Ada 'Peran' Babi di China yang Bikin Perajin Tahu-Tempe Mogok, Apa Kaitannya?
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkap berbagai penyebab naiknya harga kedelai di Indonesia. Salah satunya ialah karena babi di China.
Lutfi menerangkan, tingginya harga kedelai karena permasalahan di negara eksportir. Sebutnya, cuaca buruk El Nina di kawasan Amerika Selatan.
"Jadi permasalahan kedelai di Indonesia yang harganya belakangan ini naik karena adanya beberapa permasalahan dan terjadinya El Nina di Argentina," ujar Lutfi dikutip dari Antara, seperti ditulis Minggu (20/2/2022).
Selain itu, ia menyebut, adanya kebutuhan besar di China. Lutfi mengatakan baru-baru ini di negeri tirai bambu tersebut ada lima miliar babi baru yang pakannya adalah kedelai.
"Di China itu, awalnya peternakan babi di sana tidak makan kedelai, tapi sekarang makan kedelai. Apalagi baru-baru ini ada lima miliar babi di peternakan China itu makan kedelai," bebernya.
Saat ini, kata Lutfi, harga kedelai naik jadi US$ 18 atau setara Rp 258.030 per gantang (kurs Rp 14.335). Padahal sebelumnya hanya US$ 12 atau Rp 172.020.
"Sekarang ini kami sedang menyiapkan mitigasinya dan kesempatan pertama minggu depan akan kami umumkan kebijakannya seperti apa," terangnya.
Sebagai informasi, kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahunnya adalah 3 juta ton. Sementara budi daya dan suplai kedelai dalam negeri hanya mampu 500 hingga 750 ton per tahunnya. Untuk mencukupi kebutuhan nasional, pemerintah kemudian melakukan impor.
Tingginya harga kedelai ini membuat perajin tahu tempe menjerit. Rencananya, mereka akan menggelar aksi mogok produksi se-Jawa pada 21-23 Februari 2022.
(acd/zlf)
Komentar
Posting Komentar