Ahli: Kontaminasi Vaksin seperti Moderna Jarang Terjadi
Selasa, 07/09/2021 08:41
Ilustrasi. Ahli menyebut kontaminasi vaksin akibat zat asing seperti kasus Moderna di Jepang sangat jarang terjadi.(ANTARA FOTO/FAUZAN)
Jakarta, CNN Indonesia --
Ahli menyebut kontaminasi vaksin bisa seperti pada kasus vaksin Moderna di Jepang sangat jarang terjadi.
Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad yang juga Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Unpad, Kusnandi Rusmil kontaminasi vaksin bisa terjadi akibat dua faktor, yaitu ketika menyuntikkan vaksin atau ada kesalahan prosedur produksi di pabrik.
Meski demikian, menurut Kusnadi kasus kontaminasi vaksin ini tergolong jarang terjadi.
"Jarang sekali, itu sebabnya kita supaya tidak terkontaminasi, gimana caranya? Kita harus steril pakai alkohol...vaksin yang sudah tidak terpakai dibuang," tuturnya saat dihubungi, kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu (31/8).
Hal ini diutarakan terkait dengan kasus penemuan vaksin Moderna yang diduga terkontaminasi zat asing. Temuan ini menyusul laporan dua warga meninggal usai menerima vaksin Moderna pada awal Agustus 2021.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mengaku tidak menemukan vaksin Covid-19 yang terkontaminasi seperti di Jepang.
Terkait dugaan ada kontaminasi zat asing, Kusnadi menyebut kemungkinan hal itu terjadi akibat kesalahan prosedur.
"Itu artinya ada kesalahan prosedur kalau sampai terkontaminasi. Kalau dari pabriknya udah salah, pada waktu pembuatan vaksin tercampur di dalam pabrik, itu kesalahan pabrik. Nah, pabrik itu bisa dituntut," paparnya.
Vaksinasi tak sebabkan kematian
Lebih lanjut, Kusnado menyebut efek vaksinasi tidak tidak serta merta menyebabkan kematian. Kesalahan yang paling umum yang menimbulkan reaksi efek samping itu disebabkan oleh faktor genetik dan kesterilan proses vaksinasi.
Menurutnya, keluhan yang muncul setelah vaksinasi, yang berhubungan dengan vaksin atau pun tidak disebut sebagai KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) atau adverse event following immunization.
"Jadi kalau umpamanya ini oleh karena vaksin, ini biasanya berlatar belakang genetik, jadi ada orang yang alergi, ada juga yang engga," kata Kusnandi.
Menurutnya alergi tersebut bisa saja disebabkan oleh kandungan yang terdapat dalam vaksin seperti antibiotik, pengawet dan unsur lainya.
Selain itu efek samping atau reaksi setelah vaksin yang paling umum menurutnya akibat kesalahan teknis, seperti teknik penyuntikan yang salah, kesalahan prosedur distribusi vaksin yang tidak menggunakan rantai dingin, hingga tindakan yang kurang steril.
"Kesalahan yang sudah sering itu kalau kita tidak steril, kita pakai pemakaian alat suntik yang diulang atau pelarutnya kurang steril jadi kurang bener nyimpennya, atau sisa vaksin yang seharusnya dibuang tidak dibuang, nah itu gak bisa. Jadi kalau vaksin itu sudah di buka, kita taruh dalam botol dan disimpan dalam kulkas, itu hanya bertahan satu hari. Udah itu dibuang gak boleh dipake lagi," ungkapnya.
Lebih lanjut, Kusnandi juga mengatakan bahwa faktor tidak langsung seperti ketakutan dan kecemasan dari orang yang akan divaksin juga bisa menyebabkan efek samping seperti sesak nafas, pusing, mual, kejang hingga pingsan.
Vaksin yang telah tersedia di Indonesia sudah dijamin keamananya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta sudah mendapat emergency use listing dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehingga ia sudah bisa dipergunakan di seluruh dunia. Namun permasalahan penyimpanan dan sterilisasi vaksin juga harus menjadi perhatian.
"Cuma masalahnya itu di penyimpananya harus di tempat yang -20 derajat celcius untuk penyimpanan jangka panjang. Tapi kalau umpamanya sudah dibuka, dia harus sehari itu selesai digunakan. Setelah itu jangan digunakan lagi," kata Kusnandi.
Lihat Juga :
Dalam kasus vaksin Moderna, ketika uji klinis di Amerika dan Kanada, dikatakan aman untuk dipergunakan, namun vaksin ini tetap memiliki resiko yang menyebabkan reaksi alergi hebat yang disebabkan oleh kandungan yang terdapat didalamnya, yakni kandungan polietilena glikol, yang digunakan sebagai lapisan pelindung mRNA.
Menurut Kusnadi, manfaat dari vaksin jauh lebih besar dibandingkan dengan efek sampingnya. Oleh karena itu ia juga menghimbau agar masyarakat tetap berhati-hati proses vaksinasi harus menggunakan alat yang steril dan aman.
"Sisa Vaksin yang sudah dipakai, dibuang. Teknik penyuntikan harus betul, suasana tempat penyuntikan harus benar, harus nyaman. Dan kita memberikan nasihat atau penyuluhan supaya orang yang mau disuntik tidak takut," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar