Intip Lab 'Cuci Otak' Dr Terawan di RSPAD yang Hebohkan RI - CNBC Indonesia

 

Intip Lab 'Cuci Otak' Dr Terawan di RSPAD yang Hebohkan RI

Teti Purwanti , CNBC Indonesia
News
17 April 2022 21:00
Infografis, Kontroversi Vaksin Nusantara
Foto: Ilustrasi Vaksin Nusantara (CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Menteri Kesehatan Terawan memiliki banyak kontroversi, namun juga konon memiliki segudang prestasi.

Dia bahkan memiliki terapi cuci otak Digital Substraction Angiography (DSA). Metode yang diklaim efektif menyembuhkan banyak penyakit ini bahkan pernah menjadi pilihan sejumlah pejabat di Tanah Air.

Promotor riset Terawan di Unhas, Prof Irawan Yusuf, pada 2018 menyebut riset Terawan tentang DSA sudah memenuhi standar penelitian untuk S3. Namun untuk diterapkan pada pasien, masih harus melalui uji klinis.

Terapi cuci otak merupakan inovasi metode medis Terawan yang kala itu menjabat sebagai Kepala RSPAD Gatot Soebroto serta Dokter Kepresidenan Republik Indonesia. Terawan mulai memperkenalkan inovasi itu sejak 2004 dan mulai banyak peminat tahun 2010.

Cara ini diklaim berhasil menangani berbagai pasien yang mengalami stroke. Diperkirakan ada sekitar 40 ribu pasien telah mencoba pengobatannya.

Namun, IDI kemudian mempersoalkan metode terapi cuci otak yang menggunakan alat DSA Terawan yang belum teruji secara ilmiah. Selain itu, Terawan juga melakukan publikasi dan promosi masif dengan klaim kesembuhan di media.

Ada setidaknya dua kelemahan utama dari terapi ini. Pertama adalah penggunaan heparin. Seharusnya, heparin dalam dosis kecil digunakan untuk menjaga ujung kateter tetap terbuka. Dalam terapi 'cuci otak' Terawan, heparin difungsikan untuk merontokkan gumpalan darah pemicu stroke.

"Bekuan darah itu sudah mengeras di situ dan tidak mungkin kita cari di literatur manapun bahwa heparin efektif merontokkan, melarutkan bekuan darah seperti itu," ungkap ahli farmakologi Prof Rianto.

Kelemahan berikutnya adalah tidak ada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Tanpa ada kelompok kontrol, kesahihan riset diragukan.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya