Sebanyak 53 Persen Orang Indonesia Alami Rhinitis Alergi, Ketahui Penyebab dan Gejalanya Halaman all - Kompas

 

Sebanyak 53 Persen Orang Indonesia Alami Rhinitis Alergi, Ketahui Penyebab dan Gejalanya Halaman all - Kompas.com

Ilustrasi rinitis alergi memiliki gejala salah satunya sering bersin

KOMPAS.com - Berdasarkan data, prevalensi atau angka kejadian rhinitis alergi (pilek alergi) di Indonesia mencapai 53 persen. Hal itu disampaikan Guru besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Zullies Ikawati, Apt.

Dia menambahkan, ada dua alergi yang paling banyak diidap masyarakat Indonesia di antaranya rhinitis alergi dan urtikaria atau gatal alergi.

Rhinitis alergi sendiri dapat dialami oleh semua orang, terlepas dari usianya. Meski begitu, kondisi ini paling sering ditemukan pada mereka yang berusia produktif.

Sedangkan untuk gatal alergi, menurut penelitian di Palembang tahun 2007 pada 3.000 remaja usia 14-19 tahun prevalensinya sebesar 42,78 persen.

"Sebanyak 15 hingga 20 persen orang pernah mengalami episode urtikaria atau gatal-gatal satu kali selama hidupnya," ujar Zullies dalam webinar, Selasa (12/7/2022).

Untuk diketahui, alergi adalah reaksi hipersensitivitas yang mana sistem imun lebih sensitif terhadap alergen atau pemicu alergi. Umumnya, pemicu alergi berupa paparan debu, makanan, serbuk sari bunga dan sebagainya.

Alergi melibatkan alergen yang akan ditangkap sistem imun, memicu pelepasan antibodi imunoglobulin e (IgE) dan memicu pelepasan histamin. Histamin yang kemudian bekerja pada reseptornya menghasilkan gejala-gejala alergi seperti gatal, hidung tersumbat, kemerahan, dan lain- lain.

Dalam kesempatan yang sama, Medical Lead Bayer Consumer Health dr Riana Nirmala Wijaya menyampaikan, bahwa pilek alergi menjadi penyebab turunnya produktivitas pekerja hingga 27 persen, serta berkurangnya kualitas hidup hingga 28 persen.

Alergi juga paling sering ditemukan pada mereka yang berusia produktif seperti pekerja dewasa di perkantoran karena terpapar AC, pencinta kuliner, dan mereka yang sering melakukan kegiatan di luar ruangan karena sering terkena debu.

"Pilek alergi (sebesar) 53 persen, dan gatal alergi 43 persen memang banyak ditemukan pada orang dengan usia produktif dari rentang antara usia 15 tahun sampai 54 tahun. Di usia seperti itu banyak aktivitas dan makanan juga, jadi pemicu alergen bisa datang dari mana saja," jelas Riana.

Prof Zullies turut menyebutkan, di Indonesia prevalensi penderita alergi bertambah sebanyak 30 persen setiap tahunnya. 

Padahal, hal ini bisa sangat mengganggu produktivitas maupun kualitas hidup seseorang.

"Prevalensi alergi makin meningkat setiap tahunnya dan ternyata berdampak pada kualitas hidup. Jadi aktivitas bisa terganggu, kalau yang harusnya santai bisa bersin-bersin ketika kena paparan (alergen)," imbuhnya.

Selain itu, gejala alergi menyebabkan beberapa hal di antaranya terganggunya tidur sehingga mengakibatkan kelelahan di siang hari.

Lalu menyebabkan gangguan belajar, penurunan fungsi kognitif, penurunan kinerja kerja, hingga produktivitas jangka panjang.

"Alergi itu bukan penyakit mematikan, bukan penyakit yang berbahaya tetapi sangat mengganggu kualitas hidup. Sangat mengganggu aktivitas sehari-hari kita," tutur Zullies.

Gejala alergi

Pilek alergi salah satunya ditandai dengan bersin-bersin yang terkadang terjadi di setiap pagi. Sedangkan gatal alergi biasanya terjadi pada kulit penderitanya. Adapun gejala pilek alergi dapat berupa:

  • Bersin-bersin, hidung tersumbat, hidung banyak ingus, hidung gatal
  • Telinga gatal atau berdengung
  • Mata berair, gatal, dan merah
  • Tenggorokan gatal, batuk dan postnatal drip

Sementara gejala gatal alergi di antaranya munculnya ruan dan flare, disertai dengan bentol, rasa gatal, atau rasa panas pada kulit.

"Itu hampir terjadi setiap hari kalau memang tidak menggunakan obat anti alerginya, atau jika terkena paparan debu. Jadi itu akan sangat membatasi aktivitas. Kita kalau bersih-bersih rumah harus hati-hati karena mereka yang alergi debu akan terpicu alerginya," ucap Zullies.

Oleh karena itu, menghindari alergen merupakan penanganan terbaik untuk mengatasi alergi. Misalnya Anda alergi terhadap debu, maka sebisa mungkin hindari paparannya dengan memakai masker.

Guna mengatasi alergi, perlu obat yang dapat menghambat kerja histamin yakni antihistamin. Akan tetapi, sebelum mengonsumsi obat antihistamin apa pun, dia menyarankan pasien untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk mengetahui jenis obat yang bisa dikonsumsi sesuai kondisi kesehatan.

Baca Juga

Komentar