Kanker Serviks: Gejala dan Waktu yang Tepat untuk Melakukan Skrining Halaman all - Kompas.com
KOMPAS.com - Kanker serviks di Indonesia masih menjadi salah satu kanker dengan jumlah penderita terbanyak kedua setelah kanker payudara.
Menurut data yang dirilis The Global Cancer Observatory tahun 2020, kasus baru kanker serviks bertambah hingga 17,2 persen.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS Pondok Indah Dr. dr Bambang Dwipoyono, Sp.OG (K) mengatakan, kurangnya kedasaran masyarakat untuk melakukan vaksinasi dan deteksi dini mendorong terlambatnya penderita mendapatkan penanganan.
“Saya mengumpulkan data kira-kira selama 10 tahun. Perempuan yang terkena (kanker serviks) berusia 40-45 tahun, dan sayangnya datang (ke rumah sakit) dengan kondisi stadium dua atau tiga,” ujar Bambang dalam webinar yang disiarkan oleh RS Pondok Indah Group, Jumat (4/2/2022).
Jika terdiagnosis pada tahap awal, lanjut dia, peluang untuk mengendalikan kanker serviks dan angka harapan hidup penyintas bisa lebih tinggi.
Lantas, apa saja gejala dari kanker serviks?
Bambang menjabarkan, kanker serviks disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV). Kanker serviks merupakan penyakit yang tidak menular, tapi penyebabnya atau virus dapat menular.
Beberapa gejala dan yang dapat muncul dari penyakit antara lain:
1. Mengalami pendarahan terus-menerus di dalam atau di luar periode haid atau pendarahan setelah berhubungan seksual
2. Cairan di vagina (keputihan) banyak, berwarna kemerahan (bercampur darah), dan berbau tidak sedap (busuk)
3. Nyeri di daerah panggul, pinggang, tungkai atas, dan tulang (metastasis)
4. Sesak napas (metastasis paru), biasanya muncul apabila kanker serviks sudah masuk kategori parah.
Bambang menambahkan, infeksi awal pada sebagian besar orang tidak muncul gejala. Proses perjalanan infeksi virus menunju penyakit kanker serviks membutuhkan waktu, sehingga penting untuk mencegah dan mengetahui keberadaan virus secara dini.
“Jika ada infeksi virus dan menetap, sekian tahun baru menjadi kondisi pra kanker. Ada situasi dan waktu, perubahan dari infeksi virus menjadi lesi pra kanker, dan kemudian masuk dalam kondisi kanker,” jelas Bambang.
Pencegahan kanker serviks
Secara umum, pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan vaksinasi HPV dan skrining.
Metode skrining kanker serviks terdiri dari beberapa macam seperti sitologi, tes infeksi HPC, dan metode visual.
Untuk metode sitologi dapat dilakukan dengan pap smear konvensional, menggunakan cairan vagina (liquid-based monolayers/LBC), dan sitologi secara otomatis.
Sementara itu, metode visual dilakukan dengan asam asetat (VIA), asam asetat dan pembesaran (VIAM), dan yodium (VILI), kolposkopi, serta ginokular.
Komentar
Posting Komentar