Macron ke Putin: Eropa Ogah Bayar Gas Rusia Pakai Rubel - CNBC Indonesia

 www.cnnindonesia.com

Macron ke Putin: Eropa Ogah Bayar Gas Rusia Pakai Rubel

rds
3-4 minutes
Sabtu, 26 Mar 2022 14:25 WIB

Eropa menolak tuntutan Putin yang mengharuskan "negara tak bersahabat" membayar gas yang dibeli dari Rusia menggunakan mata uang rubel. (Foto: LUDOVIC MARIN / POOL / AFP)

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak permintaan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menuntut Eropa membayar gas dalam mata uang rubel.

Prancis, yang tengah memegang presidensi Uni Eropa tahun ini, menuduh Putin berupaya menghindari sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia atas keputusannya menginvasi Ukraina.

"Langkah Rusia tidak sejalan dengan apa yang diteken dan disetujui sebelumnya, saya tidak melihat kenapa kami harus menerapkannya," kata Macron kepada wartawan usai pertemuan puncak dengan Uni Eropa di Brussels, Jumat (25/3).


Macron mengatakan bahwa "Eropa melanjutkan analisis pekerjaan kami" mengikuti manuver Rusia.

"Semua dokumen yang telah ditandatangani sudah jelas: itu dilarang. Jadi pemain Eropa yang membeli gas dan yang berada di tanah Eropa harus tetap bertransaksi dalam euro," papar Macron seperti dikutip AFP.

"Oleh karena itu, hari ini tidak mungkin kami melakukan apa yang diminta (Putin), dan itu tidak sesuai kontrak," katanya menambahkan.

Pemimpin Prancis itu mengatakan dia yakin Moskow menggunakan langkah itu sebagai "mekanisme untuk menghindari" sanksi Uni Eropa terhadapnya atas serangan terhadap Ukraina.

Rusia memang menjadi salah satu negara pemasok gas alam yang besar bagi kawasan Eropa. Perang Rusia vs Ukraina pun dikhawatirkan dapat mengganggu pasokan gas alam negeri beruang merah ke kawasan, menyusul hujanan sanksi dan boikot yang dilakukan Eropa terhadap Moskow.

Negara-negara tak bersahabat yang dimaksud Putin adalah negara-negara yang menghujani Rusia dengan serangkaian sanksi atas invasi militernya ke Ukraina. Diketahui, negara-negara tersebut adalah AS dan sekutunya terutama negara-negara di Uni Eropa.

Uni Eropa sendiri merupakan pelanggan gas alam cair Rusia. Saat ini, harga gas di Eropa sudah mahal dengan pasokan yang juga tidak melimpah ruah. Dipastikan kebijakan baru Putin itu akan memperparah krisis energi di benua biru.

Sejauh ini, Uni Eropa bergantung sekitar 40 persen dari gas alam Rusia. Rusia juga memasok sekitar 27 persen dari impor minyak ke benua biru itu, dan 46 persen dari impor batu bara.

Rusia disebut meraup keuntungan puluhan miliar dolar AS per tahun dari penjualan gas alamnya ke Eropa. Hal itu, dinilai Barat, turut menyokong biaya perang yang dilancarkan Putin ke Ukraina.

Kepala kebijakan iklim Uni Eropa Frans Timmermans menyebut perang di Ukraina pun menggarisbawahi kebutuhan mendesak kawasan untuk mempercepat transisi ke energi bersih. Eropa dapat menggantikan 100 miliar meter kubik impor gas Rusia pada akhir tahun ini.

Jerman sebagai importir gas terbesar Rusia dari Uni Eropa mengecam langkah Putin tersebut. Kanselir Olaf Scholz menegaskan kembali bahwa kontrak dengan jelas menetapkan bagaimana gas harus dibayar.

(rds)

Baca Juga

Komentar