Gilang Endi Meninggal Dunia, Apakah Kampus Masih Butuh Menwa?
jpnn.com, SOLO - Keberadaan resimen mahasiswa atau menwa di berbagai perguruan tinggi, khususnya Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, sedang jadi sorotan.
Musababnya ialah meninggalnya mahasiswa UNI Gilang Endi Saputra saat mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan dasar (diklatsar) menwa beberapa waktu lalu.
Banyak pihak menyuarakan pembubaran menwa. Ada dugaan tentang praktik kekerasan di kalangan menwa.
Kepala Staf Komando Nasional Menwa Muhamad Arwani Deni menilai suara-suara itu sebagai hal biasa.
"Saya kira siapa pun berhak menyampaikan aspirasi, bahkan presiden saja diminta mundur kok," katanya setelah mengunjungi Mapolresta Surakarta, Kamis (28/10).
Namun, Deni mengharapkan proses hukum atas kasus kematian Gilang bisa segera dituntaskan. Alasannya, yang terseret kasus itu juga para menwa yang masih aktif sebagai mahasiswa.
"Jika cepat selesai mereka bisa kuliah dengan tenang lagi," papar Deni.
Bagaimana dengan anggapan soal menwa identik dengan kekerasan? Deni mengeklaim menwa saat ini sudah tidak menitikberatkan pendidikan ala militer seperti dahulu.
"Hari ini kami memang melakukan reorientasi dan reformasi pada menwa, rujukan kami ialah Tridarma Perguruan Tinggi, salah satunya melakukan penanganan di bidang kebencanaan," paparnya.
Deni menjelaskan Undang-Undang (UU) No. 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara menempatkan menwa bukan termasuk komponen cadangan. Sebab, menwa merupakan komponen pendukung pertahanan dan keamanan
"Jadi, tidak perlu bawa senjata dan pendidikannya harus disesuaikan dengan kebutuhan. Hari ini kebutuhan kami ialah kebencanaan," katanya.(mcr21/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Komentar
Posting Komentar