0
News
    Home Berita Featured IPB Spesial Sumatera

    Pakar IPB: Sumatera Peringkat Satu Kehilangan Biodiversitas di Indonesia - Kompas,

    3 min read

     

    Pakar IPB: Sumatera Peringkat Satu Kehilangan Biodiversitas di Indonesia


    Kompas.com, 30 Desember 2025, 17:44 WIB

    KOMPAS.com – Pulau Sumatera kini berada dalam titik kritis lingkungan. Berdasarkan data terbaru, wilayah ini mencatatkan tren kehilangan biodiversitas atau keanekaragaman hayati tertinggi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

    Kondisi tersebut diungkapkan oleh Guru Besar Manajemen Lanskap IPB University, Prof Syartinilia, dalam forum "LRI TALK #3 Bersama Menjaga Sumatera".

    Menurutnya, ancaman kepunahan spesies dan kerusakan ekosistem di Sumatera melampaui wilayah besar lainnya seperti Kalimantan dan Papua.

    “Analisis pada skala meso di Pulau Sumatera menggunakan Biodiversity Intactness Index (BII) menunjukkan bahwa, berdasarkan data global periode 2017–2020, Sumatera mencatat tingkat kehilangan biodiversitas tertinggi di Indonesia,” ungkap Prof Syartinilia dikutip dari laman resmi IPB University.

    Duet Tawa Kasad-Purbaya, Tentara Jadi Jaminan Utang Jembatan Bailey

    Proyeksi Kelam hingga 2050

    Jika pola aktivitas manusia saat ini atau skenario business as usual terus berlanjut, masa depan ekosistem Sumatera diprediksi akan semakin suram.

    Prof Syartinilia menyebutkan bahwa kehilangan biodiversitas hingga tahun 2050 diperkirakan mencapai 15 persen.

    Namun, angka tersebut masih bisa ditekan jika pemerintah dan pemangku kepentingan beralih ke skenario keberlanjutan.

    “Pada skenario bisnis seperti biasa, kehilangan biodiversitas hingga tahun 2050 diperkirakan mencapai sekitar 15 persen, sementara pada skenario keberlanjutan dapat ditekan hingga sekitar 11 persen,” jelas Sekretaris Lembaga Riset Internasional Lingkungan dan Perubahan Iklim (LRI LPI) IPB University tersebut.

    Ancaman nyata juga menghantui satwa karismatik kebanggaan Indonesia.

    Habitat gajah Sumatera diproyeksikan bakal menyusut drastis hingga 66 persen. Sebaliknya, pendekatan berkelanjutan, berpotensi meningkatkan habitat mereka sebesar 5 persen.

    “Pendekatan berkelanjutan terbukti mampu menekan kehilangan habitat secara signifikan,” tegasnya.

    Ekosistem Lahan Basah dan Pegunungan Paling Rentan

    Kajian IPB University yang akan menjadi bagian dari dokumen National Communication ini juga menyoroti kerentanan ekosistem nasional terhadap perubahan iklim. Secara nasional, ekosistem lahan basah dan pegunungan ditemukan sebagai tipe yang paling rapuh.

    Prof Syartinilia menekankan bahwa faktor antropogenik atau aktivitas manusia menjadi pemicu utama yang memperparah dampak perubahan iklim, seperti kenaikan suhu dan cuaca ekstrem.

    “Faktor antropogenik memiliki kontribusi signifikan dalam memperkuat dampak perubahan iklim terhadap ekosistem Indonesia,” tuturnya.

    Sebagai solusi, IPB University merekomendasikan lima aksi adaptasi prioritas yang berfokus di Sumatera, yakni:

    • Restorasi terfokus.
    • Konservasi berbasis masyarakat.
    • Pengelolaan lanskap terpadu.
    • Mitigasi ancaman langsung.
    • Investasi konservasi berskala besar.
    Ulurkan tanganmu membantu korban banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Di situasi seperti ini, sekecil apa pun bentuk dukungan dapat menjadi harapan baru bagi para korban. Salurkan donasi kamu sekarang dengan klik di sini
    Komentar
    Additional JS