Mengenal Buta Warna Parsial, Calon Bintara Polri Gagal Pendidikan Karenanya

Buta warna parsial disebut-sebut menjadi penyebab Fahri Fadillah Nur Rizky (21) gagal mengikuti pendidikan calon bintara Polri. Kisahnya viral di media sosial.
Awalnya, kisah gagalnya pemuda ini ikut pendidikan calon bintara disebut karena 'ditukar siswa yang gagal'. Namun belakangan, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes E Zulpan mengungkap penyebab sebenarnya adalah buta warna parsial.
"Berdasarkan surat dari Mabes Polri sebelum para peserta mengikuti pendidikan, ada kegiatan supervisi yang dilakukan terhadap para peserta yang sudah lulus," katanya dalam konferensi pers, Senin (30/5/2022).
"Kemudian supervisi yang dipimpin ketua tim menyebutkan yang bersangkutan tidak memenuhi syarat dengan temuan buta warna parsial," jelasnya.
Apa itu buta warna parsial?
Buta warna sendiri berarti seseorang tidak dapat melihat warna sebagaimana mestinya. Normalnya, mata menangkap berbagai warna dari cahaya yang masuk. Tiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda yang ditangkap oleh retina.
Retina terdiri dari dua jenis fotoreseptor yang dikenal sebagai sel kerucut (cone) dan sel batang (rod). Sel kerucut berfungsi mendeteksi warna, sedangkan sel batang mengenali gelap dan terang. Sel kerucut terbagi menjadi 3 jenis berdasarkan sensitivitas warna, yakni merah, hijau, dan biru.
Buta warna terjadi ketika satu atau lebih dari ketiga jenis sel kerucut tidak berfungsi, atau mendeteksi warna yang tidak seharusnya. Makin banyak sel kerucut yang gagal berfungsi sebagaimana mestinya, makin serius kondisi buta warna.
Penyebab buta warna
Beberapa orang terlahir dengan kelainan buta warna, tetapi sebagian mengalaminya karena kondisi tertentu yang merusak sel kerucut. Di antaranya:
- Penyakit mata seperti glaucoma dan degenerasi makula
- Penyakit otak dan saraf seperti Alzheimer dan multiple sclerosis
- Efek obat tertentu seperti obat rheumatoid arthritis
- Cedera otak atau mata.
Jenis-jenis buta warna parsial
Ada berbagai tipe buta warna, masing-masing berpengaruh pada cara mata menangkap warna. Tiap sel kerucut terdiri dari pigmen tertyentu yang disebut fotopigmen atau opsin. Gangguan pada pigmen tersebut berdampak pada beberapa jenis buta warna berikut:
Buta warna Merah-Hijau (Red-Green)
Merupakan tipe buta warna paling umum, dipengaruhi oleh perubahan pada gen OPN1LW atau OPN1MW. Tipe ini terbagi lagi menjadi empat jenis:
- Deuteranomali, terjadi ketika ada sel kerucut M tetapi tidak berfungsi normal. Akibatnya, warna hijau tampak merah.
- Protanomali, terjadi saat ada sel kerucut L yang tidak berfungsi normal. Akibatnya, warna merah tampak hijau.
- Pritanopia, terjadi saat tidak ada sel kerucut L. Akibatnya, mata tidak menangkap warna atau cahaya merah.
- Deuteranopia, terjadi ketika sel kerucut M tidak ada. Akibatnya mata tidak menangkap cahaya warna hijau.
Buta Warna Biru-kuning (Blue-Yellow)
Tipe ini lebih jarang ditemukan, diperkirakan hanya 1 dari 10.000 orang yang mengalaminya di seluruh dunia. Ada dua tipe:
- Tritanomali, menyebabkan seseorang susah membedakan antara biru dan hijau, dan antara kuning dengan merah.
- Tritanopia, menyebabkan seseorang tidak bisa membedakan biru dengan hijau, ungu dengan merah, kuning dengan pink. Tipe ini juga menyebabkan penglihatan kurang terang.
Monochromacy
Tipe ini tidak umum ditemukan dan lebih parah karena menyebabkan seseorang tidak mampu melihat warna sama sekali. Biasanya disertai masalah penglihatan lainnya seperti photophobia, nystagmus, dan rabun dekat atau myopi.
Monochromacy biru disebut juga sebagai salah satu bentuk achromastopia, gangguan yang ditandai dengan tidak bisa melihat warna secara total.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar