5 Negara Cabut Pembatasan Meski Covid Menghantui
Meski virus corona masih menghantui, sejumlah negara malah mencabut aturan-aturan pencegahan penularan Covid-19.
Tingkat vaksinasi yang tinggi di satu negara kerap dijadikan faktor utama pencabutan aturan pencegahan Covid-19.
Selain itu, sejumlah negara juga mencabut pembatasan untuk menggerakkan kembali roda-roda perekonomian yang tersendat akibat pandemi.
Berikut negara-negara yang memutuskan untuk hidup bersama Covid-19, sebagaimana dirangkum CNN International.
1. Denmark
Pemerintah Denmark memutuskan mencabut segala pembatasan sosial yang diterapkannya pada 10 September lalu. Mereka menilai bahwa Covid-19 bukan lagi penyakit yang mengancam kehidupan masyarakat.
Kini, masyarakat Denmark bisa pergi ke kelab malam dan restoran tanpa harus menunjukkan paspor vaksin. Mereka juga bisa naik kendaraan umum tanpa masker dan mengadakan pertemuan tanpa batasan orang yang hadir.
Pemerintah melonggarkan aturan ini setelah melihat tren penurunan kasus Covid-19. Menteri Kesehatan Denmark, Magnus Heunicke, mengatakan bahwa tingkat penyebaran virus Covid-19 di negara itu hanya 0,7 dan diklaim akan terus berkurang.
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fakcdn.detik.net.id%2Fcommunity%2Fmedia%2Fvisual%2F2020%2F11%2F27%2Fvaksin-astrazeneca-2_169.jpeg)
Sebagaimana dilansir CNN, salah satu faktor infeksi corona ini turun adalah tingkat vaksinasi yang tinggi di Denmark. Sampai 14 September, 74 persen penduduk Denmark telah divaksinasi penuh.
"Vaksin dan semua upaya besar warga Denmark selama ini merupakan alasan kami cepat menanganinya [pandemi]," kata Heunicke.
"Meskipun kondisi kami sudah baik, kami belum keluar dari epidemi. Pemerintah tidak akan ragu untuk bertindak cepat jika pandemi kembali mengancam fungsi penting dalam masyarakat."
2. Singapura
Pemerintah Singapura juga berencana untuk hidup bersama Covid-19. Rencana ini diungkapkan pada Juni lalu.
Nantinya, dalam menangani penyebaran Covid-19, Singapura berencana lebih fokus pada vaksinasi dan pemantauan rumah sakit, dibandingkan membatasi kegiatan penduduknya.
"Kabar buruknya adalah Covid-19 mungkin tidak akan pernah hilang. Kabar baiknya adalah mungkin saatnya untuk hidup normal dengannya (Covid-19) di tengah-tengah kita," kata pejabat tinggi yang menangani Covid-19 di Singapura.
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fakcdn.detik.net.id%2Fcommunity%2Fmedia%2Fvisual%2F2021%2F06%2F19%2Fsejumlah-negara-asia-tenggara-waspada-corona-varian-delta-4_169.jpeg)
Pemerintah Singapura pun mulai melonggarkan pembatasan sosial sejak Agustus. Mereka mengizinkan penduduk yang sudah mendapatkan vaksin penuh untuk makan di restoran dan berkumpul dengan batasan 5 orang.
Namun, lonjakan kasus di Singapura akibat varian Delta menghalangi pelonggaran ini. Pemerintah Singapura juga telah mewanti-wanti warganya akan kemungkinan pembatasan sosial kembali jika wabah Covid-19 tak terkendali.
Sebelumnya, Singapura menerapkan strategi nol-Covid. Walaupun begitu, pemerintah menilai strategi ini tidak efektif dalam menekan angka penyebaran dan mereka memutuskan untuk mengubah strateginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar