Pelukan Presiden Prabowo hingga Sepatu Berlumpur Gubernur Aceh Mualem yang Tuai Pujian - Tribunnews
Pelukan Presiden Prabowo hingga Sepatu Berlumpur Gubernur Aceh Mualem yang Tuai Pujian - Tribunnews.com

Ringkasan Berita:
- Presiden Prabowo tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh, untuk meninjau penanganan bencana banjir dan longsor, Minggu (7/12/2025).
- Saat mendarat Prabowo langsung memeluk Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem.
- Kondisi sepatu berlumpur Gubernur Mualem saat jemput Prabowo tuai pujian padahal penuh lumpur.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bencana banjir bandang dan tanah longsor melanda Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Untuk Aceh, bencana melanda 18 kabupaten/kota, bahkan beberapa di antaranya lumpuh.
Satu kabupaten terparah yang terpapar bencana adalah Kabupaten Aceh Tamiang.
Orang nomor satu di Indonesia, Presiden Prabowo Subianto bahkan kembali mengunjungi Aceh pada Minggu (7/12/2025) setelah kunjungan perdananya Senin 1 Januari 2025.
Dampak bencana alam hidrometrologi basah di Aceh cukup besar jadi alasan Presiden Prabowo dua kali ke Aceh dalam satu pekan ini.
Dari serangkaian kunjungannya, tampak Presiden Prabowo sempat memeluk Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem.
Sementara itu netizen malah menyoroti dan memuji kondisi sepatu Mualem yang berlumpur.
Tiba di Aceh, Presiden Prabowo Langsung Peluk Gubernur Mualem
Presiden Prabowo Subianto tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh, untuk meninjau penanganan bencana banjir dan longsor, Minggu (7/12/2025).
Dilansir dari tayangan KompasTV, Prabowo tampak turun dari pesawat Kepresidenan mengenakan safari coklat dan topi biru.
Ia lantas bersalaman dengan para pejabat yang menyambutnya di landasan udara.
Kepala Negara lebih dulu bersalaman dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin.
Kemudian, Prabowo bersalaman dengan Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem.
Prabowo langsung memeluk Mualem, dan keduanya tampak berbincang-bincang.
Menhan pun terlibat dalam perbincangan tersebut.
Lantas, Prabowo memanggil Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya untuk berbincang-bincang, meskipun suara mesin pesawat masih menyala.
Perbincangan di landasan pesawat turut diikuti Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Menteri Luar Negeri Sugiono, dan Kepala Badan Komunikasi Pemerintah Angga Raka Prabowo.
Setelahnya, Presiden beserta jajaran melanjutkan perjalanan menuju titik terdampak bencana menggunakan helikopter Kepresidenan.
Kepala Negara diagendakan meninjau titik yang mengalami kerusakan dan dampak signifikan akibat banjir, sekaligus menerima laporan terbaru dari pemerintah daerah dan instansi terkait.
Kunjungan ini dilakukan untuk memastikan percepatan penanganan darurat serta pemulihan di daerah terdampak.
Kepala Negara juga akan memantau distribusi bantuan, proses evakuasi warga, serta langkah-langkah pembukaan akses jalan.
Pemerintah menegaskan bahwa penanganan banjir di Aceh menjadi prioritas nasional, dan seluruh sumber daya dikerahkan untuk mempercepat pemulihan kondisi masyarakat.
Adapun Presiden lepas landas dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, menuju Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Kabupaten Aceh Besar, sekitar pukul 07.55 WIB.
Sepatu Mualem Berlumpur saat Jemput Presiden Prabowo
Gubernur Aceh H. Muzakir Manaf (Mualem), bersama Pangdam Iskandar Muda, Kapolda Aceh, Wakil Gubernur dan Sekda Aceh menjemput kedatangan Presiden Republik Indonesia, Probowo Subiyanto di Bandara Sultan Iskandar Muda Aceh Besar, Minggu (7/12/2025) pagi.
Dalam momen tersebut, Mualem terlihat masih mengenakan sepatu yang berlumur lumpur.
Kondisi itu diduga karena dalam beberapa hari terakhir ia kerap turun langsung ke berbagai wilayah yang terdampak banjir.
Kondisi sepatu Mualem tersebut sontak menjadi sorotan warganet.
Pada unggahan di akun Instagram resmi muzakirmanaf1964, sejumlah netizen terlihat menyoroti positif hal itu.
“Bahkan dari sepatu saja, kita tau siapa yg benar2 bekerja. Teudong lage be teuglong sajan panglima,” komentar dari akun tribun_persiraja.
Komentar lainnya juga diutarakan oleh akun ichsanrizamotor1907.
Komentarnya berbunyi “Krue seumangat Gub kamoe (semangat gub kami). Sepatu anda menjadi saksi bisu dalam melayani wargamu.”
“Saya fokus kepada sepatu bapak, nampak kotor dibanding sepatu pejabat lain, itu tandanya bapak kerja di lapangan terus. Sehat selalu Pak, semoga Allah berkahi,” bunyi komentar lain dari akun nadiaisfarin.

Seperti diketahui, sebelum menjemput kedatangan Presiden Prabowo, Gubernur Mualem baru saja bertolak dari Aceh Utara.
Di sana, Mualem memantau penyaluran bantuan korban bencana yang tiba di Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara.
Usai menjemput presiden, mereka kemudian berangkat dengan helikopter meninjau lokasi terdampak bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Bireuen.
Terjebak Banjir, Istri Gubernur Aceh Nginap di SPBU
Istri Gubernur Aceh Muzakir Manaf yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Aceh Marlina Muzakir alias Kak Na sempat terjebak banjir di area SPBU Panteu Breuh, Simpang Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara.
Ia terjebak selama dua hari, pada Rabu (26/11/2025) hingga Jumat (28/11/2025).
Kak Na tidak sendirian. Dalam kesulitan itu, ia turut dibersamai oleh Plt Kepala Dinas Sosial Aceh Chaidir beserta rombongan.
Kronologi Istri Gubernur Aceh Terjebak Banjir saat Salurkan Bantuan
Awalnya Kak Na bersama rombongan bergerak dari Banda Aceh menuju Lhokseumawe pada Selasa (25/11/2025). Mereka menyalurkan bantuan tanggap darurat untuk korban banjir di sejumlah titik.
Pada Rabu, rombongan kembali menyalurkan bantuan ke Lhoksukon, Aceh Utara, dan ke Julok, Aceh Timur. Namun, saat perjalanan pulang menuju Banda Aceh, mereka tidak dapat lagi melintas setelah jalan nasional Banda Aceh–Medan di kawasan Alue Ie Puteh, Kecamatan Baktiya, terendam air hingga 2,1 meter.
“Kami terpaksa menginap di SPBU karena itu lokasi yang lebih tinggi dan aman. Tidak ada lagi akses jalan yang bisa dilewati,” ujar Marlina, Jumat (28/11/2025).
Selama dua hari tertahan, kondisi rombongan semakin memprihatinkan. Persediaan logistik menipis dan belum ada bantuan luar yang bisa menjangkau lokasi tersebut.
“Keadaan sangat darurat. Stok makanan makin sedikit. Warga di sekitar sini juga banyak yang kesulitan,” tuturnya.

Pada Jumat siang, rombongan akhirnya berhasil keluar dari lokasi terjebak. Mereka menumpang sebuah mobil tangki pengangkut crude palm oil (CPO) yang memiliki bodi lebih tinggi sehingga dapat menerobos banjir di jalur tersebut.
Marlina duduk di bagian depan kendaraan, sementara anggota rombongan lainnya berada di atas tangki.
Saat melewati genangan banjir yang masih tinggi, istri Gubernur Aceh itu tak kuasa menahan tangis.
“Saya benar-benar cemas melihat kondisi di lapangan. Banyak ibu dan anak yang membutuhkan bantuan segera,” katanya.
"Mohon penanganan segera karena banjir di kawasan ini masih sangat tinggi," ujarnya.
Rombongan kini telah tiba di kawasan Geudong dan melanjutkan perjalanan menuju Lhokseumawe untuk berkoordinasi dengan tim penanganan bencana.
Pemulihan Aceh Diperkirakan Telan Rp 25 Triliun Lebih
Upaya pemulihan pascabencana banjir bandang dan tanah longsor di Provinsi Aceh masih menghadapi tantangan besar.
Selain besarnya kebutuhan anggaran yang mencapai Rp 25,41 triliun, pemerintah pusat menyoroti bahwa Aceh saat ini masih bergantung pada infrastruktur komunikasi darurat untuk memastikan layanan dasar tetap berjalan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, menyampaikan bahwa pemulihan fisik bukan satu-satunya pekerjaan berat.
Pemulihan jaringan komunikasi disebut menjadi faktor krusial karena beberapa wilayah belum dapat kembali terkoneksi tanpa perangkat darurat.
“Ada lima kabupaten/kota yang komunikasi publiknya masih bergantung pada internet WiFi Starlink, yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Aceh Tamiang,” ujar Suharyanto dalam rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto, Minggu (7/12/2025).
Ia memastikan bahwa seluruh masyarakat kini sudah bisa berkomunikasi, meski sebagian masih melalui perangkat bantuan dari kementerian/lembaga.
Hingga Minggu malam, BNPB mencatat 37.546 rumah mengalami kerusakan. Sebagian besar rusak ringan dan sedang, namun tak sedikit pula yang masuk kategori rusak berat.
“Rusak berat ini termasuk rumah-rumah yang hilang tersapu banjir,” kata Suharyanto.
Tak hanya pemukiman, kerusakan juga terjadi pada fasilitas publik: jembatan, jalan, sekolah, tempat ibadah, pondok pesantren, rumah sakit, hingga puskesmas. Pemerintah juga tengah mendata kerugian sektor pertanian, termasuk lahan pangan, sawah, kebun, ternak, dan tambak.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam ratas melaporkan bahwa kebutuhan anggaran pemulihan untuk Aceh saja mencapai Rp 25,41 triliun. Angka ini menunjukkan skala kerusakan yang tak hanya luas, tetapi kompleks.
BNPB menegaskan bahwa data tersebut masih bersifat dinamis dan akan terus diperbarui seiring berjalannya penanganan bencana dan pendataan lapangan.
Meski fokus utama pemerintah biasanya tertuju pada perbaikan fisik, situasi di Aceh menunjukkan bahwa pemulihan jaringan komunikasi menjadi kebutuhan yang sangat mendesak.
Tanpa konektivitas, proses distribusi bantuan, pendataan korban, hingga koordinasi tim lapangan bisa mengalami hambatan.
“Ini secara berangsur-angsur akan kita normalkan,” kata Suharyanto. “Yang penting sekarang, tidak ada lagi masyarakat Aceh yang sama sekali tidak dapat berkomunikasi.”
Dengan kondisi Aceh yang masih dipenuhi infrastruktur yang rusak, pemulihan diperkirakan berlangsung panjang.
Pemerintah berkomitmen melakukan normalisasi bertahap, mulai dari pemulihan komunikasi hingga pembangunan kembali jembatan dan fasilitas vital lainnya.
(tribun network/thf/Serambinews.com)