Jika OVO & DANA Merger, Mampu Jegal GoPay-Facebook-WhatsApp? - CNBC Indonesia
Jika OVO & DANA Merger, Mampu Jegal GoPay-Facebook-WhatsApp? - CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Dua perusahaan rintisan teknologi keuangan (fintech) RI yakni OVO dan DANA dikabarkan akan merger untuk melawan hegemoni Gopay milik Gojek. Meski belum ada keterangan resmi dari kedua belah pihak, jika aksi korporasi ini dieksekusi, mampukah kekuatan keduanya tumbangkan keperkasaan Gopay di Tanah Air?
Isu merger OVO dan DANA sebenarnya sudah berhembus sejak tahun 2019 lalu. Kini kabar tersebut kembali santer terdengar. Kabar terbaru menyebutkan bahwa keduanya akan merger untuk mengurangi aksi bakar uang dan ingin menyaingi Gopay.
Hingga kabar ini berhembus, kedua belah pihak belum memberikan konfirmasinya. CEO sekaligus salah satu pendiri DANA, Iswara enggan memberikan komentarnya. "Saya tidak dapat memberikan komentar terhadap rumor di pasar (I can't comment on market rumor)," ujar Vincent kepada CNBC Indonesia, Sabtu (13/6/2020).
Melalui Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra, CNBC Indonesia mencoba meminta konfirmasi. Namun hingga berita ini diturunkan belum ada jawaban darinya.
Sejauh ini persaingan e-wallet di Tanah Air masih didominasi oleh Gopay. Berdasarkan rilis data Bank Indonesia (BI), total nilai transaksi menggunakan e-walletdi Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Pada 2018 total transaksinya hanya US$ 3,2 miliar dan di tahun selanjutnya tumbuh menjadi US$ 10,45 miliar.
Tahun lalu nilai transaksi gross Gopay diperkirakan mencapai US$ 6,3 miliar. Itu artinya pangsa pasar Gopay di Tanah Air pada 2019 sudah mencapai 61% sendiri. Strategi promosi yang kerap melibatkan aksi 'cash burning' sering dilakukan oleh para pemain untuk menggerus pangsa pasar Gopay.
Meski pemain baru banyak bermunculan seperti OVO dan DANA (2017), dominansi Gopay masih tetap terasa sampai saat ini. Berbagai survei konsumen telah membuktikannya.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Ipsos terhadap 500 responden yang terdiri dari generasi milenial dan gen-Z awal tahun ini menunjukkan 54% dari responden masih akan menggunakan Gopay walaupun tanpa promo. Gopay juga menjadi e-wallet paling populer di dalam negeri. Menurut survei Ipsos, Gopay menguasai pangsa pasar hingga 60% dan menjadi e-wallet yang paling sering digunakan oleh konsumen (58%).
Survei lain yang dilakukan oleh perusahaan riset pemasaran yang berbasis di Singapura yakni M2insights juga mengkonfirmasi dominansi Gopay. Mengacu pada survei tersebut, Gopay menjadi e-wallet yang paling banyak digunakan konsumen pada paruh kedua 2019.
Ya, untuk saat ini Gopay memang masih sangatlah kuat. OVO saat ini merupakan pesaing ketat bagi Gopay dan mengklaim menjadi e-wallet yang terbesar di Indonesia. Sementara itu DANA yang menawarkan value propositionsebagai dompet digital masih memiliki tantangan besar terutama terkait nilai account balance penggunanya yang masih rendah.
Mengutip M2insights, jumlah total dana pengguna DANA yang disetorkan ke platform pada tanggal 31 Desember 2019 adalah US$ 21,06 juta. Jumlah pengguna DANA pada 2019 telah meningkat dari 30 juta pada kuartal ketiga menjadi 35 juta pada kuartal keempat. Ini sama dengan saldo akun e-wallet DANA rata-rata US$ 0,60/pengguna pada akhir 2019. Nilai ini masih terbilang kecil.
