Presiden Ukraina Tak Terima saat Tahu Ada Gadis 6 Tahun Meninggal Sendirian karena Dehidrasi - Halaman all
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang Ukraina mengatakan pada Selasa (8/3/2022), seorang gadis enam tahun meninggal sendirian karena dehidrasi di reruntuhan rumahnya di Mariupol sebelah tenggara.
Serangan tentara Rusia telah menghancurkan gedung dan membunuh ibu gadis 6 tahun itu.
Kematian anak tersebut tidak bisa segera dikonfirmasi secara independen oleh Reuters.
Pejabat Rusia juga tak tersedia untuk memberikan komentar pada hari libur umum.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dirinya tak bisa menerima saat tahu seorang anak mati dengan cara seperti itu di abad ke-21.
"Pada 2022, karena dehidrasi," katanya dalam sebuah video pidato, menyamakan krisis kemanusiaan di beberapa kota Ukraina dengan kekejaman Nazi selama Perang Dunia kedua.

Sementara itu, Wali Kota Vadym Boichenko mengungkapkan perasaan dukanya usai kematian si gadis malang, lewat sebuah unggahan.
Ia menyebut apa yang terjadi pada gadis enam tahun ini hanyalah segelintir cerita sedih dari sekian banyak yang terjadi di Mariupol.
"Kami tidak dapat mengatakan berapa lama warga Mariupol telah berjuang untuk hidupnya."
"Kami tidak dapat membayangkan berapa banyak penderitaan yang harus ditanggung oleh seorang anak yang tak bersalah," ujar Boichenko dalam sebuah unggahan online, yang hanya menyebutkan nama depan gadis malang tersebut: Tanya.
"Pada menit-menit terakhir hidupnya, ia sendirian, kelelahan, ketakutan, sangat haus. Ini hanya satu dari banyak cerita di Mariupol, yang telah diblokade selama delapan hari."
Moskow menyebut tindakannya sebagai "operasi militer khusus" yang dirancang untuk menghancurkan kemampuan militer Ukraina dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya.
Moskow membantah menargetkan warga sipil.
Pemboman Rusia selama seminggu terakhir telah memutus pasokan air, pemanas, dan listrik di kota pelabuhan Mariupol, dengan penduduk sekitar 400 ribu orang.
Tak hanya itu, invasi Rusia juga mencegah layanan darurat mencapai banyak tempat yang diserang, kata dewan kota.
Pada Selasa pagi, kantor hak asasi manusia PBB telah mencatat setidaknya 406 warga sipil tewas di Ukraina sejak Rusia menginvasi pada 24 Februari, tetapi dikatakan angka sebenarnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi.
Rusia Merilis Daftar Negara yang Dianggapnya sebagai Musuh
Pemerintah Rusia telah menyetujui daftar "negara-negara tak bersahabat" yang mencakup semua negara Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Australia, kantor berita Interfax melaporkan.
Daftar-daftar ini dirilis menyusul banyaknya negara yang menjatuhkan sanksi pada Rusia buntut invasi Moskow ke Ukraina.
Selain negara, daftar tersebut juga mencakup wilayah asing, yang menurut pejabat Moskow, telah melakukan tindakan permusuhan pada Rusia, perusahaan, dan warganya.
Menurut Interfax yang dilansir Yahoo News, daftar itu ditandatangani oleh Perdana Menteri Mikhail Mishustin dan merupakan bagian dari Keputusan Presiden Federasi Rusia.
Keputusan tersebut dikeluarkan pada 5 Maret 2022 mengenai prosedur sementara untuk memenuhi kewajiban dengan kreditur asing tertentu.
Mengutip Marca, daftar itu mencakup Amerika Serikat (AS), Kanada, semua negara bagian Uni Eropa, Inggris, Ukraina, Montenegro, Swiss, Albania, Andorra, Islandia, Liechtenstein, Monako, Norwegia, San Marino, dan Makedonia Utara.
