CPO Beneran Fix Tak Boleh Ekspor, Saham Produsennya Longsor
Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan pemerintah terkait dengan ekspor larangan minyak goreng kembali diperbarui. Hal ini pun direspons negatif di pasar dan harga saham-saham emiten sawit berguguran.
Setelah ramai beredar berbagai spekulasi, akhirnya pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk benar-benar melarang ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan berbagai produk turunan kelapa sawit lainnya.
"Kebijakan pelarangan ini didetailkan yaitu berlaku untuk semua produk, baik itu CPO, RPO (Red Palm Oil), RBD (Refined, Bleached, Deodorized)Palm Olein, pome, danused cooking oil. Sudah tercakup dalam Permendag dan berlaku malam hari ini pukul 00.00 WIB sesuai arahan Presiden," jelas Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, dalam konferensi pers kemarin malam.
Indonesia adalah produsen sekaligus eksportir CPO terbesar dunia. Tanpa pasokan CPO dari Indonesia, harga CPO dunia tentu bisa gonjang-ganjing.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), 11 negara yang menjadi pasar terbesar CPO Indonesia adalah China, India, Pakistan, Amerika Serikat (AS), Bangladesh, Malaysia, Mesir, Spanyol, Myanmar, Rusia, Filipina, dan Vietnam. Total nilai ekspor ke-11 negara tersebut menembus US$ 26,67 miliar tahun lalu. Sementara itu, nilai ekspor Januari-Maret 2022 ke 11 negara sudah menyentuh US$ 6,15 miliar.
Pada Januari-Maret 2022, India menjadi importir terbesar untuk Indonesia. India mengimpor CPO Indonesia senilai US$ 6,15 miliar. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat US$ 5,78 miliar.
Dilansir dari The Economic Times, Indonesia memasok sekitar 50% kebutuhan impor CPO untuk India sementara untuk Pakistan dan Bangladesh angkanya lebih tinggi lagi yakni 80%.
"Kebijakan Indonesia untuk melarang ekspor CPO tidak hanya mempengaruhi ketersediaan CPO tetapi juga minyak nabati di seluruh dunia," tutur James Fry, dari konsultan komoditas LMC International, seperti dikutip dari Reuters
Namun, sepertinya tekad pemerintah sudah bulat. Jokowi menegaskan larangan ekspor CPO dan produk-produk turunan sawit lainnya bertujuan agar harga minyak goreng turun.
"Saya tahu negara perlu pajak, perlu devisa, perlu surplus neraca perdagangan. Tapi memenuhi kebutuhan pokok rakyat adalah prioritas yang lebih penting," ungkap Jokowi.
Kebijakan ini tentu saja memberatkan saham-saham emiten sawit nasional. Terpantau pada 09.28 WIB, harga saham emiten sawit drop dengan rincian sebagai berikut :
- PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) : -1,75%
- PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) : -2,42%
- PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) : -3,42%
- PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) : -1,54%
- PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) : -2,49%
- PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) : -2,21%
- PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) : -0,80%
- PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) : - -2,30%
Terpantau seluruh emiten sawit dengan kapitalisasi pasar besar dan transaksi teramai terkoreksi pada perdagangan hari ini dimana PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) menjadi emiten sawit dengan koreksi terparah yakni 3,42% ke level harga Rp 705/unit.
Komentar
Posting Komentar