Pilihan

Bukan Joko Tingkir yang Ngombe Dawet, Tapi Kembang Joyo Pati - detik

 

Bukan Joko Tingkir yang Ngombe Dawet, Tapi Kembang Joyo Pati

By Tim detikJateng
detik.com
2 min
Makam Ki Anggungboyo atau yang kini lebih dikenal sebagai makam Joko Tingkir di Jawa Timur.
Makam Ki Anggungboyo atau yang kini lebih dikenal sebagai makam Joko Tingkir di Jawa Timur.
Solo -

Lagu 'Joko Tingkir Ngombe Dawet' menuai protes dari beberapa pihak, termasuk sebagian ulama. Sebab, Joko Tingkir yang diparodikan dalam lagu tersebut bukanlah sekadar nama dari legenda. Joko Tingkir disebut sebagai salah satu ulama besar dalam sejarah Jawa.

Sementara itu, dawet sebagai salah satu jenis minuman tradisional memang juga dikenal dalam legenda di Jawa. Tapi bukan Joko Tingkir yang ngombe atau meminumnya, melainkan Kembang Joyo sang pendiri Kadipaten Pati-Pesantenan: cikal bakal Kabupaten Pati Jawa Tengah.

Dari penelusuran detikJateng, berikut legenda tentang Kembang Joyo setelah ngombe dawet.

Asal-usul Nama Pati Jawa Tengah

Asal-usul nama Pati Jawa Tengah menurut Babad Pati ternyata berawal dari kisah Kembang Joyo yang terinspirasi oleh segarnya minuman dawet. Sumber tertulis untuk menelusuri sejarah Pati cukup terbatas. Salah satu sumber rujukan para peneliti selama ini ialah Babad Pati.

Babad Pati ditulis Sosrosumanto dan Dibyosudiro dalam aksara Jawa pada 1925 dan diterbitkan NV Mardimulya, Jogja. Babad Pati baru dialihbahasakan pada 1980 oleh Yanti Darmono dan diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.

Babad Pati merupakan karya sastra yang menceritakan sejarah Pati sejak bernama Pesantenan pada abad ke-13 (sekitar 1292) dan diakhiri dengan perang tanding antara Adipati Jayakusuma melawan Panembahan Senopati pada tahun 1600.

Dalam Babad Pati disebutkan Pati awalnya merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa daerah kecil yang berdiri sendiri. Di antara daerah-daerah itu ada dua kadipaten yang dianggap besar dan mendominasi di Pati.

Dua kadipaten itu adalah Paranggaruda yang dipimpin Yudopati dan negeri Carangsoka yang dipimpin Puspa Handungjaya. Beberapa daerah lainnya meliputi Kemaguhan (dipimpin Yuyu Rumpung), Matesih (dipimpin Singabangsa), Jambangan (dipimpin Kudasuwengi), Majasem (dipimpin Sukmoyono), dan Bantengan (dipimpin Kembang Joyo).

Pemimpin daerah Bantengan, Kembang Joyo, dalam Babad Pati disebutkan sebagai tokoh yang mempersatukan wilayah-wilayah tersebut dalam kesatuan politis yang kuat dengan membentuk kadipaten bernama Pesantenan.

Kembang Joyo kemudian memilih tinggal di Desa Kemiri sehingga mendapat julukan Ki Ageng Kemiri. Kemudian, Kembang Joyo memperluas wilayahnya dengan menaklukkan daerah-daerah lain. Dia juga membuka hutan untuk dijadikan sebagai desa-desa baru.

Ketika Kembang Joyo sedang membuka Hutan Kemiri menjadi perkampungan, datanglah seorang laki-laki menjajakan dawet bernama Ki Sagola. Terpesona oleh segar dan manisnya dawet dari gentong yang yang baru saja diminumnya, Kembang Joyo pun menanyakan kepada Ki Sagola tentang bahan baku minuman tersebut.

Ki Sagola lalu menceritakan minuman dawet terbuat dari pati aren yang diberi santan kelapa dan gula aren. Mendengar jawaban Ki Sagola, terbersitlah ide Kembang Joyo. Yaitu, setelah proyek pembukaan hutan tersebut selesai, dia akan menamainya dengan Kadipaten Pati-Pesantenan.

Begitulah legenda tentang embrio kabupaten Pati, yang mana Kembang Joyo sebagai founding fathers diceritakan telah ngombe atau meminum dawet dagangan Ki Sagola.


Simak Video "Unik! Dusun di Pati Ini Hanya Dihuni 4 Rumah"
[Gambas:Video 20detik]

(dil/mbr)

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek