Sering Mudah Lelah saat Olahraga, Remaja Ini Ternyata Kena Gagal Jantung di Usia 16 - detik
Sering Mudah Lelah saat Olahraga, Remaja Ini Ternyata Kena Gagal Jantung di Usia 16
Seorang perempuan bernama Marina Jones sejak kecil merasa ada yang tidak beres dengan kondisi tubuhnya. Pada usia 7 tahun, ia kesulitan mengikuti latihan senam dan kerap tertinggal dari teman-temannya.
Memasuki bangku SMP, kondisinya semakin memburuk. Marina tak sanggup berlari saat pelajaran olahraga dan sering merasa pusing serta sesak napas. Saat mencoba mengeluh, ia justru ditertawakan.
Guru olahraga menyebutnya terlalu dramatis, sementara keluarga dan teman menganggap keluhannya hanya karena kurang berolahraga. Hal itu membuat Marina mulai menganggap dirinya memang lemah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gejala yang dialami Marina terus bertambah. Ia mengalami migrain hebat, napas semakin pendek, hingga akhirnya pingsan saat berjalan menanjak di kampus kakaknya. Kejadian tersebut membuat sang ibu panik dan memaksa Marina berkonsultasi ke dokter. Untuk pertama kalinya, keluhannya ditanggapi secara serius.
Hasil Pemeriksaan
Hasil rontgen menunjukkan jantung Marina membesar hingga hampir dua kali lipat dari ukuran normal. Dokter kemudian mendiagnosis Marina mengalami hipertensi pulmonal, kondisi langka yang dapat berujung pada gagal jantung.
Di usia 16 tahun, Marina sempat mengetahui bahwa harapan hidup penderita kondisi tersebut bisa sangat terbatas. Meski merasa syok, ia juga mengaku lega karena akhirnya mendapat jawaban dari keluhan yang dialaminya selama bertahun-tahun.
Selama beberapa tahun, Marina menjalani pengobatan dengan pompa obat yang bekerja selama 24 jam, menggunakan oksigen saat tidur, serta menjalani berbagai pantangan. Tetapi, kondisinya terus menurun. Hingga di usia 22 tahun, ia bahkan kesulitan berjalan dalam jarak dekat.
Pemeriksaan rutin kemudian mengonfirmasi kondisi terburuk: Marina mengalami gagal jantung. Satu-satunya pilihan agar tetap bertahan hidup adalah menjalani transplantasi paru ganda.
Jalani Transplantasi Paru
Setelah melalui proses panjang dan menegangkan, Marina akhirnya menjalani operasi transplantasi paru yang berlangsung selama delapan jam. Masa pemulihannya tidak mudah. Ia harus menghadapi nyeri hebat, penggunaan ventilator, hingga halusinasi selama perawatan di ICU.
Meski begitu, Marina perlahan kembali belajar bernapas, berjalan, dan menjalani aktivitas sehari-hari.
Selama setahun pascaoperasi, Marina harus menjalani isolasi ketat. Di masa tersebut, ia mulai membagikan kisah perjuangannya melalui media sosial, yang kemudian menyentuh dan menginspirasi banyak orang.
Meski harus mengonsumsi obat seumur hidup dan ekstra berhati-hati karena daya tahan tubuhnya menurun, Marina mengaku kini menjalani hidup dengan perasaan yang jauh lebih bebas.
"Dulu aku selalu takut, takut capek, takut pingsan, takut nggak bisa ikut apa-apa," ujar Marina, dikutip dari People.
"Sekarang, aku bisa jalan-jalan sendiri, bahkan traveling sendirian. Itu sesuatu yang dulu nggak pernah aku bayangkan," pungkasnya.