Jepang, Korea Selatan, Australia, Mikronesia, Selandia Baru, dan Singapura juga masuk dalam daftar itu bersama Taiwan, yang dianggap China sebagai wilayah mereka, tapi telah diperintah secara independen sejak 1949.
Secara praktis, masuk dalam daftar berarti warga negara Rusia, perusahaan, atau pemerintah itu sendiri hanya dapat membayar utang kepada individu atau perusahaan manapun menggunakan mata uang rubel.
Menurut keputusan pemerintah, negara dan perusahaan Rusia akan diizinkan membayar kreditur asing dalam rubel, dengan aturan ini berlaku untuk pembayaran lebih dari 10 juta rubel per bulan.
Rubel Rusia telah mencatat kerugian besar selama berhari-hari dan pada Senin kemarin, turun secara signifikan terhadap dolar AS dan euro.
Pengungsi Ukraina Capai 2 Juta jiwa
Jumlah pengungsi dari Ukraina bertambah hingga mencapai dua juta orang, menurut laporan PBB.
Badan pengungsi PBB mengonfirmasi angka itu pada Selasa (8/3/2022) pagi, seperti diberitakan oleh NBC News.
PBB menyoroti jumlah pengungsi ini sebagai krisis kemanusiaan yang paling besar sejak Perang Dunia II.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan dia tidak memiliki rencana untuk meninggalkan negaranya yang dilanda perang.
"Saya tinggal di Kyiv," kata Zelenskyy dalam pidato video Senin (7/3/2022) malam.
"Tidak bersembunyi dan aku tidak takut pada siapa pun. Selama itu yang dibutuhkan untuk memenangkan perang ini!"
Rusia dan Ukraina sepakat untuk mengevakuasi warga sipil Selasa (8/3/2022) dari kota Sumy, di timur laut.
Pejabat Ukraina mengatakan proses itu telah dimulai, setelah serangan udara Rusia yang mematikan pada Senin (7/3/2022) malam.
Saat ini evakuasi dari Sumy dan Irpin sedang berlangsung, setelah Rusia mengumumkan gencatan senjata lagi, dikutip dari Al Jazeera.
Pejabat Ukraina mengatakan warga sipil sedang dievakuasi dari daerah terkepung Irpin, dekat ibukota, Kyiv, dan timur laut Sumy.
Rusia telah mengumumkan gencatan senjata lagi dan mengatakan serangkaian koridor kemanusiaan telah dibuka.
Moskow mengatakan pengungsi akan diizinkan untuk melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang lebih aman di Ukraina, setelah Kyiv menolak rencana sebelumnya untuk menyalurkan warga sipil ke Rusia dan Belarus.
Kepala pengungsi PBB mengatakan jumlah orang yang melarikan diri dari serangan Rusia telah mencapai dua juta.
Konvoi 20-30 mobil pribadi berangkat dalam gelombang, kata Gubernur Sumy Oblast, Dmytro Zhyvytsky, dalam komentar yang disiarkan televisi.
Dia menambahkan, sekitar seribu mahasiswa asing termasuk di antara mereka yang juga telah meninggalkan kota.
Dikutip dari Al Jazeera, para pengungsi menuju ke negara tetangga Polandia, sementara Hongaria dan Slovakia telah menyambut masing-masing lebih dari 190 ribu dan 140 ribu pengungsi.
Mereka yang ingin pergi dari sisi Eropa negara itu melintasi perbatasan darat ke Finlandia atau negara-negara Baltik (Latvia, Estonia dan Lithuania).
Pengungsi yang tidak memiliki visa Eropa pergi ke Georgia, Armenia dan Turki.
“Banyak orang Rusia telah tiba di Georgia dalam beberapa hari terakhir,” tulis jurnalis Boris Grozovski di halaman Facebook-nya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Yunita Rahmayanti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar