Muslim Ukraina Sambut Ramadan di Tengah Gempuran Bom Rusia - info Indonesia

 

Muslim Ukraina Sambut Ramadan di Tengah Gempuran Bom Rusia

Laporan: Amelia Jumat, 01 April 2022 | 16:32
Warga Tatar Krimea berdoa di masjid di ibukota Ukraina, Kyiv, pada 13 Agustus. (Ap Photo)
Warga Tatar Krimea berdoa di masjid di ibukota Ukraina, Kyiv, pada 13 Agustus. (Ap Photo)
whatsapp-white sharing button
Share
facebook-white sharing buttontwitter-white sharing buttonpinterest-white sharing button

JAKARTA -  Muslim di Ukraina bersiap menyambut datangnya bulan suci Ramadan di tengah situasi konflik yang masih belum jauh dari usai. 

Pasalnya, pasukan Rusia masih terus melancarkan aksi militer dan menggempur sejumlah wilayah di Ukraina.

“Kami harus menyesuaikan semuanya,” kata seorang warga Ukraina bernama Niyara Nimatova. Ia merupakan seorang Tatar Krimea dan ketua Liga Muslim Ukraina.

Kepada Al Jazeera, Jumat (1/4/2022), ia mengatakan bahwa pada hari pertama bulan puasa, kemungkinan pada hari Sabtu, ia berencana untuk menyiapkan makan malam berbuka puasa dengan sekelompok keluarga pengungsi yang tinggal bersamanya di pusat Islam di Chernivtsi.

“Banyak Muslim pergi ke luar negeri dan mereka yang masih di Ukraina membutuhkan dukungan,” kata Nimatova melalui telepon dari kota Ukraina barat tempat dia dipindahkan dari provinsi tenggara Zaporizhzhia, yang sebagian di antaranya berada di bawah kendali Rusia.

Verifikasi Dewan Pers News

Merujuk pada data PBB, lima minggu setelah Rusia menginvasi Ukraina, lebih dari 10 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, termasuk sekitar empat juta orang yang melarikan diri ke luar negeri.

Pemeluk agama Islam membentuk sekitar satu persen dari populasi Ukraina. Sebelum perang, Ukraina adalah rumah bagi lebih dari 20.000 warga negara Turki, serta sejumlah orang Turki, terutama Tatar Krimea.

Karena itulah, bulan Ramadan menjadi momen yang berarti bagi mereka. Namun Ramadhan kali ini terasa berbeda, karena mereka harus menjalankan ibadah puasa di tengah gempuran Rusia yang belum usai.

Situasi saat ini, sejumlah besar wilayah di Ukraina memberlakukan jam malam serta membatasi pergerakan di malam hari ketika keluarga berkumpul untuk berbuka puasa. 

Selain itu, tidak sedikit juga warga muslim di Ukraina yang angkat kaki dari rumahnya untuk menyelamatkan diri dari gempuran Rusia. 

"Kita harus siap melakukan yang terbaik untuk mendapatkan pengampunan Tuhan, berdoa untuk keluarga kita, jiwa kita, negara kita, Ukraina,” kata Nimatova, yang suaminya, Muhammet Mamutov, adalah seorang imam di Ukraina.

Sebagai Tatar Krimea, Nimatova telah mengungsi sebelumnya, tepatnya ketika Rusia mencaplok semenanjung selatan Krimea pada tahun 2014. Ia dan keluarganya terpaksa mengungsi ke Zaporizhzhia.

“Ketika kami tinggal di Krimea, kami tidak pernah berpikir bahwa kami harus pergi. Orang-orang saya dideportasi sebelumnya oleh (pemimpin Soviet Joseph) Stalin dan kakek-nenek serta orang tua saya selalu bermimpi untuk kembali,” katanya.

“Ketika saya berusia dua tahun, pada tahun 1988, kami kembali. Tapi kemudian Rusia menduduki Krimea pada tahun 2014 dan kami mengerti bahwa kami tidak dapat melanjutkan kegiatan keagamaan kami, jadi kami pergi. Sekarang saya telah meninggalkan rumah saya lagi," sambungnya.

Menegok sejarah, pada tahun 1944, lebih dari 191.000 Tatar Krimea dideportasi atas perintah Stalin, sebagian besar ke Uzbekistan modern.

Nimatova mengatakan dia harus mengubah banyak rencananya untuk Ramadan tahun ini, termasuk pelajaran agama, meskipun sebagian akan pindah online, dan upaya untuk memberi makan para tunawisma.

“Di Zaporizhzhia, komunitas Muslim beragam. Ada banyak kebangsaan yang berbeda dan semua akan menyiapkan hidangan nasional mereka. Suatu hari kami akan makan biryani India, mantsev Palestina atau plov Uzbekistan lainnya,” jelasnya.

Editor: Amelia
whatsapp-white sharing button

Baca Juga

Komentar