Walhi: Banjir Sintang Terbesar dalam 40 Tahun Terakhir - CNN Indonesia

 

Walhi: Banjir Sintang Terbesar dalam 40 Tahun Terakhir

Rabu, 17 Nov 2021 19:58 WIB

Walhi ungkap dua indikator mengapa banjir di Sintang Kalbar saat ini menjadi yang terbesar di Indonesia dalam kurun waktu 40 tahun terakhir.

Banjir Sintang. (ANTARA FOTO/JESSICA HELENA WUYSANG)

Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalbar, Nicodemus Ale mengatakan, banjir yang terjadi di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) saat ini merupakan yang terbesar selama 40 tahun terakhir.

"Di sintang itu adalah banjir terbesar dalam 30 hingga 40 tahun terakhir," kata Nico kepada CNNIndonesia.com, Kamis (17/11).

Nico mengungkapkan, ada dua indikator sehingga pihaknya menyebut banjir saat ini terbesar dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Beberapa indikatornya yaitu cakupan wilayah yang terdampak dan lama bencana hidrometeorologi berlangsung.


Ia menyebut, banjir di Sintang telah merendam 12 kecamatan di Sintang yaitu, Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Hilir, Binjai Hulu, Kecamatan Sintang, Kecamatan Sepauk, Tempunak, Ketungau Hilir, Dedai, Serawai, Ambalau, Kecamatan Sei Tebelian dan Kecamatan Kelam Permai.

Selain itu, secara durasi, banjir di Sintang berlangsung selama hampir satu bulan terhitung sejak Kamis pagi (21/10).

"Karena durasinya lama, areal yang terdampak itu juga cukup besar. Ini kan ada 12 kecamatan areal terdampak. Itu bisa dikatakan indikator kenapa ini banjir terbesar setelah 30 an tahun terakhir," jelasnya.

Resapan air

Nico menjelaskan, banjir berkepanjangan di Sintang ini dipicu oleh dua faktor yaitu cuaca dan berkurangnya resapan air imbas deforestasi. Ia tak memungkiri, bahwa saat ini Indonesia sedang memasuki masa La Nina. Curah hujan di Sintang sendiri cukup tinggi, belum masuk kategori ekstrem namun intens.

Meski begitu, kata Nico, intensitas hujan yang tinggi tidak akan menyebabkan banjir parah seperti sekarang ini jika resapan airnya berfungsi.

"Jika deforestasi terjadi bersamaan dengan perubahan cuaca, La Nina, ini merusak ekosistemnya," ujarnya

"Dengan curah hujan yang tinggi harusnya kalau tidak terjadi deforestasi air hujan langsung diserap oleh kawasan hutan yang masih ada. Tapi kondisi sekarang kan enggak, gimana mau menyerap curah hujan yang begitu tinggi," imbuhnya.

Nico berkata, dari 14,7 juta hektare lahan daratan Kalbar, sekitar 12 juta hektare lahan digunakan untuk industri. Padahal, jika mengacu pada ketentuan yang telah ditetapkan, dari jumlah lahan daratan itu, lahan yang boleh digunakan untuk industri sebesar 6,4 juta hektar.

"Nah 6,4 yang aktivitas produksi investasi itu sekarang sudah overload dengan total investasi itu sekitar 12 juta hektar itu sudah diplotkan menjadi industri," kata dia.

"Artinya 100 persen lebih terjadi kesalahan, oke perencanannya benar, tapi dalam implementasi perencanaan itu enggak benar. Itu udah melenceng jauh, udah 100 persen lebih," ujarnya menambahkan.

Banjir di Sintang belum juga surut. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sintang mencatat per Selasa (16/11), sebanyak 35.807 KK atau 124.497 warga terdampak. Dari jumlah warga yang terdampak itu, sebanyak 25.884 warga masih harus mengungsi.

(yul/DAL)

Saksikan Video di Bawah Ini:

VIDEO: Walhi Soal Banjir Sintang: Curah Hujan Itu Hanya Pemantik

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya