Korea Selatan Ketakutan, Pilot KF-21 Boramae yang Indonesia Kirimkan Bikin Khawatir Media Lokal: Nanti Bocor! - Zonajakarta
Korea Selatan Ketakutan, Pilot KF-21 Boramae yang Indonesia Kirimkan Bikin Khawatir Media Lokal: Nanti Bocor!
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fassets.pikiran-rakyat.com%2Fcrop%2F0x0%3A0x0%2Fx%2Fphoto%2F2022%2F05%2F26%2F3586304572.jpg)
ZONAJAKARTA.COM- Ikut dalam proyek jet tempur KF-21 Boramae dengan Korea Selatan, Indonesia harus terima nasib dihalang-halangi mendapatkan informasi kunci soal jet tempur yang mesinnya disuplai Amerika Serikat (AS) tersebut.
Bahkan AS terang-terangan menutup akses informasi kunci jet tempur KF-21 Boramae dari Indonesia dengan mengirimkan delegasinya ke Korea Selatan selama proses pembuatan pesawat.
Tak cuma kirim delegasi, Amerika Serikat bahkan diam-diam juga sempat berusaha menjegal Indonesia dari proyek KF-21 Boramae dengan Korea Selatan.
Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari artikel terbitan Asia Times 27 Desember 2021, AS telah mengintervensi kemitraan pertahanan Indonesia dengan negara lain salah satunya proyek KF-21 Boramae dengan Korea Selatan.
"Pada tahun 2018, dilaporkan bahwa program jet tempur KF-X antara Korea Selatan dan Indonesia compang-camping.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Jakarta mengisyaratkan bahwa AS telah memberlakukan pembatasan kritis untuk proyek tersebut, yang mendorong penghentiannya," tulis Asia Times.
Benar saja, insinyur Indonesia yang tergabung dalam proyek KF-21 Boramae bahkan terang-terangan dijegal dalam memahami jet tempur canggih kerjasama dengan Korea Selatan tersebut.
PT Dirgantara Indonesia menempatkan beberapa tenaga kerja atau insinyur Indonesia dalam proses pembuatan jet tempur KF-21 Boramae di Korea Selatan.
Namun, nyatanya Indonesia justru dibatasi dalam proses pengembangan tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu pekerja kepada Defense News pada Mei 2018.
Hal itu diungkapkan langsung oleh seorang insinyur KAI dimana para insinyur Indonesia masih tidak diberi kelonggaran memperoleh teknologi KF-21 Boramae.
"Terus terang, delegasi Indonesia dilarang mengakses banyak bagian dari teknologi dan studi KF-X, terutama yang berkaitan dengan AS," kata seorang insinyur KAI yang tak mau disebutkan namanya seperti dikutip Zonajakarta.com dari Defense News pada 2018 lalu.
AS sendiri menyuplai teknologi inti KF-21 Boramae seperti mesin, persenjataan, sistem kontrol penerbangan, dan lainnya.
Bahkan AS sampai mengirim delegasi ke Korea Selatan, jaga-jaga bila teknologinya dipergoki oleh Indonesia.
"Memang benar insinyur AS yang dikirim ke markas KAI sensitif tentang kemungkinan kebocoran teknologi AS ke pekerja Indonesia," tambahnya.
Seorang insinyur di Korea Aerospace Industries, atau KAI, mengatakan insinyur Indonesia yang dikirim ke Korea Selatan mengalami kesulitan mempelajari dan meneliti teknologi kunci KF-X.
“Mengingat Indonesia memberikan seperlima dari biaya pengembangan KF-X, masuk akal dalam beberapa hal bahwa para insinyur Indonesia dapat merasa sempit tentang keunggulan teknis melalui program bersama," ujarnya.
Ada alasan mengapa AS resah dengan pengembangan bersama pesawat tempur antara Korea Selatan dan Indonesia.
Dikutip Zonajakarta.com dari The Guru, AS khawatir tentang persaingan pasar karena KF-21 Boramae diperkirakan akan merusak pasar F-35 jika selesai.
"F-35 adalah pesawat tempur lepas landas dan pendaratan vertikal siluman supersonik yang dikembangkan oleh Lockheed Martin.
AS meyakini jika KF-21 Boramae selesai dibangun, maka akan menjadi tonggak sejarah bagi Indonesia untuk swasembada alutsista," tulis theguru.co.kr dalam artikel terbitan 3 Januari 2022.
Pahit memang kenyataan yang harus Indonesia telan dalam proyek KF-21 Boramae dimana NKRI punya 20% saham dalam pembuatannya, meski hingga kini belum dibayar.
Selama ini, Korea Selatan bahkan selalu pakai pilot dari AU negaranya sendiri untuk melakukan uji jet tempur KF-21 Boramae.
Padahal NKRI calon operatornya di Asia Tenggara, seharusnya pilot TNI AU juga dilibatkan oleh Korea Aerospace Industries (KAI).
Namun gayung bersambut jelang uji terbang perdana KF-21 Boramae yang dijadwalkan akan terjadi pada bulan Juli 2022 mendatang.
Dikutip Zonajakarta.com dari artikel terbitan Donga, 24 Mei 2022, pecah telor, untuk pertama kalinya pilot Indonesia akhirnya dilibatkan dalam pengembangan pesawat KF-21 Boramae di Korea Selatan.
"Telah dipastikan bahwa Indonesia, negara yang bersama-sama mengembangkan pesawat tempur domestik pertama militer Korea, 'KF-21 Boramae', telah mengirim 39 pilot dan teknisi domestik ke Korea setelah menunda pembayaran retribusi selama lima tahun," tulis Donga.com dalam artikelnya.
Alih-alih senang, pilot Indonesia akan membantunya mengembangkan KF-21 Boramae, Korea Selatan kini justru dihantui rasa ketakutan.
Pasalnya, hingga kini Indonesia dikabarkan belum juga membayar biaya proyek KF-21 Boramae yang disebut media lokal Donga.com sudah nunggak selama 5 tahun lamanya.
Korea Selatan dibuat harap-harap cemas dengan sikap Indonesia.
Sementara media negeri gingseng justru khawatir jika Indonesia cuma mau mengambil informasi teknologi KF-21 Boramae yang selama ini ditutupi AS dan Korea Selatan.
"Awalnya, pemerintah melaporkan sendiri bahwa masalah non-pembayaran telah diselesaikan dengan memutuskan untuk merevisi kontrak pembagian biaya pada Maret tahun ini setelah konsultasi tingkat kerja pada November tahun lalu ketika kontribusi Indonesia belum dibayarkan sejak tahun kedua, pertengahan tahun 2017.
Namun pada akhirnya tidak dilaksanakan.
Di tengah hal tersebut, saat Indonesia mengirimkan pilot ke Korea, dikhawatirkan hanya teknologi pesawat tempur dalam negeri yang bocor tanpa menerima kontribusi tersebut," tulis Donga.com dalam artikelnya.
Padahal, dikutip Zonajakarta.com dari kantor berita berbahasa Korea Daily Indonesia yang menerbitkan sebuah artikel pada 15 Februari 2022, perkiraan pembayaran biaya proyek KF-21 Boramae oleh Indonesia beredar.
Hal ini tentu bakal bikin pejabat Korea Selatan girang.
"Kang Eun-ho, direktur Administrasi Program Akuisisi Pertahanan, mengunjungi Indonesia pada akhir bulan lalu, dilaporkan bahwa Menteri Pertahanan Prabowo mengatakan bahwa tunggakan 800 miliar won pada KF-21 akan diselesaikan untuk sampai batas tertentu di paruh pertama tahun ini," tulis Daily Indonesia dalam artikelnya.
Tapi nampaknya tidak demikian dengan media lokal Korea Selatan.***ZJ