DANA | 30-Sep-19 | 31-Dec-19 |
Total users' fund (IDR) | IDR234,431 million | IDR293,283 million |
Total users' fund (USD) | US$16.48 million | US$21.06 million |
Total no. of users | 30 million | 35 million |
Average balance of each account | US$0.55 | US$0.60 |
Sumber : M2insights
Belum lama ini, Gojek dikabarkan mendapat suntikan dana dari Facebook dan PayPal. Aliran dana segar ini dikatakan untuk memperlebar sayap bisnis keuangannya melalui Gopay.
Misi utama masuknya Facebook yang melibatkan WhatsApp sebagai investor tak lain dan tak bukan adalah untuk mendorong digitalisasi UMKM di Tanah Air dan ikut berpartisipasi dalam mendongkrak ekonomi digital RI yang sedang tumbuh pesat.
Gojek mengatakan kolaborasi dengan PayPal akan memungkinkan pengguna dompet digitalnya, GoPay, untuk mengakses jaringan lebih dari 25 juta perusahaan AS di seluruh dunia.
Masuknya Facebook dan PayPal sebagai investor Gojek jelas membuat dinamika dan persaingan bisnis e-wallet di Tanah Air akan semakin dinamis. Tantangan untuk menyalip Gopay menjadi semakin besar.
Bahkan sebelum isu merger antara OVO dan DANA berhembus, persaingan antar pemain e-wallet untuk meningkatkan penetrasinya di pasar sudah termasuk sengit. Dalam dua tahun terakhir, platform e-wallet telah berfokus pada akuisisi pengguna.
"Semua penyedia e-wallet Indonesia telah mencoba menghasilkan uang dengan menawarkan layanan produk digital, seperti penjualan voucher game, saldo telepon prabayar, dan layanan pembayaran tagihan. Namun, layanan ini sangat kompetitif dengan perusahaan online dan offline yang memenuhi pasar dan mencoba menawarkan layanan termurah." tulis M2insights dalam artikelnya.
Pada tahun 2020, penyedia e-wallet utama di Indonesia diharapkan menemukan lebih banyak cara untuk menghasilkan uang. M2insights memperkirakan cara bertarung antar pemain di 2020 akan merambah ke berbagai arena mulai dari investasi, asuransi, pembiayaan konsumen dan layanan B2B yang memiliki nilai tambah.
Di arena investasi, para pemain e-wallet ini sudah banyak melakukan manuver seperti OVO yang bekerja sama dengan marketplace reksadana Bareksa, kemudian ada Gopay dan LinkAja yang bekerja sama dengan platform reksadana Bibit. Bahkan bulan lalu Gojek meluncurkan Goinvestasi yang memungkinkan penggunanya dapat berinvestasi emas dengan bekerja sama dengan Pluang.
Beralih ke arena asuransi, Gojek sebagai pemilik GoPay, telah meluncurkan layanan asuransi online GoSure pada tahun 2019 melalui kemitraannya dengan startup insurtech PasarPolis.
Gojek sebelumnya berpartisipasi dalam putaran pendanaan PasarPolis seri A. Dengan kolaborasi ini, pengguna GoPay akan dapat membeli asuransi perjalanan, kesehatan, kendaraan, dan asuransi properti.
Pada Juni 2019, perusahaan asuransi global Prudential mengumumkan kemitraan strategis dengan OVO untuk mengembangkan produk digital yang baru dan komprehensif untuk pelanggan yang mencakup produk dan layanan kesehatan, kesehatan, dan kekayaan.
Pada Januari 2020, pengguna LinkAja juga dapat membeli berbagai asuransi perjalanan, kecelakaan, dan kesehatan melalui aplikasi, yang ditawarkan oleh Bank Negara Indonesia, Jiswasraya, dan AXA.
Sementara di arena pembiayaan konsumen persaingan sengit juga terjadi. GoPay telah mulai menguji layanan PayLater pada awal 2018 dengan memperkenalkannya kepada pelanggan Go-Food.
Pada 2017, Gojek mengakuisisi Startup pinjaman fintech Indonesia, Findaya, yang telah mengawasi proyek PayLater sejak saat itu. Secara terpisah pada bulan November 2019, penyedia pembayaran global Visa sedang berdiskusi dengan Gojek untuk membawa layanan pembayaran nanti ke platform dengan tujuan menjangkau lebih banyak pelanggan.
Pada bulan Maret 2019, OVO mengakuisisi Taralite startup pinjaman P2P yang berbasis di Indonesia. Setelah akuisisi, pemegang saham OVO, Tokopedia, berkolaborasi dengan Taralite untuk meluncurkan OVO PayLater yang menawarkan pembiayaan konsumen kepada pengguna OVO yang berbelanja di platform Tokopedia
Pada Januari 2020, pengguna LinkAja juga dapat mengajukan pinjaman langsung pada aplikasi. Layanan pinjaman kecil disediakan oleh Kredit Pintar.
Indonesia dengan populasi unbanked hingga 95 juta orang di tahun 2017, tetapi jumlah pengguna internetnya sudah lebih dari 50% dari total populasi menjadi peluang besar bagi perusahaan fintech.
Munculnya para pemain baru membuat peta persaingan semakin sengit. Namun ke depan konsolidasi bisnis dan kolaborasi memengang peranan penting untuk memenangkan persaingan.
Kalaupun OVO dan DANA benar-benar akan merger, maka ini akan jadi tantangan bagi Gopay. Namun Gopay jelas tak akan tinggal diam, sehingga masih terlalu dini untuk melihat siapa pemenang dari persaingan ini. Namun yang pasti kompetisi akan semakin ketat dan sengit. Inovasi dan kolaborasi adalah kunci utama untuk memenangkan persaingan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Rencana Besar Facebook di Gojek
(twg/twg)
selamat hari untuk semua orang di indonesia dan juda untuk semua orang di asia, nama saya mrs. fatimah fahariah, saya ingin membuktikan membuktikan hidup saya di sini di internet untuk semua warga negara indonesia saya melalui ibu yang baik, Ny. KARINA
BalasHapusSetelah periode mendapatkan kredit dari lembaga keuangan, dan ditolak sepanjang waktu, jadi saya memutuskan untuk mendaftar melalui kredit online tetapi saya ditipu dan saya ganti Rp 17,000,000 dengan pemberi pinjaman yang berbeda.
Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan kredit, jadi saya berkreasi dengan teman saya yang kemudian mengatakan kepada saya untuk menghubungi MRS KARINA, yang adalah pemilik. PERUSAHAAN PINJAMAN KARINA ROLAND, jadi teman saya meminta saya untuk meminta permintaan dari Ibu KARINA, jadi saya tidak percaya perjanjian dan hubungi Ny. KARINA
Saya meminta kredit sebesar Rp.800.000.000 dengan bunga 2%, jadi saya mendapatkan kredit dengan mudah tanpa tekanan dan semuanya dilakukan dengan transfer kredit, karena tidak memerlukan Jaminan dan jaminan untuk transfer. kredit. Saya hanya setuju untuk mendapatkan sertifikat persetujuan lisensi aplikasi mereka. untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari satu jam telah disetorkan ke rekening bank saya.
Saya pikir itu menyetujui saya leadima telepon dari bank saya bahwa akun saya dikreditkan dengan jumlah Rp 800.000.000. Saya sangat senang karena ALLAH akhirnya menjawab doa saya dengan memberi saya permintaan hati saya.
Semoga karena MRS KARINA membuat hidup saya mudah, membuat saya bertanya kepada siapa pun yang tertarik mendapatkan kredit untuk dapat menghubungi MRS KARINA melalui email: karinarolandloancompany@gmail.com untuk5 pinjaman8-3478
Akhirnya, saya ingin mendukung Anda untuk semua yang telah meluangkan waktu untuk membaca membuktikan hidup saya tentang kesuksesan saya dan saya berdoa agar ALLAH akan melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda juga.