Cerita Burung Cenderawasih Jadi Kebanggaan Rakyat Papua, Mahkotanya Jadi Suvenir PON 2021?
TRIBUNJAKARTA.COM - Mahkota burung cenderawasih saat ini menuai sorotan setelah adanya rencana untuk menjadikannya sebagai suvenir di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua pada Oktober mendatang.
Penolakan sederet pihak terhadap mahkota burung cenderawasih sebagai suvenir juga bertentangan dengan Surat Edaran Nomor 660.1/6501/SET tertanggal 5 Juni 2017, tentang larangan penggunaan Burung Cenderawasih asli sebagai aksesoris dan cenderamata.
Tak hanya itu, penolakan keras ini sempat disuarakan masyarakat melalui media sosial dengan #save cenderawasih dan #mahkotarajabukanuntukorangbiasa.
Lantas bagaimana cerita burung cenderawasih jadi kebanggaan rakyat Papua?
Dirangkum TribunJakarta, burung cenderawasih merupakan salah satu burung yang dilindungi dan dilestarikan.
Burung cenderawasih banyak ditemukan di Indonesia bagian timur seperti Papua, pulau-pulau Selat Tores, Papua Nugini, dan Australia Timur.
Hal Ini lah yang membuat wilayah Papua dikenal sebagai bumi cenderawasih. Mengingat, banyaknya jenis burung cenderawasih yang ditemukan di sana.
Berdasarkan buku Cenderawasih Burung dari Surga (2011) karya Endah H.S, kecantikan burung cenderawasih telah dikenal dunia.
Burung cenderawasih jantan memiliki bulu yang lebih indah untuk memikat cenderawasih betina sebagai pasangannya. Burung yang menjadi maskot Papua ini memiliki warna bulu yang indah.
Berkat keindahannya itu burung cenderawasih konon jarang turun ke tanah dan lebih sering terbang hinggap di pohon.
Bulu tersebut tumbuh di area paruh, sayap, dan kepalanya.
Warna bulu tersebut biasanya sangat cerah dengan kombinasi hitam, cokelat kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, hijau dan ungu.
Karena kecantikannya itu orang Inggris menyebutnya bird of paradise yang artinya burung dari surga.
Burung cenderawasih hidup di hutan hujan tropis dan dapat ditemukan di Indonesia bagian timur, pulau-pulau Selat Torres, Papua Nugini, dan Australia Timur.
Di habitatnya, burung cenderawasih memiliki kebiasaan bermain di pagi hari saat matahari terbit.
Banyak bulu cenderawasih diperdagangkan yang digunakan sebagai penghias, seperti topi wanita di Eropa.
Menurut buku Ekologi Papua (2012) karya Sri Nurani Kartikasari dan kawan-kawan, burung cenderawasih merupakan salah satu kelompok burung yang paling dikenal di Papua dengan 24 jenis.
Bulu burung kadang dalam jumlah besar sering digunakan untuk hiasan dalam upacara-upacara, pernikahan dan ritual.
Kelompok yang paling sering digunakan untuk hiasan adalah burung cenderawasih yang pernah dieksploitasi besar-besaran untuk ekspor.
Penggunaan bulu secara tradisional berdampak pada jenis-jenis yang umumnya populer.
Sekarang, burung cenderawasi menjadi jenis satwa yang dilindungi.
Beberapa jenis cenderawasih yangmasuk dalam daftar dilindungi antara lain, cenderawasih kuning kecil, cenderawasih botak, cenderawasih raja, cenderawasih meran dan toowa.
Komentar
Posting Komentar