Tak Lagi Abadi, 2025 Diprediksi Jadi Akhir Salju di Puncak Jayawijaya Papua: Akankah Jokowi Bertindak? - Pikiran-Rakyat
Tak Lagi Abadi, 2025 Diprediksi Jadi Akhir Salju di Puncak Jayawijaya Papua: Akankah Jokowi Bertindak? - Pikiran-Rakyat.com
PIKIRAN RAKYAT - Gunung es puncak Gunung Jayawijaya, Papua, diprediksi hanya mampu bertahan selama 3 tahun lagi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi es di puncak Gunung Jayawijaya akan habis pada tahun 2025 mendatang.
"Penyusutan gunung es puncak jayawijaya yang diteliti oleh BMKG, diprediksi tahun 2025 es itu sudah punah, sudah tidak ada di Puncak Jaya Wijaya Lagi," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.
Krisis iklim pun disebut menjadi masalah utama terjadinya kenaikan suhu yang tidak bisa dibendung.
Hal itu menyebabkan salju di Puncak Gunung Jayawijaya Papua terus terkikis sedikit demi sedikit.
Padahal, puncak Gunung Jayawijaya merupakan salah satu kebanggaan yang dimiliki Indonesia.
Puncak Jaya memiliki ketinggian 4884 mdpl, dan merupakan salah satu dari 7 atap tertinggi dunia.
Gunung Jayawijaya pun menjadi satu-satunya gunung yang memiliki lapisan es di Indonesia.
Sebelum mencair, luas lapisan es di puncak jaya adalah 200 kilometer persegi. Namun setelah mencair, luas lapisan es di puncak jaya hanya tinggal 2 kilometer persegi.
Krisis itu pun turut disoroti oleh Greenpeace Indonesia dalam unggahan di media sosial resminya pada Kamis, 25 Maret 2022.
"Yang patah hancur yang hilang tak kembali lagi. Begitulah kira-kira dampak dari yang namanya Krisis Iklim akibat dari meningkatnya suhu Bumi kita. Tak hanya beragam spesies endemik yang terancam punah dalam beberapa dekade mendatang, namun juga hilangnya tempat-tempat ikonik akibat dari menghangatnya Bumi," tuturnya.
Salah satu yang akan terdampak krisis iklim ini adalah Salju Abadi di Puncak Gunung Jayawijaya, Papua yang merupakan satu-satunya salju yang berada di Khatulistiwa dan daerah tropis.
Sayangnya, Salju Abadi tersebut diperkirakan akan hilang pada 2025, yakni 3 tahun dari sekarang.
"Hamparan salju abadi yang tetap bersinar di tengah udara panas iklim tropis, ternyata tak mampu bertahan di tengah suhu Bumi yang makin menghangat," ujar Greenpeace Indonesia.
Mereka pun menekankan bahwa langkah tepat harus segera dilakukan untuk memperlambat laju peningkatan suhu bumi.
Jika tidak, akan lebih banyak lagi dampak buruk yang terjadi di planet yang berusia 4,543 miliar tahun ini.
"Jika kita tidak serius dan mengambil langkah tepat untuk memperlambat laju peningkatan suhu Bumi, maka akan lebih banyak lagi dampak buruk yang terjadi di Bumi kita," ujar Greenpeace Indonesia.
Mereka menegaskan bahwa solusi atas krisis tersebut sudah ada, tinggal menunggu keputusan Jokowi terkait langkah apa yang akan diambilnya.
"Solusinya sudah ada, yang dibutuhkan hanya kemauan politik pemerintahan @jokowi untuk mengembangkan ekonomi hijau, melindungi hutan lebih kuat lagi dan meninggalkan batubara untuk transisi ke energi terbarukan secepatnya. Jangan biarkan ada lagi lebih banyak lagi yang hilang…," kata Greenpeace Indonesia, dikutip Pikiran-Rakyat.com pada Jumat, 26 Maret 2022.***
Komentar
Posting Komentar