Sejarah Ketupat di Indonesia, Filosofinya Dalem Tak Sekadar Penganan Khas Lebaran - medcomm - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image
demo-image

Sejarah Ketupat di Indonesia, Filosofinya Dalem Tak Sekadar Penganan Khas Lebaran - medcomm

Share This
Responsive Ads Here

 

Sejarah Ketupat di Indonesia, Filosofinya Dalem Tak Sekadar Penganan Khas Lebaran

Citra Larasati - 01 Mei 2022 09:45 WIB
Ilustrasi/Medcom.id
Jakarta:  Ada suasana yang tak lengkap rasanya jika merayakan hari kemenangan atau Hari Raya Idulfitri tanpa ketupat beserta lauk pauk yang terhidang di meja makan untuk disantap bersama keluarga. Penasaran bagaimana sejarah ketupat sehingga bisa identik sebagai penganan khas Lebaran? Yuk simak artikel berikut ini. 

Sejarah Ketupat

Menurut Hermanus Johannes de Graaf, seorang sejarawan Belanda yang mengkhususkan diri menulis sejarah Jawa, dalam karya tulisnya Malay Annual, ketupat yang terbuat dari beras yang dibungkus anyaman daun kelapa muda itu pertama kali muncul di Tanah Jawa sejak abad ke-15, pada masa pemerintahan Kerajaan Demak.

Kala itu, Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan ketupat dalam rangka untuk berdakwah menyebarkan agama Islam ke Tanah Jawa yang notabene "sulit di-Islamkan".  Sebab saat itu masyarakat Jawa sudah punya sistem kepercayaan sendiri yang dikenal sebagai Kejawen.
BERITA TERKAIT


Dilansir dari laman Ruangguru, dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan budaya. Ketupat merupakan salah satunya yang dipilih karena dianggap bisa dekat dengan kebudayaan masyarakat Jawa saat itu.

Berkat ketupat, penyebaran agama Islam pun akhirnya bisa diterima luas, banyak yang pada akhirnya memeluk agama Islam.

Fakta Seru Seputar Ketupat

Makna Ketupat

Nah, filosofi dan makna ketupat sendiri ternyata sangat dalam.  Mulai dari penggunaan daun kelapa muda sebagai bungkusnya saja sudah menggetarkan hati. Daun kelapa muda yang dalam bahasa Jawa disebut juga sebagai janur merupakan akronim dari "Jannah Nur" atau "Cahaya Surga".

Enggak cuma itu, janur juga kadang dianggap merupakan akronim dari "Jatining Nur", atau yang dalam bahasa Jawa memiliki arti "hari nurani". Filosofinya, saat lebaran, kita harus membersihkan hati dari segala macam hal negatif sehingga bisa kembali ke fitri, kembali suci dengan saling memaafkan.

Selain itu, pembuatan ketupat yang harus dianyam dengan rumit itu juga punya makna tersendiri. Kerumitan anyaman ketupat menggambarkan keragaman masyarakat Jawa yang harus dilekatkan dengan tali silaturahmi. Sementara itu, beras dimaknai sebagai nafsu duniawi.

Filosofi Ketupat

Tidak ketinggalan, bentuk segi empat ketupat yang begitu khas menggambarkan prinsip "kiblat papat, limo pancer (empat arah, satu pusat)", yang memiliki makna "ke mana pun manusia melangkah, pasti akan kembali pada Allah".

Bentuknya yang punya empat sisi itu juga melambangkan empat macam nafsu dasar manusia, yaitu amarah (emosi), lawamah (lapar dan haus), sufiah (nafsu untuk memiliki sesuatu yang bagus atau indah), dan muthmainah (memaksa diri). Keempat nafsu dasar ini dikendalikan saat puasa. Dengan memakan ketupat saat lebaran, seseorang sudah dianggap mampu menahan nafsunya.

Secara keseluruhan, makna ketupat adalah nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani.  Wah, berat juga maknanya ya! Sejak disebarkan oleh Sunan Kalijaga, tradisi membuat ketupat saat lebaran pun terus dilakukan hingga saat ini. Bahkan tidak  hanya masyarakat Jawa saja yang membuat ketupat, tetapi juga masyarakat di luar Jawa.

Baca juga:  Pasokan Lancar, Harga Kulit Ketupat Turun Ketimbang Tahun Lalu

Nah itu dia sejarah ketupat di Indonesia. Tak sekadar penganan khas, namun juga memiliki nilai-nilai tinggi.  Sobat Medcom pasti juga sudah siap masak ketupat nih, selamat berlebaran dan berkumpul bersama keluarga ya! Mohon Maaf Lahir dan Bathin.


(CEU)

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

  • ic_whatsapp
  • ic_line
  • ic_twitter
  • ic_facebook
Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arenanews

Berbagi Informasi

Media Informasi

Opsiinfo9

Post Bottom Ad

Pages