Arwah Jamak, Tradisi Warga Demak sejak Masa Sunan Kalijaga
DEMAK, KOMPAS.com - Kabupaten Demak salah satu kota tua di Jawa Tengah, yang terkenal sebagai cikal bakal perkembangan Islam di Nusantara memiliki satu tradisi yang diberi nama Arwah Jamak.
Tradisi sejak masa Sunan Kalijaga tersebut dilestarikan secara turun temurun sampai sekarang. Tradisi Arwah Jamak yakni pembacaan doa untuk orang tua maupun sanak saudara serta leluhur yang sudah meninggal.
Doa akan dibacakan bersama sama menjelang datangnya bulan Ramadhan maupun sepuluh hari terakhir pada malam ganjil puasa Ramadhan.
Seperti yang dilakukan warga Desa Karangsari, Kecamatan Karangtengah Demak, di malam ke 27 Ramadhan, kaum lelaki berkumpul di Mushola Darussalam untuk “mengirimkan” doa bagi leluhur masing masing.
Warga yang ingin arwah leluhurnya didoakan secara berjamaah biasanya memberikan sedekah uang untuk tiap satu nama arwah. Uang yang terkumpul digunakan untuk menyantuni anak yatim piatu.
Muchlasin, Takmir Mushola Darussalam, mengatakan bahwa Tradisi Arwah Jamak memang sudah menjadi kebiasaan di lingkungannya.
“Alhamdulillah, malam ini ada sekitar 300-an arwah yang didoakan bersama sehingga bisa mengumpulkan dana untuk 70 anak yatim,” kata Muchlasin, Jumat ( 1/7/2016) malam.
Sementara itu, Mataman (65), salah satu warga Desa Karangsari Karangtengah Demak, mengatakan bahwa sudah menjadi kebiasaan tiap malam ke 27 bulan Ramadhan para warga terutama kaum lelaki melakukan doa bersama di masjid maupun mushola dengan harapan menemukan malam lailatul qodar.
“Nggih, malem pitulikur niku kirim donga arwah jamak kersane padang jembar kubure tiyang sepah ugi leluhur kita sedaya (Iya, malam ke 27 itu mengirim doa arwah jamak supaya orang tua dan leluhur terang dan lapang dalam kuburnya),” kata Mataman.
Komentar
Posting Komentar