Benarkah Nama Asli Kapitan Pattimura adalah Ahmad Lussy? Halaman all - Kompas.com
KOMPAS.com - Kapitan Pattimura adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Maluku.
Kapitan Pattimura, juga dikenal sebagai Thomas Matulessy, merupakan pemimpin pemberontakan atas penjajahan Belanda di tanah Maluku pada 1817.
Selain dipanggil Thomas Matulessy, ada yang menyebutkan bahwa nama asli dari pahlawan Kapitan Pattimura adalah Ahmad Lussy.
Lantas, benarkah nama asli Pattimura adalah Ahmad Lussy?
Nama asli Kapitan Pattimura
Kapitan Pattimura lahir di Saparua, Maluku, pada 8 Juni 1783. Ia merupakan keturunan bangsawan dari Raja Saulau, sebuah kerajaan yang terletak di Teluk Seram Selatan.
Pattimura adalah putra daerah Hualoy, Seram Selatan, dari pasangan Frans Matulessy dan Fransina Silahoi.
Sang pahlawan Ambon dikenal memiliki nama Thomas Matulessy, yang kemudian dijuluki sebagai Kapitan Pattimura setelah ditunjuk untuk memimpin pemberontakan melawan Belanda.
Terdapat pendapat yang menyebutkan bahwa nama asli dari Kapitan Pattimura adalah Ahmad Lussy.
Salah satu sejarawan yang menyatakan bahwa nama asli dari pahlawan Kapitan Pattimura adalah Ahmad Lussy yaitu Ahmad Mansur Suryanegara.
Mansyur Suryanegara menyebut bahwa Pattimura merupakan seorang Muslim yang sangat taat.
Selain memiliki keturunan bangsawan, Pattimura atau Ahmad Lussy, menurut Mansur Suryanegara, juga keturunan ulama.
Pada masa itu semua pemimpin perang yang ada di daerah Maluku memang seorang bangsawan atau ulama, atau bahkan dari keduanya.
Sebagian orang mengira bahwa Matulessy merupakan nama marga untuk orang Maluku.
Namun, yang merupakan nama marga sebenarnya adalah Pattimura, yang artinya raja yang merendahkan diri.
Dalam salah satu catatan sejarah terlama dari Belanda, nama Thomas Matulessy ditulis menjadi Thomas Matulesia.
Salah satunya dalam catatan seorang marinir Belanda, Quirinus Maurits Rudolf Ver Huell pada 1817, ketika Pattimura ditangkap Belanda.
QMR Ver Huell menuliskan pertemuannya dengan Pattimura dalam catatannya berjudul Herinneringen van eene reis naar de Oost-Indiƫn atau Kenangan Pelayaran ke Hindia Timur yang diterbitkan beberapa tahun kemudian.
Dalam sketsanya, ia menulis, "Thomas Matulesia adalah pria sekitar 34 tahun, dengan perawakan tinggi, langsing, gelap, namun tidak pandai. Ia benar-benar hilang akal dan seakan hancur akibat kekalahannya."
Perjuangan Pattimura
Kapitan Pattimura berjuang melawan Belanda yang menjajah Kepulauan Maluku pada 1817.
Bersama seluruh rakyat Saparua, ia maju melawan Belanda pada 14 Mei 1817. Di bawah kepemimpinan Pattimura, Benteng Duurstede berhasil direbut dari tangan Belanda dan menewaskan seluruh tentara mereka.
Akan tetapi, setelah kesuksesannya, pada 11 November 1817, Kapitan Pattimura ditangkap oleh Belanda dan Benteng Duurstede kembali direbut.
Pattimura kemudian dibawa ke Ambon dan berusaha dibujuk oleh Belanda untuk bekerja sama, tetapi dengan tegas menolak.
Jawaban tersebut lantas membuat Belanda marah sehingga memutuskan untuk menghukum mati Kapitan Pattimura.
Sehari sebelum dieksekusi, Pattimura kembali dibujuk untuk bekerja sama dengan Belanda, tetapi masih tetap menolak.
Akhirnya, pada 16 Desember 1817, Kapitan Pattimura dihukum mati dengan cara digantung di Benteng Victoria, Ambon.
Untuk menghargai jasanya, pada 6 November 1973, Kapitan Pattimura dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan SK No 087/1973.
Referensi:
- Jaya, Brillianto K. (2014). Surga di Timur. Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar.
Komentar
Posting Komentar