Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Amerika Serikat Featured Rusia Ukraina

    Pelabuhan Ukraina Diblokade, Menlu AS Tuding Rusia Gunakan Ekspor Pangan sebagai Senjata - Tribunnews

    3 min read

    Pelabuhan Ukraina Diblokade, Menlu AS Tuding Rusia Gunakan Ekspor Pangan sebagai Senjata - Halaman all

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu dengan Menteri Pertahan AS Lloyd Austin dan Sekretaris negara AS Antony Blinken (kiri) di Kiev, Minggu (24/4/2022). Blinken menuding Rusia gunakan ekspor pangan sebagai senjata, Kamis (19/5/2022).
    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu dengan Menteri Pertahan AS Lloyd Austin dan Sekretaris negara AS Antony Blinken (kiri) di Kiev, Minggu (24/4/2022). Blinken menuding Rusia gunakan ekspor pangan sebagai senjata, Kamis (19/5/2022).

    TRIBUNWOW.COM - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menuduh Rusia menggunakan makanan sebagai senjata di Ukraina, Kamis (19/5/2022).

    Hal ini dilakukan dengan menyandera pasokan makanan tidak hanya untuk jutaan orang Ukraina, tetapi juga jutaan orang di seluruh dunia yang bergantung pada ekspor Ukraina.

    Di hadapan Dewan Keamanan PBB, Blinken mengimbau Rusia untuk berhenti memblokade pelabuhan Ukraina.

    Ilustrasi makanan (istockphoto.com/a_namenko)

    Dilansir TribunWow.com dari CNA, Jumat (20/5/2022), Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari untuk melakukan apa yang disebut Moskow sebagai operasi militer khusus.

    Dalam perkembangannya, Rusia gagal menguasai Kiev dan memusatkan serangan di wilayah pelabuhan Ukraina.

    Kini, Rusia telah menguasai sepanjang pantai Ukraina setelah berhasil menduduki Mariupol dan sekitarnya.

    Hal ini membuat ekspor pangan sebagai produksi ekspor utama Ukraina terhenti ke seluruh dunia.

    "Pemerintah Rusia tampaknya berpikir bahwa menggunakan makanan sebagai senjata akan membantu mencapai apa yang belum dilakukan invasi, untuk mematahkan semangat rakyat Ukraina," kata Blinken.

    "Pasokan makanan untuk jutaan orang Ukraina dan jutaan lainnya di seluruh dunia telah benar-benar disandera oleh militer Rusia."

    Perang di Ukraina telah menyebabkan harga global untuk biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk melambung.

    Sebagai informasi, Rusia dan Ukraina bersama-sama menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum global.

    Ukraina juga merupakan pengekspor utama jagung, jelai, minyak bunga matahari dan minyak lobak.

    Sementara Rusia dan Belarusia, yang telah mendukung Moskow dalam perangnya di Ukraina, menyumbang lebih dari 40 persen ekspor kalium (nutrisi tanaman) global.

    Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia membantah dan mengatakan benar-benar keliru jika Rusia harus disalahkan atas krisis pangan global yang telah terjadi selama beberapa tahun.

    Dia menuduh Ukraina menahan kapal asing di pelabuhannya dan memasang jebakan bom di perairan.

    Nebenzia juga mengatakan militer Rusia telah berulang kali mencoba membuka koridor yang aman untuk kapal.

    Ia justru menyalahkan sanksi Barat yang dijatuhkan pada Moskow atas perang Ukraina karena memiliki efek mengerikan pada ekspor makanan dan pupuk Rusia.

    Namun, Blinken menolak klaim Rusia bahwa sanksi tersebut memicu krisis pangan.

    "Keputusan untuk menggunakan makanan sebagai senjata adalah milik Moskow dan Moskow sendiri," kata Blinken.

    "Sebagai akibat dari tindakan pemerintah Rusia, sekitar 20 juta ton biji-bijian tidak terpakai di silo Ukraina karena pasokan makanan global berkurang, harga meroket, menyebabkan lebih banyak lagi di seluruh dunia mengalami kerawanan pangan."

    Terkait hal itu, sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sedang mencoba untuk menengahi 'paket kesepakatan' yang akan memungkinkan Ukraina untuk melanjutkan ekspor makanan melalui Laut Hitam dan menghidupkan kembali produksi makanan dan pupuk Rusia ke pasar dunia.

    "Ada cukup makanan untuk semua orang di dunia. Masalahnya adalah distribusi, dan ini sangat terkait dengan perang di Ukraina," kata Guterres kepada dewan tersebut, Kamis (19/5/2022).

    Komentar
    Additional JS