Mengapa Indonesia Masih Impor Kopi, padahal Produsen Besar? Halaman all - Kompas

 

Mengapa Indonesia Masih Impor Kopi, padahal Produsen Besar? Halaman all - Kompas.com

Ilustrasi kopi.

KOMPAS.com - Indonesia tercatat sebagai produsen kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia.

Data Direktorat Jenderal Perkebunan menunjukkan, estimasi produksi kopi Indonesia pada 2021 mencapai 765.000 ton setahun.

Nilai ekspor kopi Indonesia ke banyak negara juga sangat tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS), nilai ekspor kopi Indonesia mencapai 849 juta dollar AS pada 2021.

Sebegitu besarnya jumlah produksi dan nilai ekspor kopi Nusantara, mengapa Indonesia masih mengimpor kopi?

Seri publikasi tahunan BPS Statistik Kopi Indonesia 2020 menulis, total volume impor kopi selama 2011-2020 adalah 18,11 ribu ton dengan nilai 49,12 juta dolar AS.

Dwi Sutoro, Ketua Project Management Office (PMO) Kopi Nusantara mengatakan, dirinya tidak menampik bila Indonesia masih menerima pasokan kopi dari negara lain hingga saat ini.

Namun, ada perbedaan mencolok antara kopi ekspor dengan impor kopi yang diterima oleh Indonesia.

Baca juga:

Menurut Dwi, Indonesia mengekspor kopi dalam bentuk biji kopi mentah (green bean), sementara impor kopi yang diterima oleh Indonesia kopi yang sudah disangrai.

"Tentunya ada (impor kopi) tetapi lebih banyak ekspornya sebagai green bean. Kalau buat brand (kopi) tertentu, mereka pembeli green bean dari Indonesia karena kualitasnya luar biasa," jelas Dwi saat ditemui Kompas.com dalam konferensi pers Pasar Kopi, Senin (15/8/2022).

"Kopi Sumatera itu termasuk salah satu terbaik di dunia," lanjutnya.

Biji kopi mentah yang diekspor oleh Indonesia akan diolah di negara pengimpor. Olahan ini yang diimpor ke Indonesia.

Menurut Dwi, Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu pengekspor kopi Indonesia terbesar, umumnya akan mencampur biji kopi Nusantara dengan biji kopi dari negara lain.

"Mereka (AS), bukan produsen kopi, tetapi eksportir karena beli green bean, diolah dan dicampur dari Sumatera, Brasil, terus diedarkan ke berbagai negara termasuk Indonesia karena konsumen membutuhkan itu," jelas Dwi.

Baca juga:

Nilai jual ekspor kopi Indonesia harus meningkat

Ilustrasi biji kopi.
Lihat Foto

Ekosistem produksi dan bisnis kopi ekspor menurutnya harus dikembangkan mulai dari hulu ke hilir.

Ia berharap, ke depannya Indonesia tidak hanya menjual biji kopi mentah sebagai produk unggulan, melainkan juga olahan kopi.

Impian tersebut mulai digarap melalui PMO Kopi Nusantara. Saat ini, ada enam daerah yang tergabung dalam pilot project-nya, yakni Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Selatan.

"Juga jangan lupa hilirnya. Mulai belajar sehingga suatu saat tidak perlu mengimpor kopi dalam bentuk green bean, tetapi sudah di-roasting di Indonesia," kata Dwi.

Sebab menurutnya, Indonesia sudah memiliki tekonologi untuk mengolah kopi, juga pakar di bidangnya yang mampu menilai kualitas kopi.

"Jadi bagaimana knowledge itu selain sebagai ambassador Indonesia, juga bisa transfer ke industri kopi supaya bisa memproduksi dan menjual apa pun namanya, jadi ada nilai tambah," pungkasnya.

Baca juga:

Baca Juga

Komentar