias menjelaskan, pelaku biasanya memiliki kemampuan tinggi dalam memprofiling korban, mengenali kebutuhan emosional maupun psikologis calon korban.
Pelaku kemudian memanfaatkannya untuk membangun kepercayaan.
“Kemampuan pelaku memprofiling dan membujuk korban serta memahami kebutuhannya menjadi andalan utama. Korban justru banyak dari kalangan berpendidikan dan beruang,” jelasnya.
Lebih jauh, Josias menyoroti lemahnya penegakan hukum terhadap kasus-kasus serupa.
Di sisi lain, banyak korban enggan melapor karena merasa hubungan tersebut bersifat pribadi, bukan tindak pidana.
“Penegakan hukum masih lemah karena banyak menyangkut perasaan dan bukti-bukti hubungan yang dianggap pribadi daripada hubungan hukum," ujarnya.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk selalu berhati-hati dalam berinteraksi di dunia maya.
Jika menemukan tanda-tanda manipulasi emosional atau permintaan uang dari kenalan baru secara online, masyarakat diminta segera melapor ke pihak berwenang.
Kesasksian Korban
Salah satu wanita yang menjadi korban love scamming yakni RG (31) seorang karyawati swasta di Jakarta.
Ia kehilangan uang sampai Rp 165 juta karena terperdaya oleh pria yang baru dikenalnya kurang dari sebulan.
Oleh pria yang hanya dikenalnya melalui telepon, RG diminta tiga kali menstransfer uang.
Kepada RG, pria itu memgaku sebagai teknisi yang sedang mengelola situs judi online di Makau.
Kini, RG telah melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian namun belum ada progres yang signifikan.
"Sudah dimintai keterangan. Tapi setelahnya tetap aja enggak ada kabar lagi sampai sekarang," kata RG, Rabu (12/11/2025).
Korban Enggan Bercerita
Pendiri Komunitas Safe Dating Apps, Helinsa Kaban mengakui memang banyak korban yang memilih diam ketimbang melaporkan kasus ini.
"Banyak korban kurang nyaman untuk melaporkan kasusnya karena kesan yang terbangun bahwa mereka itu bodoh sekali kenapa bisa sampai tertipu," kata Helinsa saat berbincang dengan TribunJakarta.com di awal November 2025.
Pola Love Scamming
Helinsa menjelaskan, pola love scamming ini dimulai dari interaksi di aplikasi kencan daring.
Pelaku biasanya menargetkan korban berusia 25–40 tahun yang dinilai sudah mapan secara finansial.
Korban umumnya mengalami kesepian, tekanan sosial karena usia, atau harapan untuk segera menikah.
“Korban sering merasa akhirnya ada yang perhatian, memahami mereka, padahal itu manipulasi emosional,” jelas Helinsa.
Setelahnya, pelaku membangun kedekatan dan biasanya melalui obrolan malam hari di atas jam 10.
"Setelah bonding terbentuk, barulah modus dijalankan,” ujar Helinsa.
Sepekan Jadi Penentu
Helinsa menjelaskan, biasanya pelaku menargetkan waktu dua pekan sampai satu bulan untuk memastikan korban termakan cinta palsunya.
"Jadi kalau dari awal si scammer sudah merasa bahwa ini orang tidak bisa dimanipulasi, mereka akan unmatch atau mereka akan ghosting orang itu secepatnya dalam kurun waktu kurang dari seminggu. Ini pola yang biasanya terjadi," ujar Helinsa.